Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

67 membuat prestasi belajar anak menurun padahal dengan adanya buku selain buku yang digunakan di sekolah dapat melatih anak agar gemar membaca.

B. Pembahasan

Dukungan sosial orang tua merupakan dukungan yang seharusnya diberikan kepada anaknya baik di rumah maupun di sekolah. Dukungan tersebut penting diberikan karena tanpa dukungan sosial orang tua anak tidak akan tumbuh menjadi anak yang memiliki pribadi dan sikap yang baik. Keterlibatan orang tua dengan cara mengenal bentuk anak dan memberikan dukungan dalam kadar yang tepat sesuai dengan kebutuhan anak merupakan suatu hal terpenting dalam dukungan sosial orang tua terhadap anak Santrock, 2007: 532. Dukungan sosial orang tua yang semestinya diberikan kepada anak dengan porsi yang seharusnya. Pada masa sekarang banyak orang tua yang hanya memberikan dukungan sosial sekedarnya saja tanpa ada dukungan lebih yang diharapkan oleh anak. Hal itu ditunjukkan dengan banyaknya orang tua yang kurang memperhatikan anak di sekolah maupun di rumah. Dukungan yang diberikan hanya merupakan kebiasaan sehari-hari atau sebatas kewajiban yang harus dilakukan oleh orang tua kepada anaknya. Dukungan sosial orang tua dapat menjadi akar dari keberhasilan yang didapatkan anak. Tanpa adanya dukungan dari orang tua, anak tidak akan memiliki kesiapan belajar yang maksimal. Anak yang memiliki kesiapan belajar yang baik akan mendapatkan hasil belajar yang baik pula. 68 Berdasarkan hasil penelitian terhadap informan guru wali kelas V, orang tua siswa, dan siswa SD N Tegalpanggung serta dilakukannya observasi dan pengumpulan beberapa dokumen maka diperoleh informasi dan pembahasan sebagai berikut: Berdasarkan hasil penelitian, dukungan sosial orang tua yang diberikan kepada anak belum sepenuhnya diberikan. Dukungan sosial orang tua masih banyak yang dilakukan atas dasar kewajiban orang tua kepada anaknya dan sudah menjadi kebiasaan setiap harinya. Dukungan sosial orang tua yang mencakup beberapa aspek dukungan yaitu dukungan emosional, dukungan penghargaan, dukungan instrumental, dukungan informatif, dan dukungan jaringan belum semuanya diberikan. Orang tua memberikan dukungan kepada anak agar anak dapat merasakan kenyamanan dari orang tuanya. Hal ini sependapat dengan Sarafino, 1997: 97 yang menyatakan Dukungan sosial orang tua mengacu pada kepedulian, penghargaan, kenyamanan yang dirasakan oleh individu yang berasal dari orang lain. Dukungan emosional merupakan salah satu dukungan yang diberikan oleh orang tua kepada anaknya secara emosional. Berdasarkan hasil penelitian, anak kurang merasakan perhatian dari orang tuanya karena orang tuanya yang sangat sibuk dengan pekerjaannya masing-masing dan kurang memberikan perhatian lebih kepada anaknya. Perhatian didapatkan hanya sebatas perhatian yang biasa dilakukan setiap harinya. Anak akan merasa diperhatikan ketika orang tua dapat mengerti apa yang diinginkan anak dari orang tuanya bukan hanya sekedar 69 kewajiban orang tua kepada anaknya. Perhatian yang biasa diberikan kepada anak yaitu dengan mengantarkan anak sekolah dan menjemputnya, mengingatkan, dan mempersiapkan makanan untuk anaknya. Anak setiap harinya sebelum sekolah tidak pernah sarapan di rumah karena orang tua jarang mempersiapkan sarapan di rumah, anak diajak makan soto yang berada di samping sekolah dan jika tidak makan soto anak hanya dibiarkan untuk jajan di sekolah. Anak jika tidak sarapan di rumah atau makan soto anak dibiarkan untuk membeli jajan dari pagi hingga pulang sekolah, anak selalu jajan ketika pagi hari sebelum bel masuk sekolah berbunyi. Orang tua beranggapan, orang tua hanya perlu memberikan uang kepada anak tanpa memperhatikan yang lain. Selain perhatian yang dibutuhkan oleh anak, kepedulian dari orang tua juga dibutuhkan oleh anak. Orang tua sudah memenuhi semua kebutuhan yang dibutuhkan oleh anak sebagai bentuk kepedulian orang tua kepada anaknya. Segala kebutuhan anak di sekolah maupun di rumah sudah dipenuhi oleh orang tua. Hal ini sejalan dengan Sarafino, 1997: 98 yang mengatakan dukungan sosial orang tua mengacu pada kepedulian, penghargaan, kenyamanan yang dirasakan oleh individu yang berasal dari orang lain. Memberikan individu rasa nyaman, tentram, merasa memiliki, dan dicintai saat mengalami tekanan. Selain dukungan emosional ada pula dukungan penghargaan seperti yang diungkapkan Sarafino, 1997: 98 bahwa dukungan penghargaan berupa penghargaan positif terhadap individu, dorongan atau persetujuan terhadap ide atau perasaan individu, dan membandingkan secara positif individu dengan orang lain. 70 Berdasarkan hasil penelitian, orang tua kurang memberikan dukungan penghargaan kepada anak. Orang tua cuek dengan hasil belajar yang didapatkan oleh anaknya. Dukungan penghargaan yang seharusnya diberikan kepada anak dapat berupa pemberian pujian maupun pemberian hadiah. Pemberian pujian merupakan pemberian dukungan penghargaan yang sangat sederhana, namun anak jarang sekali mendapatkan pujian dari orang tuanya atas prestasi yang didapatkan oleh anak. Orang tua beranggapan bahwa memberikan pujian kepada anak hanya ketika anak mendapatkan nilai yang bagus atau anak bisa naik kelas, padahal selama ini anak jarang sekali mendapatkan nilai yang bagus. Orang tua kurang memberikan penghargaan kepada proses yang dilalui anak untuk mendapatkan nilai-nilai tersebut. Dukungan penghargaan dapat diberikan tidak hanya ketika anak mendapatkan prestasi atau dapat naik kelas namun penghargaan yang diberikan atas usaha yang telah dilakukan dapat membuat anak merasa dihargai atas pencapaiannya. Orang tua menginginkan yang terbaik untuk anaknya namun orang tua kurang mendukung dalam pencapaian tersebut. Selain pujian dukungan penghargaan yang dapat diberikan adalah dengan memberikan hadiah kepada anak atas pencapaian terbaiknya. Pemberian hadiah jarang diberikan kepada anak namun hadiah akan diberikan apabila anak memintanya kepada orang tua. Hadiah yang biasa diberikan dapat berupa barang elektronik maupun hadiah untuk berjalan-jalan di Swalayan bersama dengan keluarga. Ketika dukungan penghargaan diberikan kepada anak, anak akan merasakan senang dan akan lebih giat lagi dalam belajar. 71 Dukungan instrumental juga harus diberikan kepada anak. Dukungan ini dikemukakan Sarafino, 1997: 98, yaitu dukungan instrumental berupa bantuan langsung seperti uang, waktu, dan tenaga melalui tindakan yang dapat membantu individu. Dari hasil penelitian, dukungan instrumental sudah diberikan namun belum sepenuhnya. Dukungan instrumental yang sudah diberikan kepada anak berupa pemberian uang saku setiap hari. Orang tua selalu memberikan uang saku kepada anak sebagai bentuk dukungannya kepada anak agar anak semangat dalam belajar di sekolah, namun pemberian uang saku kepada anak termasuk kedalam pemberian uang saku yang berlebih. Anak diberikan uang saku sebesar sepuluh sampai lima belas ribu setiap harinya. Pemberian yang berlebih ini dikarenakan orang tua memberikan uang saku dengan jumlah yang cukup besar untuk anak usia Sekolah Dasar. Dengan pemberian uang saku yang cukup banyak dapat menjadikan anak kurang berkonsentrasi dalam belajarnya di sekolah. Anak hanya akan memikirkan akan makan apa nanti di sekolah. Selain itu pemberian uang saku juga dilakukan ketika sesudah pulang dari sekolah. Anak selalu meminta uang tambahan untuk jajan di rumah sepulangnya dari sekolah. Anak akan marah ketika permintaannya tidak dituruti oleh orang tuanya. Anak tidak menyisihkan sedikit uangnya untuk ditabung namun menghabiskan seluruh uang saku yang diberikan oleh orang tuanya. Pemberian uang saku yang berlebih ini juga dikarenakan orang tua takut ketika anak kekurangan uang nanti akan meminta- minta kepada temannya. Selain itu efek dari pemberian uang saku yang berlebih ini yaitu anak jadi enggan makan di rumah baik sebelum berangkat sekolah 72 maupun sepulang sekolah. Hal ini dapat menjadikan anak terbiasa dengan uang yang banyak sehingga menyebabkan anak tidak mau ketika hanya diberikan uang yang sedikit dan mengancam tidak akan sekolah jika uang sakunya tidak seperti biasanya. Selain uang saku yang diberikan kepada anak, dukungan instrumental juga mencakup waktu yang diberikan orang tua kepada anak. Berdasarkan hasil penelitian, waktu yang diberikan orang tua kepada anak sangat minim. Orang tua kurang dapat membagi waktunya antara bekerja dan mengurus anak. Anak selalu merasakan kesepian ketika ditinggal kedua orang tuanya bekerja. Orang tua bekerja dari sore hingga larut malam, hal ini menyebabkan anak tidak ditemani belajar oleh orang tuanya sehingga anak enggan untuk belajar setiap hari. Ketika anak belajar orang tua malah asik menonton televisi didekat anaknya yang sedang belajar. Dan menjadikan anak tidak belajar dengan maksimal karena anak malah ikut menonton televisi bersama dengan orang tuanya. Hal ini membuktikan orang tua tidak meluangkan waktunya walaupun sedikit untuk menemani belajar anak ketika di rumah. Dari berbagai dukungan, dukungan informatif sama pentingnya untuk diberikan kepada anak karena dukungan informatif dapat membentuk kepribadian anak. Hal ini juga dikemukakan Sarafino, 1997: 98, yaitu dukungan informatif; mencakup pemberian nasihat, petunjuk, sarana, atau umpan balik tentang yang dilakukan individu. 73 Dukungan informatif selayaknya diberikan kepada anak sebagai upaya membuat anak menjadi anak yang baik. Dari hasil penelitian, dukungan informatif berupa pemberian nasihat sudah diberikan dengan semestinya walupun terkadang ketika orang tua memberikan nasihat kepada anak, anak tidak mau mendengar atau bahkan tidak menghiraukan nasihat-nasihat yang diberikan. Nasihat yang diberikan orang tua kepada anaknya biasanya berupa nasihat untuk selalu belajar agar kelak tidak seperti orang tuanya yang hanya bekerja sebagai penjual sate. Selain itu nasihat yang sering diberikan yaitu menjadi anak yang baik, tidak nakal dan tidak suka minta-minta kepada teman. Nasihat yang diberikan orang tua memang nasihat yang baik yang dapat menjadikan anak menjadi anak yang baik seperti yang diharapkan oleh orang tuanya. Namun terkadang pemberian nasihat kepada anak dalam keadaan marah sehingga anak tidak mau mendengarkan semua nasihat yang diuatarakan. Anak masih sering mengabaikan nasihat-nasihat yang berikan orang tuanya, kalaupun dilaksanakan nasihatnya dengan perasaan terpaksa. Selain nasihat dukungan informatif juga dapat berupa pemberian saran pertimbangan kepada anaknya. Anak jarang meminta saran kepada orang tuanya, hanya waktu tertentu saja anak membutuhkan saran dari orang tuanya. Anak kebanyakan dapat memutuskan sendiri sesuatu hal tanpa saran dari orang tuanya. Namun pemberian saran juga tidak dibiasakan didalam keluarganya. Anak jarang meminta saran kepada orang tuanya dikarenakan orang tuanya juga jarang meminta saran kepada anak ketika akan memutuskan sesuatu hal yang berhubungan dengan anak maupun tidak. Alangkah lebih baiknya apabila anak 74 dilibatkan dalam memutuskan sesuatu hal yang berkaitan dengan dirinya maupun keluarganya. Dari keempat dukungan yang sudah dijabarkan ada satu lagi dukungan yang dapat membuat anak merasa dianggap di rumah dan anak dapat terbuka dengan orang tuanya mengenai peristiwa yang alami. Dukungan ini disebut dukungan jaringan, hal ini diungkapkan Sarafino, 1997: 98 adalah dukungan jaringan memberikan perasaan menjadi bagian dari anggota kelompok. Dukungan jaringan sangat dibutuhkan anak agar anak merasa dirinya ada dianggap didalam keluarga. Dukungan jaringan yang diberikan kepada anak sudah dipenuhi oleh orang tua. Dari hasil penelitian, anak merasakan dirinya dibutuhkan di rumah ketika anak melakukan kegiatan bersama dengan keluarganya. Kegiatan yang biasanya dilakukan secara bersama yaitu menusuki sate. Kegiatan ini selalu dilakukan ketika hari libur saja karena orang tua tidak mau mengganggu waktu anak ketika hari-hari sekolah. Selain melakukan kegiatan bersama dengan orang tua pemberian dukungan jaringan akan berhasil apabila anak tidak canggung dalam menyampaikan keinginannya. Anak selalu mengatakan kepada orang tua apa yang sedang diinginkan dan berharap agar orang tua memenuhi segala keinginannya. Banyak hal yang diinginkan dan dikatakan kepada orang tuanya. Hal yang biasanya diinginkan yaitu jajan dan membeli barang-barang elektronik agar sama dengan teman-temannya. Namun tidak semua keinginan anak dipenuhi oleh orang tuanya. Selalu ada saja ulah yang dilakukan anak ketika permintaanya 75 tidak dipenuhi, anak akan ngambek atau bahkan marah ketika keinginannya tidak terpenuhi. Dukungan sosial orang tua mempengaruhi kesiapan belajar anak di sekolah. Dengan pemberian dukungan sosial orang tua yang tepat akan berdampak dalam kesiapan anak dalam belajar. Kesiapan dalam fisik, psikis, dan materil. Kesiapan anak sangat mempengaruhi terhadap hasil belajar siswa di sekolah. Kesiapan dimulai dari dalam diri sendiri hingga dari lingkungan sekitar. Hal ini juga sependapat dengan Hamzah B. Uno, 2010: 7 yang menyatakan . apabila siswa siap untuk melakukan proses belajar, hasil belajar dapat diperoleh dengan baik. Sebaliknya bila tidak siap, tidak akan diperoleh hasil yang baik. Kesiapan anak mencakup beberapa kesiapan, salah satunya yaitu kesiapan fisik. Kesiapan fisik anak dinilai apabila anak memiliki fisik yang kuat dan tidak sakit-sakitan. Hal ini sejalan dengan pendapat Djamarah, 2002: 35 yang mengatakan bahwa kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan. Hal yang mengganggu kesiapan fisik anak yaitu ketika mengikuti mudik orang tuanya ke Madura saat hari raya Idul Adha tiba. Anak akan mengikuti mudik dengan waktu yang cukup lama sehingga anak juga harus meninggalkan semua kegiatan belajar mengajar di sekolah selama anak mudik ke Madura. Mudik ke kampung halaman khususnya di Madura merupakan tradisi yang dilakukan setiap tahunnya ketika hari raya Idul Adha, tak tanggung-tanggung mudik dilakukan selama kurang lebih tiga minggu. Padahal didalam kalender nasional libur hari raya Idul Adha hanya 1 hari saja 76 yaitu ketika hari H. Jadi anak meninggalkan banyak materi pelajaran yang diberikan selama anak tidak masuk sekolah. Acara mudik lebaran itu merupakan ajakan dari orang tuanya dan disambut suka cita oleh anaknya. Namun dibalik kebahagiaan anak yang akan mengikuti mudik orang tuanya tersimpan kecemasan karena akan ketinggalan banyak materi pelajaran yang diajarakan oleh guru di sekolah. Di SD N Tegalpanggung sudah hafal dengan tradisi yang dilakukan anak-anak asli Madura setiap tahunnya sehingga menyebabkan orang tua tidak izin terlebih dahulu kepada guru ketika akan melaksanakan mudik hari raya Idul Adha. Setelah tidak masuk cukup lama, anak akan kembali masuk sesampainya di Jogja. Anak akan berusaha untuk bertanya dengan teman mengenai materi yang sudah anak tinggalkan selama mengikuti mudik orang tuanya. Guru enggak memberikan tambahan materi kepada anak yang sudah melanggar kedisiplinan sekolah dengan tidak berangkat sekolah tanpa izin dengan waktu yang cukup lama. Hal ini juga terjadi ketika awal peneliti melakukan penelitian, anak yang akan menjadi subjek penelitian tidak berangkat sekolah selama satu minggu padahal di sekolah sedang mengadakan UTS Ujian Tengah Semester. Anak tidak masuk dari awal UTS hingga UTS berakhir. Alasan yang diungkapkan oleh anak ketika tidak masuk sekolah yaitu mengikuti orang tua pulang ke Madura karena ada saudaranya yang menikah. Anak tidak masuk sekolah tanpa orang tua meminta izin terlebih dahulu, jadi anak tidak berangkat sekolah tanpa keterangan. Data yang didapat bahwa pernikahan saudaranya hanya satu hari namun orang tua bersama dengan anaknya di Madura hingga satu minggu dan mengabaikan jika anak sedang ada UTS di sekolah. Setelah pulang dari Madura tanpa memikirkan 77 nasib UTS anak, orang tua sama sekali tidak menemui guru untuk meminta maaf atau sekedar meminta agar anaknya dapat mengikuti UTS susulan. Hal itu juga terjadi kepada anak, anak tidak mengatakan kepada guru agar anak dapat mengikuti ujian susulan. Guru juga enggan memberikan ujian susulan kepada anak karena tidak ada kesungguhan yang ditunjukkan oleh orang tua maupun anak agar anak mendapatkan yang terbaik untuk pendidikannya. Hal yang dilakukan orang tua dengan mengajak anaknya meninggalkan sekolah cukup lama disaat UTS sudah melanggar kedisiplinan sekolah. Selain itu data yang didapatkan dari lapangan menunjukkan bahwa anak akan tidak masuk sekolah jika orang tuanya memiliki kepentingan pribadi, seperti contohnya ketika ada salah satu keluarganya yang ulang tahun orang tua akan mengajak semua keluarganya berlibur ke suatu tempat dan membiarkan anaknya meninggalkan sekolah selama berlibur. Kesiapan fisik anak juga terlihat ketika sedang belajar apakah anak konsentrasi atau tidak. Fisik yang baik akan mempengaruhi tingkat konsentrasi anak ketika belajar. Ketika belajar anak tidak sepenuhnya berkonsentrasi dari awal hingga akhir pembelajaran. Banyak gangguan yang terjadi sehingga memecahkan konsentrasi anak. Gangguan itu berasal dari dalam diri anak maupun dari lingkungan sekitar anak. Gangguan yang berasal dari dalam diri anak yaitu rasa bosan dan ingin mengganggu teman yang lain ketika pembelajaran berlangsung dan gangguan yang berasal dari luar yaitu gangguan dari temannya. Hal tersebut dapat di atasi dengan pemberian tugas, sehingga ketika anak sibuk dengan tugasnya tidak akan saling mengganggu satu sama lain. 78 Selain kesiapan fisik, dukungan sosial juga mempengaruhi kesiapan psikis anak. Kesiapan Psikis merupakan kesiapan yang berasal dari dalam diri anak. Kesiapan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yaitu faktor psikologis siswa, seperti yang dikemukakan oleh Darsono 2000: 27, faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis, merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Kesiapan psikis meliputi kesiapan dalam materi belajar. Mempersiapkan materi sebelum sekolah menunjukkan memiliki kesiapan psikis. Namun tidak dengan anak, anak tidak pernah mempersiapkan materi selanjutnya yang akan diajarkan di sekolah sebelumnya. Anak hanya sekedar mempersiapkan jadwal yang akan digunakan pada hari itu saja. Orang tua tidak mengingatkan untuk mempersiapkan materi sebelunya namun orang tua hanya mengingatkan untuk mempersiapkan buku pelajaran yang akan digunakan untuk pelajaran pada hari itu. Selain mempersiapkan materi sebelum ke sekolah, belajar juga penting sebagai indikator bahwa anak memiliki kesiapan psikis. Anak tidak memprioritaskan belajar, belajar bukan merupakan kegiatan rutin yang dilakukan setiap hari di rumah. Anak hanya akan belajar apabila anak memiliki tugas pekerjaan rumah PR yang diberikan oleh guru di sekolah. Orang tua sudah mengingatkan anak untuk selalu belajar namun anak tidak menaatinya dikarenakan anak tidak ditunggui ketika belajar yang dapat menjadikan anak malas untuk belajar setiap hari. Orang tua juga hanya sekedar mengingatkan tanpa ingin tau apakah anak memiliki tugas dari sekolah. Sehingga anak sering berbohong kepada orang tuanya apabila memiliki tugas pekerjaan rumah PR 79 agar anak tidak disuruh mengerjakan dan hanya dikurung di rumah. Dengan tidak belajar setiap hari dapat mempengaruhi kesiapan psikis anak. Anak juga tidak belajar mengulang kembali materi yang telah diajarkan oleh guru di sekolah sebelumnya. Orang tua juga kurang tegas dalam menyikapi perilaku anak yang jarang belajar di rumah. Orang tua hanya membiarkan begitu saja ketika anak tidak belajar. Kesiapan yang tidak kalah penting yaitu kesiapan materil. Kesiapan materil merupakan kesiapan dasar yang harus dimiliki oleh anak. Anak dapat dikatakan memiliki kesiapan materil apabila anak memiliki buku sebagai dasar untuk belajar. Hal ini sejalan dengan pendapat Soemanto, 1998: 191 yang menyatakan readiness sebagai kesediaan atau kesiapan seseorang untuk berbuat sesuatu. Buku didapatkan dari sekolah, sekolah menyediakan buku untuk siswanya sehingga anak tidak perlu membeli buku untuk belajar di sekolah. Anak diberi pinjaman semua buku, jadi anak memiliki hampir semua buku pelajaran yang digunakan di sekolah. Beberapa buku yang anak tidak miliki, anak tidak memiliki dikarenakan keterbatasan persediaan buku sehingga membuat anak tidak kebagian buku. Anak berusaha untuk meminjam teman apabila ada pelajaran tersebut dan memiliki tugas yang ada di buku. Selain itu agar anak tidak tertinggal materinya, biasanya anak akan mencatat hal-hal penting dibukunya. Orang tua anak tidak membiasakan anak agar gemar membaca. Karateristik anak usia Sekolah Dasar masih suka untuk belajar buku yang menarik seperti yang dilengkapi dengan gambar sehingga membuat anak terbiasa untuk membaca 80 dan menjadi gemar membaca. Namun tidak dengan beberapa orang tua, anak tidak dianjurkan untuk memiliki atau bahkan mempelajari buku yang bukan berasal dari sekolah, karena orang tua beranggapan bahwa ketika anak mempelajari buku yang bukan dari sekolah dapat membuat prestasi anak menurun. Dukungan sosial yang diberikan orang tua sangat mempengaruhi kesiapan belajar anak di sekolah maupun di rumah. Kesiapan yang ditunjukkan anak merupakan cerminan dari pemberian dukungan sosial oleh orang tuanya. Namun anak tidak mendapatkan dukungan sosial dari orang tuanya secara maksimal dan menjadikan anak kurang memiliki kesiapan dalam belajarnya yang berdampak pada prestasi yang kurang baik di sekolah. Prestasi yang kurang baik ini berawal dari anak tidak memiliki kesiapan belajar dan menjadikan hasil belajar anak menjadi tidak maksimal. Hal ini didukung dengan dokumetasi pada lampiran hal. 257 dan 258 gambar 14 dan 15.

C. Keterbatasan Penelitian

Dokumen yang terkait

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA PADA ANAK HIPERAKTIF

0 3 21

DUKUNGAN ORANG TUA, MOTIVASI DAN SARANA Dukungan Orang Tua, Motivasi Dan Sarana Transportasi Belajar Terhadap Kedisiplinan Siswa SMK Negeri 2 Purwodadi.

0 3 15

PERAN KONSEP DIRI, DUKUNGAN ORANG TUA DAN PENYESUAIAN SOSIAL TERHADAP OPTIMISME Peran Konsep Diri, Dukungan Orang Tua dan Penyesuaian Sosial Terhadap Optimisme Siswa SMK Negeri 2 Klaten.

0 2 21

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Dukungan Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Dukungan Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA AWAL Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja Awal.

0 3 15

Hubungan antara Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII SMK Negeri 5 Surakarta.

0 0 19

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN KESIAPAN MENJADI ORANG TUA PADA REMAJA YANG MENIKAH DINI DI DUSUN TANUDITAN TRIRENGGO BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Kesiapan Menjadi Orang Tua pada Remaja yang Menikah Dini di Du

0 0 13

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS AKSELERASI - Unika Repository

0 0 14

PENGARUH TONSILITIS, INTELEGENSI, DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

0 0 117