Pembelajaran Bahasa di Sekolah Dasar

26 c. Bermain peran, bermain peran akan sangat membantu anak berbahasa dengan orang lain sesuai peran yang dijalankannya dan juga membantu anak untuk berkespresi d. Bermain boneka tangan, anak akan lebih tertarik dan mendengarkan cerita bila dibarengi dengan boneka tangan atau gambar karena mereka belum dapat membayangkan secara abstrak sebuah cerita e. Belajar dan bermain dalam kelompok juga sangat membantu anak berinteraksi dengan orang lain sehingga mereka harus meningkatkan kemampuan berbahasa untuk berkomunikasi. 3. Kemampuan Penguasaan Kosakata Bahasa terdiri dari banyak kata, dan kosakata adalah gabungan dari kata- kata tersebut yang seseorang pahami Caroline T. Linse, 2005: 121. Penguasaan kosakata seorang anak awalnya tergantung pada perbedaan konsep yang mereka pelajari. Penguasaan kosakata merupakan hal yang sangat penting dalam mencapai penguasaan bahasa, semakin banyak kosakata yang dimiliki seseorang maka semakin banyak pula ide dan gagasan yang dikuasai seseorang. Penguasaan kosakata merupakan bagian dari penguasaan bahasa sebab jika seseorang menguasai bahasa berarti orang tersebut menguasai kosakata bahasa tersebut. Penguasaan kosakata yang ada pada diri seseorang dimulai sejak masih bayi dan ketika mampu merespon kata yang diucapkan orang lain. Tadkiroatun Musfiroh 2008: 48, berpendapat bahwa pada saat anak berusia 5 tahun telah mampu menghimpun kurang lebih 3000 kata, meliputi kata 27 benda, kata kerja, kata sifat, dan kata keterangan. Anak usia prasekolah sudah mampu menggunakan kata benda dengan tepat walaupun masih mengalami kebingungan pada kata-kata ulang dan kata berimbuhan. Untuk bahasa kedua atau second language atau dalah hal ini adalah bahasa Inggris, penguasaan anak menurut Krashen dalam Helena Curtain dan Carol Ann Dahlberg 2010: 2 sebesar i+1 dimana i adalah kemampuan siswa yang belajar antar bahasa dalam kondisi awal dan angka yang mengikutinya adalah tahapan dari bahasa yang diperoleh. Pembelajar memperoleh bahasa dengan memahami input yang berisi struktur yang sedikit diatas kemampuan pemelajar. Pemelajar tidak memperoleh struktur bahasa pertama kali namun memahami makna suatu ujaran sehingga struktur dengan sendirinya diperoleh. Caroline T. Linse 2005: 123 mengemukakan bahwa: “it is important to use both formal and informal vocabulary instructions that engages students’ cognitive skills and gives opportunities for the learners to actually use the words”. Pertumbuhan kosakata sangat diperlukan bagi anak, terlebih yang sedang dalam usia sekolah. Bahkan pemberian kosakata juga dapat dilakukan dengan formal maupun informal agar kemampuan kognitif anak berkembang karena anak akan menentukan kapan memakai kata tersebut. Tarigan dalam Farihatun2014: 17 mengatakan bahwa penguasaan koakata secara umum dapat dikelompokkan seperti berikut: a. Penguasaan kosakata represif atau proses decoding, artinya proses memahami apa yang dituturkan orang lain. Represif di sini menjelaskan 28 sebagai penguasaan yang bersifat pasif atau pemahamannya hanya bersifat pemikiran b. Penguasaan produktif atau proses enconding, yaitu proses mengkomunikasikan ide, pikiran, dan perasaan melalui bentuk kebahasaan atau dengan kata lain memahami kosakata melalui penerapannya dalam suatu konteks kalimat sehingga makna yang dikandung oleh kosakata tersebut menjadi jelas c. Penguasaan penulisan dimana saat seseorang sesorang mampu memahami makna kosakata dan menerapkannya dalam rangkaian kalimat, langkah selanjutnya adalah orang tersebut dapat menuliskannya. Dari berbagai pengertian tentang kosakata di atas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan penguasaan kosakata adalah ukuran pemahaman siswa terhadap kosakata khususnya bahasa Inggris dan kemampuannya menggunakan kosakata tersebut. 4. Aspek Pembelajaran Kosakata Secara umum dalam pembelajaran bahasa, penguasaan kosakata meliputi aspek pemahaman bentuk, makna dan penggunaanya menurut Nation I. S. P dalam Widya Ajeng Pemila 2013: 2 yang dapat ditinjau dari segi reseptif dan produktif. Tinjauan dari segi reseptif dan produktif itu mengacu pada kemampuan seorang dalam mempelajari dan memahami kosakata tertentu. Tinjauan reseptif mengacu pada pemahaman kognitif terhadap bentuk, makna dan penggunaan, sedang tujuan produktif mengacu pada aplikasi dari 29 pemahaman kognitif terhadap suatu kata. Berikut ini adalah daftar tabel mengenai tinjauan reseptif dan produktif terhadap kosakata: Tabel 1. Aspek penguasaan kosakata dan tinjauan reseptif-produktif menurut Nation I. S. P dalam Widya Ajeng Pemila 2013:13 Bentuk Lisan R Bagaimana bunyinya P Bagaimana mengucapkannya Tertulis R Bagaimana bentuknya susunan huruf P Bagaimana menuliskannya Bagian-bagian kata R Pemahaman bagian-bagian kata P Bagian kata mana yang dibutuhkan untuk menyampaikan maksud tertentu Makna Bentuk dan makna R Apa makna dari suatu kata P Apa kata yang bisa dan tepat digunakan untuk menyatakan makna tertentu Konsep dan acuan R Kensep makna apa saja yang terdapat dalam suatu kata P Apa acuan dari konsep kata tersebut Asosiasi R Kata apa yang berkaitan dengan kata tertentu P Apa kata lain yang dapat menggantikan kata tersebut Penggunaan Fungsi gramatikal R Bagaimana penggunaan kata dalam pola kalimat tertentu P Dalam pola kalimat apa kata tersebut dapat digunakan Kolokasi R Kata-kata apa saja yang digunakan bersama dengan suatu kata tertentu P Kata-kata apa saja yang dapat digunakan bersamaan dengan suatu kata tertentu Batasan R Di mana, kapan, dan bagaimana penggunaan suatu kata tertentu P Di mana, kapan, dan bagaimana suatu kata itu digunakan aplikasinya Namun menurut Nation I. S. P, penguasaan kosakata seseorang sebagai berikut: “...a learner’s receptive knowlegde, the words that are recognized when hear or read, is greater than a learner’s productive knowledge, the words that can be called to mind and used in speech or writting. This is often a useful convention and some educational ministries and materials designers devide th eir wordlist into word they expect learners to know passively and actively” 30 Dari pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kemampuan kosakata reseptif seseorang lebih besar daripada pengetahuan produktifnya. Pemahaman kosakata menurut Nation I. S. P dalam Widya Ajeng Pemila 2013: 3 juga dibedakan dalam beberapa aspek. Berikut ini adalah jenis pembelajaran kosakata berdasarkan aspek pemahaman kosakata: Tabel 2. Jenis pembelajaran kosakata berdasarkan aspek pemahaman kosakata menurut Nation I. S. P dalam Widya Ajeng Pemila 2013: 3 Jenis pemahaman kosakata Jenis pembelajaran Aktivitas belajar Bentuk Pembelajaran implisit Pengulangan pengenalan kosakata Makna Pembelajaran eksplisit Penggunaan gambar, elaborasi, pemarikan simpulan Penggunaan Tata bahasa kolokasi Pembelajaran implisit Pengulangan Batasan Pembelajaran eksplisit Panduan langsung dan tanggapan umpan balik dari pembelajar 5. Penilaian Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Harris dalam Kusairi 2013: 37 menyatakan tes kosakata dapat dilakukan dengan tes menjodohkan. Tes ini memberi tugas pada siswa untuk menjodohkan dua bagian tes yang secara nalar saling berkaitan. Tes ini tersusun dalam bentuk dua deretan butir tes. Bagian pertama terdiri dari pertanyaan, pernyataan, bagian awal dari suatu pernyataan, atau sekedar kata- kata lepas yang masing-masing diberi nomor misalnya 1 sampai dengan 10. Deretan kedua diletakkan di sisi lawannya terdiri dari jawaban atas 31 pertanyaan atau bagian akhir suatu pernyataan yang diberi tanda berbeda dari deretan pertama. Tes lainnya dapat menggunakan gambar. Tes ini digunakan untuk siswa yang masih belum mampu memahami teks sehingga diperlukan gambar sebagai alat bantu. Misalnya dalam sebuah soal terdapat gambar tangan dan buah-buahan lain, siswa diminta untuk mencari gambar hand dan memberi nomor sesuai gambar dengan kata yang diinginkan. Cara lain adalah dengan menunjukkan kepada siswa sebuah gambar dan meminta siswa melengkapi huruf yang masih kosong dalam kata gambar tersebut. Penilaian penguasaan kosakata dapat menggunakan instrumen penilaian lisan dan tulisan. Pedoman penilaian keterampilan berbicara sesuai dengan pendapat Ahmad Rofi‟uddin dan Darmiyati Zuhdi dalam Shinta Dhennis Irianto 2010: 19 menekankan penilaian pada aspek kebahasaan dan non kebahasaan. Aspek trsebut dapat dijabarkan sebagai berikut. a. Aspek kebahasaan 1 Ketepatan ucapan Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat dapat mengalihkan perhatian pendengar. Hal ini akan mengganggu keefektifan berbicara. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa yang kurang tepat atau cacat akan menimbulkan kebosanan, kurang menyenangkan, kurang menarik, atau setidaknya dapat mengalihkan perhatian pendengar. Pengucapan bunyi-bunyi bahasa dianggap cacat kalau menyimpang terlalu jauh dari 32 ragam lisan biasa, sehingga terlalu menarik perhatian, mengganggu komunikasi atau pemakainya pembicara dianggap aneh. 2 Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai Penempatan tekanan, nada, sendi, dan durasi yang sesuai akan menyebabkan masalahnya menjadi menarik. Sebaliknya, jika penyampaiannya datar saja, hampir dapat dipastikan akan menimbulkan kejemuan dan keefektifan tentu berkurang. Penempatan tekanan pada kata atau suku kata yang kurang sesuai akan mengakibatkan kejanggalan. b. Aspek nonkebahasaan 1 Keberanian, sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku, Sikap pembicara yang tidak tenang, lesu, dan kaku dapat memberikan kesan pertama yang kurang menarik bagi pendengar. Oleh karena itu diperlukan sikap yang wajar, tenang, dan tidak kaku saat berbicara karena dari sikap tersebut dapat menunjukkan otoritas dan integritas pembicara. 2 Kelancaran Kelancaran berbicara memudahkan pendengar menangkap isi pembicaraan. Pembicaraan yang terputus-putus, bahkan di antara bagian- bagian yang putus diselipkan bunyi-bunyi yang mengganggu menyebabkan pendengar tidak memahami isi pembicaraan. 6. Pembelajaran kosakata di Sekolah Dasar Pembelajaran kosakata di sekolah dasar menurut Cameron dalam Ardi Bangkit Purwoko 2012: 7 dapat membantu siswa dalam menggunakan kata 33 secara baik dan efektif sesuai dengan konteks kalimat. Pembelajaran kosakata tersebut terdiri dari 5 tahap penting sebagai berikut: 1. Memiliki sumber untuk menemukan kata-kata baru 2. Gunakan gambar yang jelas, atau dapat dipadukan dengan suara untuk menggambarkan kata baru tersebut 3. Pelajari arti kata baru tersebut 4. Buat ikatan yang kuat antara bentuk dan arti dari kata tersebut 5. Gunakan kata tersebut dalam kehidupan sehari-hari Ciri khas pengajaran bahasa khususnya bahasa asing ialah bahwa peserta didik harus memperolah kemampuan untuk mempergunakan bahasa tersebut sebagai alat komunikasi dan belajar berpikir dalam bahasa tersebut. Jadi kemampuan menggunakan bahasa asing dapat dikuasai secara sempurna apabila bahasa tersebut digunakan sebagai alat komunikasi dengan latihan- latihan secara bertahap dan rutin. 7. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Pertumbuhan kosakata anak sangat dipengaruhi oleh lingkungan sekitar anak, semakin banyak kata yang diperoleh anak dari lingkungan maka semakin banyak pula kosakata yang dimiliki anak. Hal inilah yang dapat membedakan kemampuan anak dalam menguasai kosakata. Penguasaan kosakata anak juga sangat dipengaruhi berbagai faktor baik dari dalam maupun luar anak tersebut, berikut ini adalah beberapa faktor yang 34 mempengaruhi peningkatan penguasaan kosakata bahasa Inggris menurut Kasihani Suyanto 2010: 19: a. Bahasa Ibu Insting, karakteristik, dan keterampilan yang sudah terbentuk melalui pembelajaran bahasa ibu sangatlah membantu anak dalam mempelajari bahasa lain. Namun tidak dapat dipungkiri bahwa terdapat banyak perbedaan bahasa ibu dan bahasa Inggris terutama dalam hal ejaan, intonasi, struktur, dan kosakata. Sebagai anak-anak yang masih sangat awal mempelajari bahasa Inggris, bahasa ibu ini akan sangat mempengaruhi proses pembelajaran mereka. b. Bahan Ajar Pemilihan materi bahasan ajar untuk anak permulaan mempelajari bahasa Inggris sangatlah menentukan ketertarikan dan kebermaknaan pembelajaran bagi anak.anak akan menaruh perhatian besar terhadap materi yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-harinya. Bahan ajar hendaknya juga dipilih yang dapat merangsang keaktifan belajar siswa karena melalui pembelajaran langsung, siswa akan lebih mudah mengingat kosakata bahasa Inggris yang diajarkan. c. Interaksi Sosial Interaksi sosial sangat membantu anak dalam menggunakan bahasa dan berbicara. Keadaan yang hangat dan nyaman bagi anak juga mendorong anak untuk belajar dengan baik. Hubungan ini dapat terjalin antara anak dengan guru, orang tua, atau lingkungan sekitarnya. Di kelas sendiri, jarak yang 35 terjadi antara guru dengan siswa atau antar sesama siswa dapat dikurangi dengan adanya permainan maupun tanya jawab. d. Media Pembelajaran Pembelajaran bahasa Inggris bagi pemula atau di kelas awal akan lebih menyenangkan dan mudah diterima apabila menggunakan media pembelajaran yang sesuai dan menarik. Media yang bersifat visual dan konkret bagi siswa akan membuat mereka lebih mudah mengahafal kosakata melalui media tersebut. e. Latar Belakang Keluarga Latar belakang keluarga dan sosial dapat menunjang maupun menghambat pembelajaran bahasa Inggris bagi pemula. Tersedianya kamus atau buku penunjang pembelajaran bahasa Inggris dan intensitas seringnya penggunaan bahasa Inggris di rumah tidak lepas dari peran dan dukungan orang tua.

C. Media pembelajaran bahasa

1. Hakikat Media Media berarti sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Menurut Indriana dalam Ardi Bangkit Purwoko 2012: 8 media adalah sebuah alat untuk menyalurkan komunikasi. Media berasal dari bahasa Latin medius yang secara harafiah bera rti „tengah‟, „perantara‟, atau „pengantar‟ yang artinya adalah perantara antara sumber pesan dan penerima pesan. Contoh dari media adal televisi, media cetak, komputer, 36 dan lain-lain. Contoh tersebut dapat dijadikan media pembelajaran apabila dapat menghantarkan pesan untuk mencapai tujuan pembelajaran, oleh karena itu harus ada kecocokan antara media, metode, dan pesan yang akan dikirim. Menurut Gerlach dan Ely dalam Azhar Arsyar 2009: 3, media secara garis besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, ketrampilan, atau sikap. Sedangkan menurut Henich dalam Azhar Arsyar 2009: 4, medium adalah perantara yang mengantarkan informasi antara sumber dan penerima. Jadi apabila medium tersebut membawa pesan-pesan yang bertujuan instruksional atau yang bermaksud pengajaran, maka itu disebut media pembelajaran. Sementara itu,Gagne dan Briggs dalam Azhar Arsyar 2009: 4 secara implisit mendefinisikan bahwa media pembelajaran adalah alat yang secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pembelajaran, misalnya buku, kaset, video, dan lainnya. Dengan kata lain, media berarti sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Briggs Bangkit Ardi Purwoko 2012: 9 mengatakan bahwa media pembelajaran adalah alat fisik untuk menyampaikan materi dalam bentuk film, rekaman video, gambar, dan sebagainya. Briggs menambahkan bahwa penggunaan media dapat merangsang peserta didik supaya terjadi proses belajar. Beberapa kriteria yang perlu diperhatikan dalam memilih media pembelajaran antara lain: 37 a. Ketepatannya terhadap tujuan pembelajaran b. Dukungan terhadap isi materi pembelajaran c. Kemudahan memperoleh media d. Ketrampilan guru dalam menggunakannya e. Ketersediaan waktu dalam pelaksanaannya f. Sesuai dengan taraf belajar siswa Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah alat yang digunakan sebagai salah satu sumber belajar yang mengandung materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar. Media sangat berguna dalam proses belajar mengajar karena penggunaan media pembelajaran membantu siswa belajar dengan lebih baik dan siswa terangsang untuk memahami subjek yang sedang diajarkan dalam bentuk komunikasi yang efektif dan efisien. 2. Jenis-jenis Media Kasihani Suyanto 2010: 102 menggolongkan media menjadi tiga yaitu 1 visual, 2 audio, dan 3 audio-visual. Penjelasan dari masing-masing jenis media tersebut adalah: a. Media visual atau media pandang. Media ini dapat dilihatatau dipandang dan disentuh oleh siswa, misalnya gambar foto, peta, miniatur, benda sesungguhnya. b. Media Audio atau suara adalah media yang dapat didengarkan oleh siswa untuk ketrampilan menyimak dan memahami wacana lisan, misalnya radio, CD, dan cassete recorder. 38 c. Media Audio-visual adalah gabungan dari dua media sebelumnya dimana siswa dapat memandang dan mendengar sekaligus, misalnya TV atau film. 3. Pengertian Media Flashcard Flashcard menurut pendapat ahli adalah kartu kecil yang berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang mengingatkan dan menuntun siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar itu. Flashcard biasanya berukuran 8 x 12 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi Azhar Arsyad 2011: 119-120. Flashcard berisi gambar-gambar benda- benda, binatang, dan sebagainya yang dapat digunakan untuk melatih siswa mengeja dan memperkaya kosakata. Pendapat Azhar Arsyad di atas dilengkapi oleh Ahmad Susanto 2011: 108 yang mengemukakan bahwa Flashcard adalah kartu-kartu bergambar yang dilengkapi kata-kata. Gambar-gambar pada flashcard dikelompokkan antara lain: seri binatang, buah-buahan, pakaian, warna, bentuk-bentuk angka, dan sebagainya. Kartu ini dimainkan dengan cara diperlihatkan kepada anak dan dibacakan secara cepat. Tujuan dari metode ini adalah untuk melatih otak kanan untuk mengingat gambar dan kata-kata, sehingga perbendaharaan kata dapat bertambah dan meningkat. Sedangkan Helena Curtain dan Carol Ann Dahlberg 2010: 345 mengatakan bahwa flashcard dapat berupa gambar atau simbol yang digunakan untuk menstimulasi kosakata atau aktivitas siswa. Flashcard sebaiknya dibuat dalam seri dan dapat digunakan baik secara individual, kelompok kecil atau bersama dalam kelas.

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA PAPAN SELIP (SLOT BOARD) Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Melalui Media Papan Selip (Slot Board) Pada Siswa Kelas II SDN 2 Karangtalun Tahun 2013/2014.

0 2 19

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA PAPAN SELIP (SLOT BOARD) Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Indonesia Melalui Media Papan Selip (Slot Board) Pada Siswa Kelas II SDN 2 Karangtalun Tahun 2013/2014.

0 3 15

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA KARTU GAMBAR Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Melalui Media Kartu Gambar (PTK di TK Marsudi Utami Klero (TK B) Kec.Tengaran Kab.Semarang).

0 0 16

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MELALUI MEDIA KARTU GAMBAR Peningkatan Penguasaan Kosakata Bahasa Inggris Melalui Media Kartu Gambar (PTK di TK Marsudi Utami Klero (TK B) Kec.Tengaran Kab.Semarang).

0 3 14

PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA PENINGKATAN PEMBELAJARAN BAHASA INGGRIS DENGAN MENGGUNAKAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KETAON BANYUDONO TAHUN PELAJARAN 2011/2012.

0 1 13

MENINGKATKAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA ARAB MELALUI MEDIA FLASHCARD.

1 10 45

EFEKTIVITAS MEDIA FLASHCARD TERHADAP PENINGKATAN KEMAMPUAN KOSAKATA BAHASA ARAB.

0 3 45

PENINGKATAN PENGUASAAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS MATERI FAMILY MELALUI LAGU PADA SISWA KELAS V SD N PIYAMAN II, WONOSARI.

0 9 227

Implementasi Aplikasi Multimedia Flashcard untuk Pembelajaran Kosakata Bahasa Inggris bagi Siswa SD Negeri Rejoagung

0 1 5

PENGGUNAAN MEDIA POWERPOINT DALAM PENINGKATAN PEMBELAJARAN KOSAKATA BAHASA INGGRIS SISWA KELAS V SD NEGERI 2 KASEGERAN TAHUN AJARAN 2013-2014

0 0 19