Prinsip-prinsip Kesiapan Aspek-aspek Kesiapan

8 sehingga dapat mengikuti pembelajaran dengan baik dan lancar. Kesiapan adalah keadaan kapasitas yang ada pada diri siswa dalam hubungan dengan tujuan pengajaran tertentu Hamalik, 2003: 41. Pendapat ini juga didukung dengan pendapat Djamarah, 2002: 35, kesiapan untuk belajar merupakan kondisi diri yang telah dipersiapkan untuk melakukan suatu kegiatan. Sedangkan Soemanto, 1998: 191, juga berpendapat readiness sebagai kesediaan atau kesiapan seseorang untuk berbuat sesuatu. Kesiapan belajar dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya yaitu faktor psikologis siswa, seperti yang dikemukakan oleh Darsono, 2000: 27, faktor kesiapan, baik fisik maupun psikologis, merupakan kondisi awal suatu kegiatan belajar. Dari berbagai pendapat para ahli dapat disimpulkan bahwa kesiapan belajar merupakan kondisi awal untuk melakukan kegiatan belajar yang membuatnya siap untuk mengikuti dan memberi respon yang ada pada diri siswa dalam pencapaian tujuan pembelajaran yang dipengaruhi oleh faktor fisik maupun psikologis.

1. Prinsip-prinsip Kesiapan

Kesiapan belajar memiliki prinsip-prinsip. Prinsip-prinsip ini sebagai acuan dalam membangun kesiapan belajar anak. Prinsip-prinsip kesiapan meliputi: 1 berinteraksi dapat membentuk kesiapan, 2 kematangan jasmani dan rohani merupakan salah satu dasar dalam kesiapan, 3 pengalaman memiliki pengaruh positif terhadap kesiapan, dan 4 kesiapan dasar terbentuk selama masa 9 pembentukan dalam masa perkembangan. Hal ini juga diungkapkan Slameto, 2003: 115 prinsip-prinsip readiness meliputi: a. Semua aspek perkembangan berinteraksi saling pengaruh mempengaruhi. b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh manfaat dari pengalaman. c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif terhadap kesiapan. d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan. Prinsip-prinsip kesiapan yang sama juga diungkapkan Soemanto, 1998: 192 prinsip bagi perkembangan readiness meliputi: a. Semua aspek pertumbuhan berinteraksi dan bersama membentuk readiness, b. Pengalaman seseorang ikut mempengaruhi pertumbuhan fisiologis individu, c. Pengalaman mempunyai efek komulatif dalam perkembangan fungsi-fungsi kepribadian individu, baik yang jasmaniah maupun rohaniah.

2. Aspek-aspek Kesiapan

Kesiapan belajar juga memiliki aspek. Apek-aspek kesiapan belajar meliputi kematangan dan kecerdasan. Aspek kesiapan ini harus dimiliki anak agar anak dapat dikatakan memiliki kesiapan belajar. Kematangan pada anak sangat mempengaruhi kesiapan belajar sehingga kecerdasan yang dimiliki anak juga akan 10 meningkat. Hal ini didukung dengan pendapat Slameto, 2003: 115 aspek-aspek kesiapan meliputi : a. Kematangan maturation Kematangan adalah proses yang menimbulkan perubahan tingkah laku sebagai akibat dari pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan mendasari perkembangan, sedangkan perkembangan ini berhubungan dengan fungsi- fungsi tubuh + jiwa sehingga terjadi diferensiasi. Latihan-latihan yang diberikan pada waktu sebelum anak matang tidak akan memberi hasil. b. Kecerdasan Kecerdasan memiliki perkembangan berdasarkan tingkat usia anak. Kecerdasan anak semakin dewasa akan semakin meningkat. Kecerdasan seorang anak sangat dipengaruhi dalam setiap fasenya sehingga dalam setiap fase anak harus dioptimalkan dalam pencapaiannya. Hal ini juga dikemukakan oleh J. Piaget Slameto, 2003: 115 perkembangan kecerdasan sebagai berikut: a. Sensori motor period 0 – 2 tahun Anak banyak bereaksi reflek, reflek tersebut belum terkoordinasikan. Terjadi perkembangan perbuatan sensori motor dari yang sederhana ke yang relatif lebih kompleks. 11 b. Preoperational period 2 – 7 tahun Anak mulai mempelajari nama-nama dari objek yang sama dengan apa yang dipelajari orang dewasa dan ditandai dengan: 1 Memperoleh pengetahuan konsep-konsep, 2 Kecakapan yang didapat belum tetap konsisten, 3 Kurang cakap memikirkan tentang apa yang sedang dipikirkannya, kurang cakap merencanakan sesuatu yang dilakukan, masih berdasarkan pengalaman-pengalaman yang diamati dengan menggunakan tanda-tanda atau perangsang sensori, dan 4 Bersifat egosentris dalam arti memandang dunia berdasarkan pengalamannya sendiri, dan berdasarkan pengamatannya pada masa itu saja. c. Concrete Operation 7 – 11 tahun Pikiran anak sudah mulai stabil dalam arti aktivitas batiniah internal action, dan skema pengamatan mulai diorganisasikan menjadi sistem pengajaran yang logis logical operational system. Anak mulai dapat berpikir lebih dulu akibat-akibat yang mungkin terjadi dari perbuatan yang akan dilakukannya, ia tidak lagi bertindak coba-coba salah trial and error. Menjelang akhir periode ini anak telah menguasai prinsip menyimpan conservational principles. Anak masih terikat pada objek-objek konkret. d. Formal Operation lebih dari 11 tahun Kecakapan anak tidak lagi terbatas pada objek-objek yang konkret serta: 12 1 Ia dapat memandang kemungkinan-kemungkinan yang ada melalui pemikirannya dapat memikirkan kemungkinan-kemungkinan, 2 Dapat mengorganisasikan situasimasalah, 3 Dapat berpikir dengan betul dapat berpikir yang logis, mengerti hubungan sebab akibat, memecahkan masalah berpikir secara ilmiah.

3. Faktor Kesiapan Belajar

Dokumen yang terkait

DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA PADA ANAK HIPERAKTIF

0 3 21

DUKUNGAN ORANG TUA, MOTIVASI DAN SARANA Dukungan Orang Tua, Motivasi Dan Sarana Transportasi Belajar Terhadap Kedisiplinan Siswa SMK Negeri 2 Purwodadi.

0 3 15

PERAN KONSEP DIRI, DUKUNGAN ORANG TUA DAN PENYESUAIAN SOSIAL TERHADAP OPTIMISME Peran Konsep Diri, Dukungan Orang Tua dan Penyesuaian Sosial Terhadap Optimisme Siswa SMK Negeri 2 Klaten.

0 2 21

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA SMA Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Dukungan Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA.

0 2 16

HUBUNGAN ANTARA EFIKASI DIRI DAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN MOTIVASI BELAJAR PADA SISWA Hubungan Antara Efikasi Diri Dan Dukungan Orang Tua Dengan Motivasi Belajar Pada Siswa SMA.

0 2 15

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN KEPERCAYAAN DIRI PADA REMAJA AWAL Hubungan Antara Dukungan Sosial Orang Tua Dengan Kepercayaan Diri Pada Remaja Awal.

0 3 15

Hubungan antara Efikasi Diri dan Dukungan Sosial Orang Tua dengan Kesiapan Kerja Siswa Kelas XII SMK Negeri 5 Surakarta.

0 0 19

HUBUNGAN DUKUNGAN ORANG TUA DENGAN KESIAPAN MENJADI ORANG TUA PADA REMAJA YANG MENIKAH DINI DI DUSUN TANUDITAN TRIRENGGO BANTUL YOGYAKARTA NASKAH PUBLIKASI - Hubungan Dukungan Orang Tua dengan Kesiapan Menjadi Orang Tua pada Remaja yang Menikah Dini di Du

0 0 13

HUBUNGAN DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA DENGAN PRESTASI BELAJAR PADA SISWA KELAS AKSELERASI - Unika Repository

0 0 14

PENGARUH TONSILITIS, INTELEGENSI, DUKUNGAN SOSIAL ORANG TUA, DAN STATUS SOSIAL EKONOMI TERHADAP PRESTASI BELAJAR

0 0 117