67
membuat prestasi belajar anak menurun padahal dengan adanya buku selain buku yang digunakan di sekolah dapat melatih anak agar gemar membaca.
B. Pembahasan
Dukungan sosial orang tua merupakan dukungan yang seharusnya diberikan kepada anaknya baik di rumah maupun di sekolah. Dukungan tersebut penting
diberikan karena tanpa dukungan sosial orang tua anak tidak akan tumbuh menjadi anak yang memiliki pribadi dan sikap yang baik. Keterlibatan orang tua
dengan cara mengenal bentuk anak dan memberikan dukungan dalam kadar yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak merupakan suatu hal terpenting dalam
dukungan sosial orang tua terhadap anak Santrock, 2007: 532. Dukungan sosial orang tua yang semestinya diberikan kepada anak dengan porsi yang seharusnya.
Pada masa sekarang banyak orang tua yang hanya memberikan dukungan sosial sekedarnya saja tanpa ada dukungan lebih yang diharapkan oleh anak. Hal
itu ditunjukkan dengan banyaknya orang tua yang kurang memperhatikan anak di sekolah maupun di rumah. Dukungan yang diberikan hanya merupakan kebiasaan
sehari-hari atau sebatas kewajiban yang harus dilakukan oleh orang tua kepada anaknya.
Dukungan sosial orang tua dapat menjadi akar dari keberhasilan yang didapatkan anak. Tanpa adanya dukungan dari orang tua, anak tidak akan
memiliki kesiapan belajar yang maksimal. Anak yang memiliki kesiapan belajar yang baik akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula.
68
Berdasarkan hasil penelitian terhadap informan guru wali kelas V, orang tua siswa, dan siswa SD N Tegalpanggung serta dilakukannya observasi dan
pengumpulan beberapa dokumen maka diperoleh informasi dan pembahasan sebagai berikut:
Berdasarkan hasil penelitian, dukungan sosial orang tua yang diberikan kepada anak belum sepenuhnya diberikan. Dukungan sosial orang tua masih
banyak yang dilakukan atas dasar kewajiban orang tua kepada anaknya dan sudah menjadi kebiasaan setiap harinya. Dukungan sosial orang tua yang mencakup
beberapa aspek dukungan yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dan dukungan jaringan belum
semuanya diberikan. Orang tua memberikan dukungan kepada anak agar anak dapat merasakan kenyamanan dari orang tuanya. Hal ini sependapat dengan
Sarafino, 1997: 97 yang menyatakan Dukungan sosial orang tua mengacu pada kepedulian, penghargaan, kenyamanan yang dirasakan oleh individu yang berasal
dari orang lain. Dukungan emosional merupakan salah satu dukungan yang diberikan oleh
orang tua kepada anaknya secara emosional. Berdasarkan hasil penelitian, anak kurang merasakan perhatian dari orang tuanya karena orang tuanya yang sangat
sibuk dengan pekerjaannya masing-masing dan kurang memberikan perhatian lebih kepada anaknya. Perhatian didapatkan hanya sebatas perhatian yang biasa
dilakukan setiap harinya. Anak akan merasa diperhatikan ketika orang tua dapat mengerti apa yang diinginkan anak dari orang tuanya bukan hanya sekedar
69
kewajiban orang tua kepada anaknya. Perhatian yang biasa diberikan kepada anak yaitu dengan mengantarkan anak sekolah dan menjemputnya, mengingatkan, dan
mempersiapkan makanan untuk anaknya. Anak setiap harinya sebelum sekolah tidak pernah sarapan di rumah karena orang tua jarang mempersiapkan sarapan di
rumah, anak diajak makan soto yang berada di samping sekolah dan jika tidak makan soto anak hanya dibiarkan untuk jajan di sekolah. Anak jika tidak sarapan
di rumah atau makan soto anak dibiarkan untuk membeli jajan dari pagi hingga pulang sekolah, anak selalu jajan ketika pagi hari sebelum bel masuk sekolah
berbunyi. Orang tua beranggapan, orang tua hanya perlu memberikan uang kepada anak tanpa memperhatikan yang lain. Selain perhatian yang dibutuhkan
oleh anak, kepedulian dari orang tua juga dibutuhkan oleh anak. Orang tua sudah memenuhi semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak sebagai bentuk
kepedulian orang tua kepada anaknya. Segala kebutuhan anak di sekolah maupun di rumah sudah dipenuhi oleh orang tua. Hal ini sejalan dengan Sarafino, 1997:
98 yang mengatakan dukungan sosial orang tua mengacu pada kepedulian, penghargaan, kenyamanan yang dirasakan oleh individu yang berasal dari orang
lain. Memberikan individu rasa nyaman, tentram, merasa memiliki, dan dicintai saat mengalami tekanan.
Selain dukungan emosional ada pula dukungan penghargaan seperti yang diungkapkan Sarafino, 1997: 98 bahwa dukungan penghargaan berupa
penghargaan positif terhadap individu, dorongan atau persetujuan terhadap ide atau perasaan individu, dan membandingkan secara positif individu dengan orang
lain.
70
Berdasarkan hasil penelitian, orang tua kurang memberikan dukungan penghargaan kepada anak. Orang tua cuek dengan hasil belajar yang didapatkan
oleh anaknya. Dukungan penghargaan yang seharusnya diberikan kepada anak dapat berupa pemberian pujian maupun pemberian hadiah. Pemberian pujian
merupakan pemberian dukungan penghargaan yang sangat sederhana, namun anak jarang sekali mendapatkan pujian dari orang tuanya atas prestasi yang didapatkan
oleh anak. Orang tua beranggapan bahwa memberikan pujian kepada anak hanya ketika anak mendapatkan nilai yang bagus atau anak bisa naik kelas, padahal
selama ini anak jarang sekali mendapatkan nilai yang bagus. Orang tua kurang memberikan penghargaan kepada proses yang dilalui anak untuk mendapatkan
nilai-nilai tersebut. Dukungan penghargaan dapat diberikan tidak hanya ketika anak mendapatkan prestasi atau dapat naik kelas namun penghargaan yang
diberikan atas usaha yang telah dilakukan dapat membuat anak merasa dihargai atas pencapaiannya. Orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya namun
orang tua kurang mendukung dalam pencapaian tersebut. Selain pujian dukungan penghargaan yang dapat diberikan adalah dengan memberikan hadiah kepada
anak atas pencapaian terbaiknya. Pemberian hadiah jarang diberikan kepada anak namun hadiah akan diberikan apabila anak memintanya kepada orang tua. Hadiah
yang biasa diberikan dapat berupa barang elektronik maupun hadiah untuk berjalan-jalan di Swalayan bersama dengan keluarga. Ketika dukungan
penghargaan diberikan kepada anak, anak akan merasakan senang dan akan lebih giat lagi dalam belajar.
71
Dukungan instrumental juga harus diberikan kepada anak. Dukungan ini dikemukakan Sarafino, 1997: 98, yaitu dukungan instrumental berupa bantuan
langsung seperti uang, waktu, dan tenaga melalui tindakan yang dapat membantu individu.
Dari hasil penelitian, dukungan instrumental sudah diberikan namun belum sepenuhnya. Dukungan instrumental yang sudah diberikan kepada anak berupa
pemberian uang saku setiap hari. Orang tua selalu memberikan uang saku kepada anak sebagai bentuk dukungannya kepada anak agar anak semangat dalam belajar
di sekolah, namun pemberian uang saku kepada anak termasuk kedalam pemberian uang saku yang berlebih. Anak diberikan uang saku sebesar sepuluh
sampai lima belas ribu setiap harinya. Pemberian yang berlebih ini dikarenakan orang tua memberikan uang saku dengan jumlah yang cukup besar untuk anak
usia Sekolah Dasar. Dengan pemberian uang saku yang cukup banyak dapat menjadikan anak kurang berkonsentrasi dalam belajarnya di sekolah. Anak hanya
akan memikirkan akan makan apa nanti di sekolah. Selain itu pemberian uang saku juga dilakukan ketika sesudah pulang dari sekolah. Anak selalu meminta
uang tambahan untuk jajan di rumah sepulangnya dari sekolah. Anak akan marah ketika permintaannya tidak dituruti oleh orang tuanya. Anak tidak menyisihkan
sedikit uangnya untuk ditabung namun menghabiskan seluruh uang saku yang diberikan oleh orang tuanya. Pemberian uang saku yang berlebih ini juga
dikarenakan orang tua takut ketika anak kekurangan uang nanti akan meminta- minta kepada temannya. Selain itu efek dari pemberian uang saku yang berlebih
ini yaitu anak jadi enggan makan di rumah baik sebelum berangkat sekolah
72
maupun sepulang sekolah. Hal ini dapat menjadikan anak terbiasa dengan uang yang banyak sehingga menyebabkan anak tidak mau ketika hanya diberikan uang
yang sedikit dan mengancam tidak akan sekolah jika uang sakunya tidak seperti biasanya.
Selain uang saku yang diberikan kepada anak, dukungan instrumental juga mencakup waktu yang diberikan orang tua kepada anak. Berdasarkan hasil
penelitian, waktu yang diberikan orang tua kepada anak sangat minim. Orang tua kurang dapat membagi waktunya antara bekerja dan mengurus anak. Anak selalu
merasakan kesepian ketika ditinggal kedua orang tuanya bekerja. Orang tua bekerja dari sore hingga larut malam, hal ini menyebabkan anak tidak ditemani
belajar oleh orang tuanya sehingga anak enggan untuk belajar setiap hari. Ketika anak belajar orang tua malah asik menonton televisi didekat anaknya yang sedang
belajar. Dan menjadikan anak tidak belajar dengan maksimal karena anak malah ikut menonton televisi bersama dengan orang tuanya. Hal ini membuktikan orang
tua tidak meluangkan waktunya walaupun sedikit untuk menemani belajar anak ketika di rumah.
Dari berbagai dukungan, dukungan informatif sama pentingnya untuk diberikan kepada anak karena dukungan informatif dapat membentuk kepribadian
anak. Hal ini juga dikemukakan Sarafino, 1997: 98, yaitu dukungan informatif; mencakup pemberian nasihat, petunjuk, sarana, atau umpan balik tentang yang
dilakukan individu.
73
Dukungan informatif selayaknya diberikan kepada anak sebagai upaya membuat anak menjadi anak yang baik. Dari hasil penelitian, dukungan informatif
berupa pemberian nasihat sudah diberikan dengan semestinya walupun terkadang ketika orang tua memberikan nasihat kepada anak, anak tidak mau mendengar
atau bahkan tidak menghiraukan nasihat-nasihat yang diberikan. Nasihat yang diberikan orang tua kepada anaknya biasanya berupa nasihat untuk selalu belajar
agar kelak tidak seperti orang tuanya yang hanya bekerja sebagai penjual sate. Selain itu nasihat yang sering diberikan yaitu menjadi anak yang baik, tidak nakal
dan tidak suka minta-minta kepada teman. Nasihat yang diberikan orang tua memang nasihat yang baik yang dapat menjadikan anak menjadi anak yang baik
seperti yang diharapkan oleh orang tuanya. Namun terkadang pemberian nasihat kepada anak dalam keadaan marah sehingga anak tidak mau mendengarkan semua
nasihat yang diuatarakan. Anak masih sering mengabaikan nasihat-nasihat yang berikan orang tuanya, kalaupun dilaksanakan nasihatnya dengan perasaan
terpaksa. Selain nasihat dukungan informatif juga dapat berupa pemberian saran
pertimbangan kepada anaknya. Anak jarang meminta saran kepada orang tuanya, hanya waktu tertentu saja anak membutuhkan saran dari orang tuanya. Anak
kebanyakan dapat memutuskan sendiri sesuatu hal tanpa saran dari orang tuanya. Namun pemberian saran juga tidak dibiasakan didalam keluarganya. Anak jarang
meminta saran kepada orang tuanya dikarenakan orang tuanya juga jarang meminta saran kepada anak ketika akan memutuskan sesuatu hal yang
berhubungan dengan anak maupun tidak. Alangkah lebih baiknya apabila anak
74
dilibatkan dalam memutuskan sesuatu hal yang berkaitan dengan dirinya maupun keluarganya.
Dari keempat dukungan yang sudah dijabarkan ada satu lagi dukungan yang dapat membuat anak merasa dianggap di rumah dan anak dapat terbuka dengan
orang tuanya mengenai peristiwa yang alami. Dukungan ini disebut dukungan jaringan, hal ini diungkapkan Sarafino, 1997: 98 adalah dukungan jaringan
memberikan perasaan menjadi bagian dari anggota kelompok. Dukungan jaringan sangat dibutuhkan anak agar anak merasa dirinya ada
dianggap didalam keluarga. Dukungan jaringan yang diberikan kepada anak sudah dipenuhi oleh orang tua. Dari hasil penelitian, anak merasakan dirinya dibutuhkan
di rumah ketika anak melakukan kegiatan bersama dengan keluarganya. Kegiatan yang biasanya dilakukan secara bersama yaitu menusuki sate. Kegiatan ini selalu
dilakukan ketika hari libur saja karena orang tua tidak mau mengganggu waktu anak ketika hari-hari sekolah. Selain melakukan kegiatan bersama dengan orang
tua pemberian dukungan jaringan akan berhasil apabila anak tidak canggung dalam menyampaikan keinginannya. Anak selalu mengatakan kepada orang tua
apa yang sedang diinginkan dan berharap agar orang tua memenuhi segala keinginannya. Banyak hal yang diinginkan dan dikatakan kepada orang tuanya.
Hal yang biasanya diinginkan yaitu jajan dan membeli barang-barang elektronik agar sama dengan teman-temannya. Namun tidak semua keinginan anak dipenuhi
oleh orang tuanya. Selalu ada saja ulah yang dilakukan anak ketika permintaanya
75
tidak dipenuhi, anak akan ngambek atau bahkan marah ketika keinginannya tidak terpenuhi.
Dukungan sosial orang tua mempengaruhi kesiapan belajar anak di sekolah. Dengan pemberian dukungan sosial orang tua yang tepat akan berdampak dalam
kesiapan anak dalam belajar. Kesiapan dalam fisik, psikis, dan materil. Kesiapan anak sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Kesiapan
dimulai dari dalam diri sendiri hingga dari lingkungan sekitar. Hal ini juga sependapat dengan Hamzah B. Uno, 2010: 7 yang menyatakan . apabila siswa
siap untuk melakukan proses belajar, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya bila tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik.
Kesiapan anak mencakup beberapa kesiapan, salah satunya yaitu kesiapan fisik. Kesiapan fisik anak dinilai apabila anak memiliki fisik yang kuat dan tidak
sakit-sakitan. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah, 2002: 35 yang mengatakan bahwa kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah
dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan. Hal yang mengganggu kesiapan fisik anak yaitu ketika mengikuti mudik orang tuanya ke Madura saat hari raya
Idul Adha tiba. Anak akan mengikuti mudik dengan waktu yang cukup lama sehingga anak juga harus meninggalkan semua kegiatan belajar mengajar di
sekolah selama anak mudik ke Madura. Mudik ke kampung halaman khususnya di Madura merupakan tradisi yang dilakukan setiap tahunnya ketika hari raya Idul
Adha, tak tanggung-tanggung mudik dilakukan selama kurang lebih tiga minggu. Padahal didalam kalender nasional libur hari raya Idul Adha hanya 1 hari saja
76
yaitu ketika hari H. Jadi anak meninggalkan banyak materi pelajaran yang diberikan selama anak tidak masuk sekolah. Acara mudik lebaran itu merupakan
ajakan dari orang tuanya dan disambut suka cita oleh anaknya. Namun dibalik kebahagiaan anak yang akan mengikuti mudik orang tuanya tersimpan kecemasan
karena akan ketinggalan banyak materi pelajaran yang diajarakan oleh guru di sekolah. Di SD N Tegalpanggung sudah hafal dengan tradisi yang dilakukan
anak-anak asli Madura setiap tahunnya sehingga menyebabkan orang tua tidak izin terlebih dahulu kepada guru ketika akan melaksanakan mudik hari raya Idul
Adha. Setelah tidak masuk cukup lama, anak akan kembali masuk sesampainya di Jogja. Anak akan berusaha untuk bertanya dengan teman mengenai materi yang
sudah anak tinggalkan selama mengikuti mudik orang tuanya. Guru enggak memberikan tambahan materi kepada anak yang sudah melanggar kedisiplinan
sekolah dengan tidak berangkat sekolah tanpa izin dengan waktu yang cukup lama. Hal ini juga terjadi ketika awal peneliti melakukan penelitian, anak yang
akan menjadi subjek penelitian tidak berangkat sekolah selama satu minggu padahal di sekolah sedang mengadakan UTS Ujian Tengah Semester. Anak
tidak masuk dari awal UTS hingga UTS berakhir. Alasan yang diungkapkan oleh anak ketika tidak masuk sekolah yaitu mengikuti orang tua pulang ke Madura
karena ada saudaranya yang menikah. Anak tidak masuk sekolah tanpa orang tua meminta izin terlebih dahulu, jadi anak tidak berangkat sekolah tanpa keterangan.
Data yang didapat bahwa pernikahan saudaranya hanya satu hari namun orang tua bersama dengan anaknya di Madura hingga satu minggu dan mengabaikan jika
anak sedang ada UTS di sekolah. Setelah pulang dari Madura tanpa memikirkan
77
nasib UTS anak, orang tua sama sekali tidak menemui guru untuk meminta maaf atau sekedar meminta agar anaknya dapat mengikuti UTS susulan. Hal itu juga
terjadi kepada anak, anak tidak mengatakan kepada guru agar anak dapat mengikuti ujian susulan. Guru juga enggan memberikan ujian susulan kepada
anak karena tidak ada kesungguhan yang ditunjukkan oleh orang tua maupun anak agar anak mendapatkan yang terbaik untuk pendidikannya. Hal yang dilakukan
orang tua dengan mengajak anaknya meninggalkan sekolah cukup lama disaat UTS sudah melanggar kedisiplinan sekolah. Selain itu data yang didapatkan dari
lapangan menunjukkan bahwa anak akan tidak masuk sekolah jika orang tuanya memiliki kepentingan pribadi, seperti contohnya ketika ada salah satu keluarganya
yang ulang tahun orang tua akan mengajak semua keluarganya berlibur ke suatu tempat dan membiarkan anaknya meninggalkan sekolah selama berlibur.
Kesiapan fisik anak juga terlihat ketika sedang belajar apakah anak konsentrasi atau tidak. Fisik yang baik akan mempengaruhi tingkat konsentrasi
anak ketika belajar. Ketika belajar anak tidak sepenuhnya berkonsentrasi dari awal hingga akhir pembelajaran. Banyak gangguan yang terjadi sehingga memecahkan
konsentrasi anak. Gangguan itu berasal dari dalam diri anak maupun dari lingkungan sekitar anak. Gangguan yang berasal dari dalam diri anak yaitu rasa
bosan dan ingin mengganggu teman yang lain ketika pembelajaran berlangsung dan gangguan yang berasal dari luar yaitu gangguan dari temannya. Hal tersebut
dapat di atasi dengan pemberian tugas, sehingga ketika anak sibuk dengan tugasnya tidak akan saling mengganggu satu sama lain.
78
Selain kesiapan fisik, dukungan sosial juga mempengaruhi kesiapan psikis anak. Kesiapan Psikis merupakan kesiapan yang berasal dari dalam diri anak.
Kesiapan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yaitu faktor psikologis siswa, seperti yang dikemukakan oleh Darsono 2000: 27, faktor
kesiapan, baik fisik maupun psikologis, merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kesiapan psikis meliputi kesiapan dalam materi belajar. Mempersiapkan
materi sebelum sekolah menunjukkan memiliki kesiapan psikis. Namun tidak dengan anak, anak tidak pernah mempersiapkan materi selanjutnya yang akan
diajarkan di sekolah sebelumnya. Anak hanya sekedar mempersiapkan jadwal yang akan digunakan pada hari itu saja. Orang tua tidak mengingatkan untuk
mempersiapkan materi sebelunya namun orang tua hanya mengingatkan untuk mempersiapkan buku pelajaran yang akan digunakan untuk pelajaran pada hari
itu. Selain mempersiapkan materi sebelum ke sekolah, belajar juga penting
sebagai indikator bahwa anak memiliki kesiapan psikis. Anak tidak memprioritaskan belajar, belajar bukan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan
setiap hari di rumah. Anak hanya akan belajar apabila anak memiliki tugas pekerjaan rumah PR yang diberikan oleh guru di sekolah. Orang tua sudah
mengingatkan anak untuk selalu belajar namun anak tidak menaatinya dikarenakan anak tidak ditunggui ketika belajar yang dapat menjadikan anak
malas untuk belajar setiap hari. Orang tua juga hanya sekedar mengingatkan tanpa ingin tau apakah anak memiliki tugas dari sekolah. Sehingga anak sering
berbohong kepada orang tuanya apabila memiliki tugas pekerjaan rumah PR
79
agar anak tidak disuruh mengerjakan dan hanya dikurung di rumah. Dengan tidak belajar setiap hari dapat mempengaruhi kesiapan psikis anak. Anak juga tidak
belajar mengulang kembali materi yang telah diajarkan oleh guru di sekolah sebelumnya. Orang tua juga kurang tegas dalam menyikapi perilaku anak yang
jarang belajar di rumah. Orang tua hanya membiarkan begitu saja ketika anak tidak belajar.
Kesiapan yang tidak kalah penting yaitu kesiapan materil. Kesiapan materil merupakan kesiapan dasar yang harus dimiliki oleh anak. Anak dapat dikatakan
memiliki kesiapan materil apabila anak memiliki buku sebagai dasar untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Soemanto, 1998: 191 yang menyatakan
readiness sebagai kesediaan atau kesiapan seseorang untuk berbuat sesuatu. Buku didapatkan dari sekolah, sekolah menyediakan buku untuk siswanya sehingga
anak tidak perlu membeli buku untuk belajar di sekolah. Anak diberi pinjaman semua buku, jadi anak memiliki hampir semua buku pelajaran yang digunakan di
sekolah. Beberapa buku yang anak tidak miliki, anak tidak memiliki dikarenakan keterbatasan persediaan buku sehingga membuat anak tidak kebagian buku. Anak
berusaha untuk meminjam teman apabila ada pelajaran tersebut dan memiliki tugas yang ada di buku. Selain itu agar anak tidak tertinggal materinya, biasanya
anak akan mencatat hal-hal penting dibukunya. Orang tua anak tidak membiasakan anak agar gemar membaca. Karateristik
anak usia Sekolah Dasar masih suka untuk belajar buku yang menarik seperti yang dilengkapi dengan gambar sehingga membuat anak terbiasa untuk membaca
80
dan menjadi gemar membaca. Namun tidak dengan beberapa orang tua, anak tidak dianjurkan untuk memiliki atau bahkan mempelajari buku yang bukan berasal dari
sekolah, karena orang tua beranggapan bahwa ketika anak mempelajari buku yang bukan dari sekolah dapat membuat prestasi anak menurun.
Dukungan sosial yang diberikan orang tua sangat mempengaruhi kesiapan belajar anak di sekolah maupun di rumah. Kesiapan yang ditunjukkan anak
merupakan cerminan dari pemberian dukungan sosial oleh orang tuanya. Namun anak tidak mendapatkan dukungan sosial dari orang tuanya secara maksimal dan
menjadikan anak kurang memiliki kesiapan dalam belajarnya yang berdampak pada prestasi yang kurang baik di sekolah. Prestasi yang kurang baik ini berawal
dari anak tidak memiliki kesiapan belajar dan menjadikan hasil belajar anak menjadi tidak maksimal. Hal ini didukung dengan dokumetasi pada lampiran hal.
257 dan 258 gambar 14 dan 15.
C. Keterbatasan Penelitian