Teori Strukturasi Kajian Teori

commit to user 43 multidimensional sturktur diskursif. Ruang kesadaran sosial akan terbentuk dengan adanya pemahaman dari masyarakat terhadap perputaran wacana, citra, maupun refleksivitas dari keadaan-keadaan yang terus memproduksi tanda. Ruang kesadaran akan membentuk individu-individu di masyarakat menjadi lebih peka dan selektif terhadap arah perubahan sebagai fenomena. Selain itu, ruang ini juga akan membuat individu tidak lagi terjebak dan terikat pada arena yang telah membelenggu dan membuat individu cermat dalam merespons setiap kejadian untuk tidak langsung menerima kebenaran, melainkan menyaringnya terlebih dahulu dengan interpretasi yang kritis. Pemahaman-pemahaman seseorang terhadap reproduksi sosial dari sebuah rutinitas akan membentuk proses kehidupan yang lain dari yang lain.

2.2.2 Teori Strukturasi

Anthony Giddens tidak mendefinisikan secara rinci mengenai teori strukturasi. Namun demikian, dari pandangan-pandangannya dalam menyikapi pola persebaran suatu masyarakat, teori strukturasi adalah pandangan mengenai hierarki, dari individu, dalam praktik sosial di sepanjang ruang dan waktu karena adanya penciptaan sarana dan prasarana yang menyebabkan adanya refleksivitas, rasionalisasi dan motivasi tindakan manusia sebagai agen Giddens, 2008:5. Pada inti terpenting dari strukturasi ini adalah membicarakan mengenai tindakan individu dalam struktur sosial kemudian bergulir menjadi sistem dan melakukan perubahan sosial dalam relasi yang homogen maupun heterogen. Interaksi sosial commit to user 44 berimplikasi pada pengungkapan mengenai institusional bekerja menjalin hubungan-hubungan berdasarkan konsekuensi yang mesti diterima. Anthony Giddens tidak puas dengan teori struktural-fungsional karena berada dalam lingkaran naturalistik dan pada akhirnya berkutat pada generalisasi. Ketidakpuasan Anthony Giddens juga muncul pada konstruksionisme- fenomenologis yang terlalu subjektif. Dia membuat dualitas struktur untuk mengetahui aktivitas sosial yang terus-menerus diproduksi dalam bentuk “kesadaran praktis”. Struktur yang selama ini dianggap sebagai ikatan, bagi Giddens juga mengikat dan membebaskan sehingga perubahan dapat dilakukan pada struktur. Dia memunculkan adanya dualitas, yakni dengan menggabungkan dua unsur yang berasal dari struktur dan sistem. Eksistensi dari dua unsur tersebut bukan untuk saling bertempur dan meniadakan, melainkan dua unsur tersebut agar saling melengkapi dan bekerja untuk melahirkan transformasi pada ruang-ruang sosial. Bentuk mengenai ketimpangan sosial, gerakan sosial, teori konflik, maupun aktualisasi diri, berada dalam pola untuk bergerak ke arah perubahan sosial. Arah perubahan sosial itu sendiri, dalam pandangan Giddens 2010:500, akan membentuk kota, seperti misalnya pada Inggris yang berpusat di London. Dalam hal ini, London menjadi dominasi dari modal industrial Inggris dalam beberapa waktu, di mana akhirnya kapitalisme global bekerja untuk membuat pasar yang dimainkan untuk mengelola mata uang. Usaha untuk mengkritisi fenomena London sebagai kota maju ini, Giddens meminjam beberapa pemikiran dari Ingham, berujung pada mengenai ketimpangan sosial, gerakan sosial, teori konflik, maupun aktualisasi diri untuk merujuk pada London sebagai contoh. Ini commit to user 45 dilakukan dengan adanya ramalan-remalan masa depan mengenai kondisi perkembangan dalam suatu masyarakat. Giddens menolak adanya generalisasi terhadap masyarakat London oleh Ingham mengenai proses perkembangan endogen di London. Dalam teori ini, Giddens menitikberatkan kajiannya pada nilai, struktur dan sistem sosial yang ada pada antarmasyarakat, tepi ruang dan waktu, aspek-aspek yang berbeda dari regionalisasi. Bentuk itu membuat relasi sosial yang khas dari masyarakat. Dia juga menghindari adanya objektivisme dan subjektivisme dan dia menganggap bahwa manusia merupakan agen yang bertindak sebagai aktor sosial. Ada struktur, sistem, dualitas struktur yang mengarah pada aturan-aturan yang ada dalam realitas Giddens, 2010:26. Upaya reproduksi sosial, menjadi ketentuan yang harus diterima. Teori strukturasi tidak melepaskan aturan-aturan dan sumber daya yang terlibat dalam produksi dan reproduksi dalam tindakan sosial sekaligus sarana reproduksi sistem tersebut. Teori strukturasi membaca situasi dan kondisi sebagai aktivitas manusia yang terus terjalin, baik individual maupun komunal. Perubahan sosial dapat bermula karena adanya wacana. Hadirnya penandaan-penandaan yang dipahami oleh setiap individu terhadap wacana memainkan pengetahuan untuk dikonsumsi. Kerangka dekonstruksi diarahkan untuk membentuk suatu tatanan sosial sebagai ruang sangat ditentukan oleh kekuatan dari struktur diskursus Bracher, 1997:88-91. Pemahaman individu tertentu terhadap tatanan simbolik yang ada dalam realitas sosial membutuhkan keyakinan tertentu pula untuk menerimanya berdasarkan citra yang terus memainkan reproduksi. Hubungan antara diri dan realitas dalam suatu konsep commit to user 46 wacana akan memperjelas hadirnya penandaan baru untuk diterima sebagai kebenaran sehingga terbukalah sistem nilai yang baru bagi individu. Pemahaman aktor sosial dalam merespon penandaan ini sejalan dengan nilai-nilai. Hubungan antara nilai dan wacana mengalami pertarungan dalam suatu pemaknaan Eco, 2009:214. Aturan-aturan yang ada di dalam suatu wacana menjadi bentuk komunikasi, yang akan membentuk entitas individu. Namun demikian, pada wilayah yang tak terbayangkan, disiplin yang terjadi itu karena adanya eliminasi dalam pemaknaan wacana. Keinginan untuk menyampaikan hasrat yang terpendam dengan hasrat yang terkondisikan membawa individu untuk terus bergerak dalam konsekuensi dan resiko. Kajian pada ruang dan waktu menjadi sangat menarik oleh pemikiran Anthony Giddens, yakni mengenai kecenderungan institusional bergerak untuk terus berlanjut sebagai perubahan Giddens, 2005:250-266. Paradigma ini diarahkan oleh Giddens dalam bentuk realisme utopis untuk meminimalisasi datangnya resiko. Kepekaan dan bentuk-bentuk kesadaran manusia sebagai subjek menjadi sangat penting untuk membaca arah perkembangan sehingga bisa menata diri. Jalan mengenai perubahan sosial secara institusional akan dipantau secara realis untuk menentukan kadar kemungkinan pada perubahan-perubahan yang akan terjadi. Relasi-relasi yang terus terbentuk di dalam masyarakat sebagai bagian dari kolektivitas akan menjadi organisasi yang dijalankan secara regular. Ada suatu pemahaman dari masyarakat untuk melakukan tindakan-tindakan berdasarkan sistem yang telah disepakati. Adanya pola, di mana kolektivitas itu bergulir commit to user 47 merupakan bagian integral yang harus dipahami dengan cermat dan kritis karena akan tampak pada refleksivitas sosial. Namun demikian, pola ini harus dibaca dalam bentuk yang kritis. Reflektivitas yang bergerak di dalam struktur memiliki efek-efek yang perlu diperhatikan sebagai realiasasi. Pada kaitan itu, ada pemahaman mengenai strukturasi, yakni mengenai penentuan ruang dan waktu sebagai panggung aktivitas manusia yang terus dilakukan. Hanya saja, ada sedikit kesalahan mengenai generalisasi dalam aktivitas yang beragam. Aktivitas-aktivitas itu membentuk kemungkinan yang akan terjadi dengan adanya perubahan-perubahan, bahkan perubahan secara konseptual dalam organisasi. Keterlibatan manusia yang memiliki nilai dalam interaksi dipengaruhi oleh struktur dan sistem yang melingkupi. Aktivitas manusia dalam kehidupan menggunakan aturan-aturan dan kebiasaan-kebiasaan dalam berbagai motif. Hal itu berjalan situasi dan kondisi berdasarkan mode yang diproduksi. Selanjutnya, ada pemahaman mengenai sistem itu bekerja mengarahkan manusia untuk bertindak dan berprilaku. Manusia dalam perilaku akan bergerak dalam lingkaran struktur dan sistem. Aktivitas atau kegiatan manusia dalam pandangan strukturasi dianggap sebagai praktik sosial karena adanya komposisi dalam wilayah tertentu. Interaksi-interaksi yang terjadi ini merupakan reproduksi sosial sehingga manusia pada akhirnya membentuk praktik sosial sebagai agen yang memproduksi suatu keadaan. Interaksi sosial pada akhirnya menjadi kebiasaan yang terus dijalani oleh manusia. Aktivitas-aktivitas ini menjadi rangkaian perubahan sosial yang terus bergerak dan menjadi pola di dalam hidupnya. Sebagai contoh, pada wilayah moral ada commit to user 48 kewajiban yang dilawan dengan resiko Hazlitt, 2003:141. Seseorang harus menolak atau melakukan sesuatu karena adanya pandangan-pandangan wacana terkait dengan moral, yang resikonya terlalu tinggi apabila menolak atau melakukan. Dorongan dari kesadaran praktis membuatnya harus bersikeras untuk menentukan pilihan dengan berbagai konsekuensi dan resiko yang harus diterima. Dia tidak akan gagal dalam wilayah manapun dengan memainkan dan memperhitungkan konsekuensi dan resiko dengan baik. Akan tetapi, kebanyakan dari orang akan berpikir pragmatis dalam kesejahteraan atau kelangsungan hidup, bukan berjuang untuk hidup dengan mempertahankan idealitas. Untuk meneliti konsep strukturasi bekerja ini harus melalui perbandingan langsung dengan masyarakat yang berlainan. Hal ini difungsikan untuk menentukan dalam proses identifikasi berdasarkan nilai individual, struktur yang melingkupi, sampai adanya sistem yang bekerja dalam suatu tatanan. Arah pemahaman diharuskan untuk lebih mencerahkan bagi pengetahuan dengan mengungkap struktur diskursif melalui metalinguistik Giddens, 2010:514. Hal ini dikarenakan adanya konstruksi wacana pada aktor sosial yang datang dari struktur, yakni dari tatanan keluarga, kelompok, dan institusi sosial, yang tidak pernah mereka sadari, juga dari bawah. Maka daripada itu, arah perubahan dari sebuah wacana akan diterima pada kesadaran praktis atas sistem sosial yang terus bereproduksi. Pemunculan aturan-aturan sebagai suatu disiplin akan membangun kekuasaan intensional. Adapun rasionalitas yang bergerak ke arah kesadaran praktis merupakan strategi terselubung untuk mengontrol pretensi kebenaran. commit to user 49 Teori strukturasi menekankan bahwa untuk mengungkapkan ciri struktur dari sistem sosial dengan mangacu pada pengetahuan dari pelaku yang bersangkutan. Tentunya, hal ini tidak mengarah pada fungsionalisme, melainkan analisis mengenai kondisi integritas sosiologis dan sistem melalui pengidentifikasian komponen institusional utama dari sistem sosial Giddens, 2010:515. Arahan-arahan inilah yang sangat ditekankan oleh Anthony Giddens dalam mengungkap ruang sosial serta interaksi yang terjadi di dalamnya. Pemikirannya sendiri berada di antara dua kutub teori dengan membuat keduanya saling melengkapi. Teorinya bisa juga sebagai kritik, namun dapat masuk juga dalam suatu tatanan metodologis untuk melihat fenomena secara lebih mendalam dan komprehensif. Dalam karya sastra, perubahan-perubahan yang terjadi terhadap arena produksi sangat mempengaruhi kreativitas sastrawan. Arena itu sendiri berada di dalam suatu kekuasaan politis berdasarkan wacana-wacana yang diyakini. Proses transformasi wacana dalam sebuah arena akan mengontrol sastrawan menempatkan posisinya dalam prinsip hierarkis yang terpendam. Adanya konsep estetika sebagai standar penilaian di dalam arena merupakan suatu wacana yang akan mengontrol sastrawan untuk menciptakan karya-karya berada di atas standar tersebut. Secara kritis, sastrawan dapat memahami peta sosial untuk melakukan pengondisian diri menjadi cara yang paling aman untuk diakui eksistensinya di hadapan publik dan terus menjalin relasi untuk mempertahankan hidup. Namun demikian, yang menarik di sini adalah pertarungan wacana antara individu dengan konsep estetika wacana yang ada di dalam arena. Pertarungan itu commit to user 50 akan memungkinkan individu menjadi makin terakui atau justru menjadi tersingkir dari sebuah produksi. Interaksi individu di dalam arena sebagai agen yang terus bergerak akan selalu memunculkan perubahan-perubahan seiring dengan inovasi-inovasi yang terus dilakukan. Inovasi menjadi bagian penting dalam sebuah kreativitas untuk menunjukkan kemampuan. Hanya kreativitas yang memenuhi pasar, yang pada nantinya akan mengubah seluruh tatanan arena yang bersifat kapitalis. Hubungan timbal balik dalam relasi sosial juga akan menempatkan individu berada dalam cita-cita kelompok antara hasrat diri dan pengakuan eksistensi. Teori strukturasi ini akan mengungkapkan mengenai wilayah kerja dari kondisi-kondisi yang mengatur adanya transformasi struktur berdasarkan reproduksi sistem sosial. Arena produksi akan berada di bawah wacana yang bergerak, baik yang memunculkan kritik maupun yang mendukung secara penuh. Sastrawan sebagai aktor sosial akan menciptakan wilayah institusional dalam batas-batas kontekstual sebagai transformasi berdasarkan idealitasnya. Kondisi ini bekerja dengan perkembangan manusia sebagai agen yang dipahami sebagai subjek untuk melakukan perubahan berdasarkan waktu, ruang dan regionalisasi. Sementara itu, struktur, sistem, dan reproduksi sosial membentuk agen itu untuk bekerja, yakni pembaca. Adapun perwujudannya adalah perubahan, evolusi dan wilayah institusional sebagai pola baru yang hadir di waktu kemudian dari subjek, yang secara implementatif muncul pada teks-teks sastra yang diproduksi untuk diterima oleh pembaca. commit to user 51 Akan tetapi, yang lebih terpenting lagi adalah memainkan baca:membuat strategi wacana untuk dipercaya oleh masyarakat. Arena wacana menuntut adanya tatanan simbolik diterima dan disebarkan oleh pembaca. Arena produksi wacana menjadi wilayah yang menjadikan pembaca menyebarkan wacana yang diterima. Pengetahuan memegang peran yang sangat penting untuk memainkan wacana dan mengontrol sastrawan untuk memproduksi teks-teks yang laku di pasaran. Perjuangan sastrawan untuk menampilkan karya unik diliputi dengan resiko dan konsekuensi yang sangat besar, maka pilihan yang paling praktis untuk diterima dalam suatu arena adalah dengan memproduksi teks-teks berdasarkan harapan arena, yang sesungguhnya mereka terjebak pada repetisi. Konsep sastrawan sebagai agensi yang bergerak dalam ranah sosial hadir secara bervariatif. Agen yang memiliki ranah berpikir lebih dalam akan mengakumulasikan sesuatu yang lebih inovatif dan kreatif dalam ruang sosial, meskipun berada dalam konstruksi sosial yang sama. Dalam struktur sosial ini, ada nilai yang bekerja sehingga pembaca menerima dan dengan sendirinya berusaha menyebarkan wacana yang telah diterima tersebut. Pengetahuan yang terus direproduksi oleh subjek dalam ruang sosial ini juga dapat masuk pada wilayah institusional. Pilihan-pilihan sastrawan menciptakan teks dengan genre tertentu berusaha untuk menembus konsekuensi yang harus dan akan diterima dalam perubahan masyarakat. Pilihan-pilihan ini bekerja atas stuktur sosial yang memberikan jalan, namun subjek memiliki nilai sehingga selalu memunculkan pengetuhan yang sejajar dengan nilai-nilai kemanusiaan. Posisi sastrawan dalam suatu arena mendorong strategi-strategi khusus untuk menampilkan citra agar commit to user 52 diterima kehadirannya. Arena sebagai institusi menampilkan ruang dan waktu yang mempengaruhi beberapa tindakan pembaca dalam praktik sosial untuk memproduksi wacana baru berdasarkan tanda-tanda yang telah dibaca.

2.2.3 Teori Semiotika