Bahasa Indonesia SMP KK I
11
Kegiatan Pembelajaran Aliran-Aliran Linguistik
A. Tujuan
Setelah mempelajari modul ini, diharapkan BapakIbu dapat memahami dan mengembangkan materi pembelajaran bahasa berdasarkan aliran struktural,
deskriptif, dan fungsional.
B. Kompetensi dan Indikator Pencapaian Kompetensi
Tabel 3. Peta Indikator Pencapaian Kompetensi KP
Kompetensi Guru Indikator
20.1. Memahami konsep, teori, dan materi
berbagai aliran linguistik yang terkait
dengan pengembangan materi pembelajaran
bahasa. 20.1.1 Menjelaskan konsep, teori, dan materi aliran
struktural yang terkait dengan pengembangan materi pembelajaran bahasa.
20.1.2 Menjelaskan konsep, teori, dan materi aliran deskriptif yang terkait dengan pengembangan
materi pembelajaran bahasa. 20.1.3 Menjelaskan konsep, teori, dan materi aliran
fungsional yang terkait dengan pengembangan materi pembelajaran bahasa.
20.1.4 Mengembangkan materi pembelajaran bahasa berdasarkan aliran struktural.
20.1.5 Mengembangkan materi pembelajaran bahasa berdasarkan aliran deskriptif.
20.1.6 Mengembangkan materi pembelajaran bahasa berdasarkan aliran fungsional.
Kegiatan Pembelajaran
12 C. Uraian Materi
1. Aliran Struktural Aliran linguistik struktural mempunyai asumsi dan hipotesis tentang bahasa
berdasarkan pada hasil pemakaian yang otonom. Asumsi dan hipotesis tentang bahasa diuji atau diverifikasi dengan data bahasa baik lisan maupun tertulis. Teori
kebahasaan struktural lebih mendasarkan diri pada data-data bahasa yang empiris. Hal ini berarti dapat dimulai dari perekaman bahasa yang diujarkan.
Pada awal abad XX di Perancis lahir aliran linguistik struktural. Aliran ini lahir bersamaan dengan diluncurkannya buku
”Course de linguistique Generale ” karya
Saussuretahun 1916. Ferdinad de Saussure 1857-1913 yang juga dikenal sebagai Bapak Strukturalis moderen sekaligus Bapak Linguistik Modern dengan
pandangan-pandangan yang dimuat dalam bukunya. Pandangan yang dimuat dalam buku tersebut mengenai konsep: 1 telaah sinkronik mempelajari bahasa
dalam kurun waktu tertentu saja dan diakronik telaah bahasa sepanjang masa, 2 perbedaan
langue dan
parole .
Langue yaitu keseluruhan sistem tanda yang
berfungsi sebagai alat komunikasi verbal antara para anggota suatu masyarakat bahasa, sifatnya abstrak, sedangkan
parole sifatnya konkret karena
parole tidak
lain daripada realitas fisis yang berbeda dari orang yang satu dengan orang lain, 3 membedakan
signifiant dan
signifie .
Signifiant adalah citra bunyi atau kesan
psikologis bunyi yang timbul dalam alam pikiran bentuk, signifie
adalah pengertian atau kesan makna yang ada dalam pikiran kita makna, 4
Hubungan sintagmatik dan paradigmatik. Hubungan sintagmatik
adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan, yang tersusun
secara berurutan, bersifat linear. Hubungan paradigmatik adalah hubungan antara unsur-unsur yang terdapat dalam suatu tuturan dengan unsur-unsur
sejenis yang tidak terdapat dalam tuturan yang bersangkutan Chaer, 2003:346. Tokoh-tokoh lain yang merupakan penganut teori ini adalah : Bally, Sachahaye,
E. Nida, L. Bloomfield, Hockett, Gleason, Bloch, G.L. Trager, Lado, Hausen, Harris, Fries, Sapir, Trubetzkoy, Mackey, Jacobson, Joos, Wells dan Nelson.
a. Pernyataan Pokok Aliran Struktural
Asumsi Ferdinand De Saussure yang terkenal dan merupakan dasar kajian aliran struktural adalah bahwa bahasa merupakan realitas sosial yaitu kajian
Bahasa Indonesia SMP KK I
13
terhadap sruktur bahasa karena Saussure menganggap bahwa bahasa sebagai satu struktur sehingga pendekatannya sering disebut
Structural Linguistiks
. Hal tersebut dikembangkan ke dalam enam dikotomi tentang bahasa, yaitu a dikotomi sinkronik dan diakronik, b dikotomi bentuk
form dan substansi, c dikotomi
Signifian dan
signifie, d dikotomi
langue dan
Parole , e dikotomi individu dan sosial, dan f hubungan sintagmatik dan
hubungan paradigmatik. Ferdinand de Saussure mengistilahkan bahasa-bahasa sebagai fakta-fakta
sosial. Fakta sosial adalah istilah dari pendiri sosiologi, untuk mengacu pada fenomena gagasan-gagasan ‘
minda kolektif ’ dalam suatu masyarakat, yaitu
yang berada di luar fenomena psikologis maupun fisikal. Fakta sosial bisa berupa konvensi atau aturan-aturan. Contoh fakta sosial yang konvensional
adalah kecenderungan orang Amerika mengambil jarak fisik dengan lawan bicara. Contoh fakta sosial yang berupa aturan-aturan adalah sistem hukum
suatu masyarakat. Bahasa bisa disetarakan dengan sistem hukum atau struktur konvensi. Datanya berupa fenomena-fenomena fisikal atau
parole, sedangkan sistem umumnya adalah
langue atau ‘bahasa’. Data konkret
parole diproduksi oleh pengujar-pengujar secara indivual. Hal ini dikarenakan
penguasaan bahasa setiap orang berbeda-beda, artinya suatu bahasa tidak pernah lengkap pada diri seseorang tetapi lengkap dan secara sempurna
bahasa hanya di dalam kolektivitas. Jadi, fakta sosial menurut Saussure bukan berupa mind kolektif maupun gagasan kolektif seperti yang
diterangkan oleh Durkheim. Akibat perbedaan tersebut, muncul dua pendekatan, yaitu pendekatan
‘individualisme metodologis’ yang
berseberangan dengan pendekatan Durkheim ‘kolektivisme metodologis’.
b. Ciri-ciri Aliran Struktural
Berdasarkan asumsi dan hipotesis umum yang melandasi teori kebahasaan struktural memiliki ciri-ciri:
1 Berlandaskan pada faham behaviourisme. Dalam hal ini berbahasa
merupakan proses rangsang-tanggap stimulus-response. 2 Bahasa berupa ujaran artinya hanya ujaran saja yang termasuk dalam
bahasa.