Perpuisian Abdul Wachid B.S.

commit to user 24 tersebut tercipta dalam kadar tak langsung melalui nuansa keindahan. Wacana puisi mampu masuk pada unsur normatif dan kode penandaan sebagai koordinasi ideologis, yang nantinya akan diterima sebagai kebenaran oleh pembaca, sedangkan “bahasa sebagai medianya.” Dalam puisi, yang terpenting pada wacana yang disampaikan dengan tidak langsung justru memberikan daya sugestif untuk praktik pembentukan pengetahuan kepada pembaca, kebenaran, juga kesadaran akan realita yang kini menjadi teks. Wacana puisi tidak hanya tertuju pada kerumitan kata-kata, melainkan wacana mengenai kehidupan diekspresikan oleh penyair lewat puisi. Adapun difungsikan untuk mendeskripsikan atau mendefinisikan fenomena kehidupan. Penulisan puisi dengan simbol, tanda, metafora maupun metonimi, ataupun paradoks dan ironi bukan dalam rangka mempersulit posisi makna untuk dipahami pembaca. Puisi bukanlah permainan kata-kata untuk menemu arti, melainkan susunan realitas yang memberikan pengetahuan bagi pembaca untuk terus memahami dan mencermati pengetahuan.

2.1.3 Perpuisian Abdul Wachid B.S.

Abdul Wachid B.S. mulai menulis puisi sejak dekade 1980-an hingga sekarang. Ada pandangan bahwa dari masa itulah Abdul Wachid B.S. mulai merintis jalan kepenyairan sebagai pilihan hidup, baik untuk ekspresi diri maupun dalam transformasi ideologis. Banyak sekali karya-karya dari Abdul Wachid B.S. yang telah diterbitkan, baik di media massa, dalam bentuk antologi, maupun dalam buku tunggal. Perpuisian Abdul Wachid B.S. adalah struktur melingkupi commit to user 25 puisi-puisi Abdul Wachid B.S. dari mulai makna yang ada, bahasa yang digunakan, proses kreatif, transformasinya, maupun sudut pandangannya. Sudut pandang puisi Abdul Wachid B.S. mengarah pada nilai religius, sosialis, bahkan sufistik. Hal itu telah dibicarakan dan berdasarkan pemaknaan-pemaknaan oleh kritikus maupun oleh beberapa orang yang meneliti puisi-puisi Abdul Wachid B.S. Perpuisian dari Abdul Wachid B.S. juga merupakan kecenderungan- kecenderungan dari puisi-puisi Abdul Wachid B.S. sebagai jalur yang ditempuh selama menjadi penyair. Kecenderungan-kecenderungan ini menjadi identifikasi dan inventarisasi mengenai gaya sebagai keidentikan. Searah dengan istilah yang telah dipaparkan tersebut, penelitian untuk mengungkap wacana dalam bahasa sebagai suatu narasi dapat didekati secara tekstual dengan melibatkan struktur sosial yang mengkonstruknya. Wacana dalam perpuisian Abdul Wachid B.S. terus muncul sejak 1980-an hingga sekarang. Puisi-puisi Abdul Wachid B.S. dipublikasikan di media massa, dalam antologi bersama, ataupun dalam antologi. Puisi-puisi tersebut hadir dengan melibatkan konteks sebagai struktur dan sistem yang terus menampilkan pengetahuan sebagai kebenaran. Wacana itu sendiri terlahir berdasarkan idealitas Abdul Wachid B.S., dalam memandang realita sosial berdasarkan pandangannya. Abdul Wachid B.S. dengan seperangkat “sistem nilai” berusaha menuliskan puisi sebagai sudut pandang, yang di sisi lain dia akan ditentukan oleh arena produksi kultural agar karya-karyanya diterima di media massa, masuk dalam antologi bersama, ataupuan antologi tunggal. Konvensi estetika yang telah ada pada masa 1980-an mempengaruhi kedirian dari Abdul Wachid B.S. dalam memproduksi puisi. commit to user 26 Bahkan, pemilihan wacana yang menarik itu sendiri belum tentu murni dari kesadaran praktis, melainkan karena telah dibentuk oleh institusi sosial untuk peka terhadap realitas tertentu. Arahan dari institusi ini menjadi disiplin atas aturan- aturan yang megondisikan cara berpikir Abdul Wachid B.S. dalam menyikapi realitas untuk ditulis menjadi puisi. Wacana dalam perpuisian Abdul Wachid B.S. lebih diarahkan pada upaya membentuk karakterisasi melalui kekuatan bahasa sebagai strategi literar dalam mengungkapkan pandangan sehingga teks mampu diserap oleh pembaca. Keseluruhan dari puisi harus dipahami untuk mengukuhkan corak yang melekat sebagai wacana yang diproduksi di tengah realitas. Dari segi tema, gaya bahasa, pandangan, dan proses penciptaan makna merupakan wacana secara individual yang memiliki ideologi. Bahasa yang diproduksi oleh Abdul Wachid B.S. itu sendiri pada akhirnya menjadi kebenaran yang diterima oleh pembaca.

2.2 Kajian Teori