dengan pola pikir yang berbeda pula. Konflik kadang terjadi di antara sesama rekan, dan dari situ partisipan belajar untuk mengalah dan
bersabar, dan proses tersebut dapat dijalaninya dengan baik. Keinginan untuk meninggalkan hidup membiara dirasakan oleh partisipan ketika
harus menjalankan tugas-tugas ceramah pada umat. Ada rasa khawatir dan takut pada dirinya, dan dia berharap ingin pulang menjadi umat
biasa saja. Akan tetapi partisipan berusaha untuk terus mengembangkan kedisiplinan rohaninya, dan juga dukungan dari guru dan rekan
membuat partisipan terus berusaha menghadapi ketakutannya dan pada akhirnya berhasil. Umat bahkan senang jika dirinya berceramah, dan ini
pula yang membuat partisipan semakin termotivasi menjalani hidup membiara.
4. Partisipan Penelitian 4 SN
a. Gambaran umum partisipan
Identitas
Inisial : SN
Usia : 22 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Anak ke- : 8 dari 7 bersaudara
Agama : Buddha
Partisipan berinisial SN, berasal dari Lampung, Sumatera Selatan. Saat ini SN berusia 23 tahun dan merupakan anak ke delapan dari
delapan bersaudara. Dia juga merupakan anak perempuan satu-satunya dalam keluarga. SN saat ini menjalani hidup membiara di Ampel, Jawa
Tengah sambil berkuliah. Dia berasal dari keluarga berlatar belakang agama Buddha. Saat masuk SMA, dia memilih untuk bersekolah di
kota dan indekos. SN, ketika kelas satu SMA, mengalami sakit yang diakibatkan karena jatuh di depan kamar mandi. Hal ini membuat SN
terkena sakit yang cukup parah dan membuatnya masuk rumah sakit dan rawat inap selama 35 hari. Setelah keluar dari rumah sakit pun,
perlu beristirahat selama setengah bulan di rumah untuk memulihkan kondisinya. Sejak saat itu, SN sering kali pingsan dan keluar masuk
rumah sakit karena penyakitnya. Minatnya pada kehidupan membiara, sudah ada sejak kelas satu
SMA. Dia juga memiliki seorang kakak yang religius dan dekat dengan kehidupan membiara, karena sejak dari SMA kakaknya ini tinggal
dalam vihara. SN dan kakaknya memiliki hubungan yang sangat dekat. Dia kagum akan kakaknya yang sudah bisa mandiri sejak SMA.
Kakaknya pun sangat menyayangi dirinya, dan memberi perhatian lebih padanya. Beberapa kali SN pun berkunjung ke vihara tempat kakaknya
tinggal. Keinginannya untuk hidup membiara, semakin kuat ketika dia melihat kakaknya yang ingin membiara tidak diijinkan oleh orang
tuanya. Pada tahun 2010, SN lulus SMA, dan kemudian dia juga sempat
mendaftarkan diri di UNILA Universitas Negeri Lampung. Pada saat yang sama, dia mendapatkan informasi adanya pelatihan membiara di
Palembang. Pada akhirnya dia lebih memilih untuk mengikuti pelatihan membiara
pabbaja
selama setengah bulan. Setelah selesai
pabbja
, SN memutuskan untuk melanjutkan niatnya untuk terus membiara. Pada
tanggal 23 Juli, dia ditahbiskan menjadi seorang samaneri dan tinggal di biara di Palembang. Kemudian, SN disarankan untuk belajar lagi
agama Buddha di Ampel, sekaligus menjalanankan hidup membiara di Ampel. Hal ini bertujuan untuk memperdalam pengetahuannya
mengenai agama Buddha, karena gurunya sudah tua dan sering sakit- sakitan, sehingga tidak dapat membimbing SN secara langsung. Saat ini
dia tengah menjalani perkuliahannya sambil hidup membiara di Ampel, Jawa Tengah.
b. Laporan Observasi Partisipan