Pembahasan HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
88 tersebut. Kemampuan tersebut nantinya akan berguna saat siswa mengerjakan
soal posttest yang diberikan setiap akhr siklus. Dilihat dari hasil tindakan siklus I perlu diperbaiki pada siklus II agar
kemampuan siswa dalam mata pelajaran teknologi pengukuran melalui metode pembelajaran problem solving semakin meningkat. Hasil refleksi pada siklus II
dapat diketahui keberhasilan dalam penelitian tindakan kelas ini. Berdasarkan atas pelaksanaan siklus II, dihasilkan beberapa hal sebagai berikut.
1. Keaktifan siswa dalam pembelajaran semakin meningkat sehingga siswa cepat merespon umpan pertanyaan dari teman yang persentasi di depan
kelas. Baik itu menjawab maupun menanggapi materi yang sedang dibahas. Motivasi siswa untuk aktif timbul kelompok lain menyampaikan hasil diskusi
di depan kelas. Hal ini dikarenakan siswa sudah menyadari bahwa dari kegiatan inilah apa ilmu yang akan didapat nantinya akan digunakan untuk
mengerjakan soal yang akan diberikan sehingga mereka secara maksinal mencari tahhu apa yang mereka tidak tahu sebelumnya. Seperti yang di
ungkapkan Suharsimi Arikunto 1980: 63, motivasi seseorang akan meningkat apabila terdapat hubungan antara apa yang dikerjakan dengan
hasil yang akan diperoleh. Berdasarkan data yang dieroleh menunjukkan adanya peningkatan aktifitas belajar peserta selama penerapan metode
pembelajaran Problem Solving didik mulai dari siklus I ke siklus II. Selama diterapkannya metode pembelajaran Problem Solving aktivitas siswa dari
siklus I yaitu sebesar 36,66 sampai siklus II meningkat menjadi 74,43. 2. Prestasi belajar siswa semakin meningkat dengan banyaknya siswa yang
sudah memenuhi KKM. Dengan memberikan soal posttest, soal diskusi ternyata membuat siswa terpacu dalam memahami isi materi pelajaran.
89 Dengan siswa aktif mengerjakan tugas maupun diskusi maka siswa akan
merasakan proses belajar. Hal ini sesuai dengan pendapat Carl Rogers 1969 yang dikutip Suharsimi Arikunto 1980: 94, bahwa “belajar baru akan
berarti apabila dilakukan dengan bekerja dan disertai dengan mengerjakan”. Selain itu peneliti menekankan bahwa belajar secara dewasa yaitu belajar
bersifat sosial. Belajar yang menekankan proses bukan hanya pada hasilnya saja. Dengan adanya inisiatif dari subjek yang bersangkutan dan melibatkan
sebanyak mungkin aspek perasaan dan intelektual, akan memperoleh hasil dengan tingkat penguasaan yang tahan lama dan meresap dengan dalam.
Hal tersebut sesuai dengan pendapat Suharsimi Arikunto 1980: 94 belajar akan lancar menuju sasaran apabila terdapat pertanggungjawaban dan
keterlibatan secara maksimal dari pihak siswa. Peningkatan prestasi belajar siswa juga di dorong keinginan siswa untuk mendapatkan penghargaan yang
terbaik bagi kelompoknya. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dilihat bahwa hasil belajar selama siklus I dan siklus II menghasilkan peningkatan
yang baik. Rata – rata siklus I mendapatkan skor 70,4 dengan peserta didik yang tuntas sebanyak 16 siswa 53,33 sedangkan pada siklus II
mendapatkan rata – rata sebesar 82,13 dengan peserta didik yang tuntas sebanyak 27 siswa 90, sehingga peningkatan hasil belajar antara siklus I
dan siklus II mencapai 11,73 dengan peningkatan peserta didik yang tuntas berjumlah 11 siswa 36,66. Dengan hasil yang telah diperoleh tersebut
maka penggunaan metode pembelajaran Problem Solving dapat dikatakan sudah berhasil walaupun masih terdapat tiga peserta didik yang belum
memenuhi nilai KKM.
90 Dengan demikian, penerapan metode pembelajaran Problem Solving
dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar siswa kelas X Teknik Pemesian 2 SMK Muhammadiyah 3 Yogyakarta melalui penyempurnaan
pendekatan yang digunakan pada siklus II, Syaiful Bahri Djamarah 2010: 91-92 menyatakan bahwa metode problem solving pemecahan masalah bukan hanya
sekedar metode mengajar tetapi juga merupakan suatu metode berpikir, sebab dalam problem solving dapat menggunakan metode-metode lainnya dimulai
dengan mencari data sampai kepada menarik kesimpulan.
91