Pengertian Kepuasan Teori Kepuasan Nasabah

organisasi atau bank dari pada terus menerus harus pindah dari satu orgabisasi ke organisasi lain atau dari satu bank ke bank lain Iswari:1999.

2.3. Teori Kepuasan Nasabah

2.3.1. Pengertian Kepuasan

Nasabah Kepuasan lebih banyak didefenisikan dari perspektif pengalaman konsumen setelah mengkonsumsi atau menggunakan suatu produk atau jasa. Dengan demikian kepuasan dapat diartikan sebagai hasil dari penilaian persepsi konsumen bahwa produk atau pelayanan telah memberikan tingkat kenikmatan di mana tingkat pemenuhan ini bisa lebih atau kurang. Tingkat kenikmatan yang dimaksud disini adalah kesesuaian antara apa yang dirasakan oleh konsumen dari pengalaman konsumsinya dengan apa yang diharapkannya. Dalam pengertian di atas yang terpenting adalah persepsi, bukan kondisi actual. Dengan demikian, bisa terjadi bahwa secara actual, suatu produk atau jasa mempunyai potensi untuk memenuhi harapan pelanggan tetapi ternyata hasil dari persepsi pelanggan tidak sama dengan apa yang diinginkan oleh produsen. Ini bisa terjadi karena adanya gap antara apa yang dipersepsikan oleh produsen perusahaan dengan apa yang dipersepsikan oleh pelanggan. Seorang pelanggan yang puas adalah pelanggan yang merasa mendapatkan nilai dari produsen atau penyedia jasa. Nilai ini bisa berasal dari produk, pelayanan, sistem atau sesuatu yang bersifat emosi. Kalau pelanggan mengatakan bahwa value adalah produk yang berkualitas, maka kepuasan terjadi kalau pelanggan menda- patkan Universitas Sumatera Utara produk yang berkualitas. Kalau value bagi pelanggan adalah kenyamanan maka kepuasan akan datang apabila pelayanan yang diperoleh benar-benar nyaman. Swan dalam Tjiptono 2005 menyatakan bahwa: “kepuasan nasabah sebagai evaluasi secara sadar atau penilaian kognitif menyangkut apakah kinerja produk relatif bagus atau jelek atau apakah produk bersangkutan cocok atau tidak cocok dengan tujuan pemakaian”. Kotler dan Amstrong 2001 menyatakan bahwa: “Kepuasan nasabah adalah sejauh mana kinerja yang diberikan oleh sebuah produk sepadan dengan harapan pembeli. Jika kinerja produk kurang dari yang diharapkan itu, pembelinya tidak puas”. Harapan nasabah melatar belakangi mengapa dua organisasi pada jenis bisnis yang sama dapat dinilai berbeda oleh nasabahnya. Dalam konteks kepuasan nasabah, umumnya harapan merupakan perkiraan atau keyakinan nasabah tentang apa yang akan diterimanya. Harapan mereka dibentuk oleh pengalaman transaksi terdahulu, komentar teman dan kenalannya serta janji dari perusahaan perbankan tersebut. Harapan-harapan inilah yang akhirnya berkembang seiring dengan semakin bertambahnya pengalaman nasabah. Dari keseluruhan kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan, pada akhirnya akan bermuara pada nilai yang akan diberikan kepada nasabah yang akan menimbulkan kepuasan. Menurut Tjiptono 2005 kepuasan nasabah merupakan indikator kesuksesan bisnis di masa yang akan datang. Ukuran-ukuran kinerja lainnya seperti penjualan dan pangsa pasar merupakan ukuran kesuksesan historis. Ukuran-ukuran seperti ini hanya memberikan informasi mengenai kinerja perusahaan dimasa lampau, namun tidak Universitas Sumatera Utara berbicara banyak untuk kinerja masa depan. Ukuran kepuasan nasabah lebih prediktif untuk kinerja masa depan dari pada data akuntansi saat ini. Pemasaran relasional berfokus pada kepuasan nonekomis, seperti layanan waktu pengiriman produk, kepastian mengenai kesinambungan pasokan. Pemasaran relasional mengutamakan peluang untuk menjalin hubungan yang saling menguntungkan atas dasar kesepakatan yang memuaskan kedua belah pihak. Setiap perusahaan jasa yang ingin sukses harus memprioritaskan kepuasan nasabah karena hal ini berkaitan dengan keberhasilan pemasaran jasa. Untuk mencapai tingkat kepuasan nasabah yang tinggi, diperlukan pemahaman tentang keinginan dan kebutuhan nasabah. Menurut Supranto 2001 menyatakan bahwa, kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan harapan dengan kinerja atau hasil yang dirasakannya. Kemudian Rangkuti 2003 menyatakan bahwa, kepuasan sebagai respon nasabah terhadap ketidaksesuaian antara tingkat kepentingan sebelumnya dan kinerja aktual yang dirasakannya setelah pemakaian. Untuk menciptakan pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan, perusahaan berpedoman pada suatu keyakinan yang menyatakan kualitas pelayanan sangat ditentukan oleh kemampuan perusahaan dalam mendengarkan suara customer. Kepuasan nasabah merupakan evaluasi atau penilaian dari nasabah terhadap kualitas pelayanan yang diberikan oleh perusahaan, dimana penilaian tersebut karena adanya kemampuan perusahaan memenuhi atau melebihi apa yang diharapkan oleh pelanggan. Berdasarkan defenisi tersebut di atas, berarti kepuasan nasabah adalah perbandingan antara kualitas pelayanan yang diberikan perusahaan dengan harapan Universitas Sumatera Utara para nasabah. Seorang nasabah jika merasa puas dengan nilai yang diberikan, sangat besar kemungkinannya untuk menjadi nasabah yang loyal. Menurut Umar 2003, “faktor yang mempengaruhi kepuasan nasabah adalah mutu produk dan pelayanannya, kegiatan penjualan, pelayanan setelah penjualan dan nilai-nilai perusahaan”. Variabel utama yang menentukan kepuasan nasabah yaitu yang diharapkan expextations dan kinerja perceived performance. Apabila kinerja perceived performance lebih besar dari yang diharapkan expextations, maka nasabah akan puas, tetapi bila sebaliknya maka nasabah akan merasa tidak puas. Pengaruh kinerja perceived performance tersebut lebih kuat dari pada yang diharapkan expextations didalam penentuan kepuasan nasabah. Oleh karena itu kepuasan akan menimbulkan loyalitas nasabah, maka loyalitas sebagai variabel endogenouss disebabkan oleh suatu kombinasi dari kepuasan, rintangan pengalihan switching barrier pemasok dan keluhan. Menurut Irawan 2004, “kepuasan nasabah ditentukan oleh persepsi nasabah atas performance jasa dalam memenuhi harapan nasabah. Nasabah merasa puas apabila harapannya terpenuhi atau akan sangat puas jika harapan nasabah terlampaui”. Ada lima penggerak utama kepuasan nasabah di Indonesia. Pertama, adalah kualitas jasa. Nasabah akan puas setelah menggunakan jasa tersebut, bila kualitas jasa yang diberikan adalah baik. Kedua, harga adalah hal yang sangat sensitif untuk nasabah, biasanya harga yang murah adalah sumber kepuasan yang penting, karena nasabah akan mendapatkan value for money yang tinggi. Ketiga, service quality yang sangat tergantung pada tiga hal, yaitu sistem, teknologi dan manusia. Faktor manusia memegang kontribusi sekitar 70, oleh karena itu kepuasan terhadap kualitas Universitas Sumatera Utara pelayanan sulit ditiru. Keempat, emotional factor yaitu rasa bangga, rasa percaya diri, simbol sukses, bagian dari kelompok orang penting, merupakan contoh emotional value yang mendasari kepuasan nasabah. Kelima, kemudahan untuk mendapatkan jasa tersebut. Pelanggan akan semakin puas apabila relatif mudah, nyaman dan efisien dalam mendapatkan pelayanan. Selanjutnya Tjiptono 2005 mengemukakan kepuasan nasabah juga berpotensi memberikan sejumlah manfaat spesifik, di antaranya: 1. Berdampak positif terhadap loyalitas nasabah. 2. Berpotensi menjadi sumber pendapatan masa depan, terutama melalui pembelian ulang, cross-selling, dan up-selling. 3. Menekan biaya transaksi pelanggan di masa depan, terutama biaya komunikasi pemasaran, penjualan, dan layanan nasabah. 4. Menekan resiko berkenaan dengan prediksi aliran kas masa depan. 5. Meningkatkan toleransi harga, terutama kesediaan nasabah untuk membayar harga premium dan nasabah cendrung tidak mudah tergoda untuk beralih pemasok. 6. Menumbuhkan rekomendasi getok tular positif. 7. Nasabah cendrung lebih reseptif terhadap product-line extensions, brand extensions dan new add-on services yang ditawarkan perusahaan. 8. Meningkatkan bargaining power relatif perusahan terhadap jaringan pemasok, mitra bisnis dan saluran distribusi. Universitas Sumatera Utara

2.3.2. Elemen-elemen Kepuasan Nasabah