55 guru. Tentunya untuk membuat siswa lebih aktif dibuat beberapa kelompok
sehingga mereka bisa bekerja secara bersama dan berdiskusi untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru tersebut. Sebagai fasilitator di
dalam model pembelajaran Problem Solving ini adalah Guru. Kerangka pikir pada metode pembelajaran problem solving dapat dilihat dari gambar berikut.
Gambar 22. Kerangka pikir penerapan metode problem solving
D. Pertanyaan Penelitian
Bagaimanakah peningkatan aktivitas dan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran teknologi pengukuran kelas X TP2 di SMK Muhammadiyah 3
Yogyakarta setelah diterapkannya metode pembelajaran problem solving?
56
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Desain Penelitian 1. Jenis Penelitian
Penelitian “Implementasi Metode Pembelajaran Problem Solving Untuk Meningkatkan Keaktifan dan Prestasi Belajar Mata Pelajaran Teknologi
Pengukuran Kelas X di SMK Muhammadiyah Yogyakarta” merupakan salah satu metode penelitian tindakan kelas PTK. Peneltian ini menggunakan jenis
penelitian tindakan kelas yang dikemukakan oleh Kemmis dan Mc. Taggart. Jenis ini digunakan karena apabila pada siklus pertama hasilnya kurang maksimal,
maka dapat diperbaiki pada siklus senjutnya sampai target yang diinginkan dapat tercapai.
2. Desain Penelitian
Dalam menerapkan suatu metode tentunya diperlukan sebuah desain, desain berguna untuk acuan bagaimana kegiatan tersebut akan dilakukan pada
praktiknya nanti supaya kegiatan tersebut tidak keluar dari jalur yang semestinya. Desain penelitian merupakan rencana tentang cara mengumpulkan dan
menganalisis data agar dapat dilaksanakan secara ekonomis serta serasi dengan tujuan penelitian itu.
Pada penelitian ini peneliti menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart. Pemilihan model ini dikarenakan apabila pada siklus pertama hasil
belum memenuhi syarat yang ditentukan, maka dilanjutkan pada siklus selanjutnya sampai hasil yang diinginkan tercapai. Menurut Suharsimi Arikunto
2007: 16, penelitian dengan menggunakan model Kemmis dan Mc Taggart