yang paling besar yang menjadi pertimbangan partisipan tetap membiara yaitu anak-anak panti, anak-anak menjadi pertimbangan
yang signifikan bagi partisipan untuk tetap membiara. Ketika partisipan menghadapi tantangan dalam hidupnya dalam komunitas, dia teringat
pada anak-anak panti. Perasaan kasih sayang partisipan pada anak-anak itu membuatnya tidak tega jika harus meninggalkan panggilannya dan
meninggalkan mereka. “Saya itu kuatnya karna anak
-anak he em, kalo anak-anak itu kalau mau tinggalkan
mereka itu gak tega…..” P2W1 278
-279.
Segala persoalan dan tantangan dari dalam diri partisipan dan dari keluarga juga orang disekitarnya, membuatnya semakin mantap dengan
panggilannya untuk membiara dan melayani anak-anak cacat. Dengan keyakinannya dan keteguhannya pada panggilan, pada akhirnya
keluarga pun memberikan dukungan penuh pada partisipan.
3. Partisipan Penelitian 3 SY
a. Gambaran umum partisipan
Identitas
Inisial : SY
Usia : 34 tahun
Pendidikan terakhir : SMA
Anak ke- : 1 dari 3 bersaudara
Agama : Buddha
Partisipan yang berasal dari Aceh adalah anak pertama dari tiga bersaudara, memiliki dua adik laki-laki. Saat ini SY berusia 34 tahun,
latar belakang agama keluarganya adalah agama Buddha. Saat masih SMA kelas dua, dia memiliki keinginan untuk mengikuti pelatihan
hidup membiara, akan tetapi keluarga tidak memberikan ijin sehingga dia pun harus mengurungkan niatnya untuk dapat menjalani hidup
membiara. Tidak berselang lama saat kelas dua dan menjelang naik kelas tiga SMA, ibunya meninggal, tinggalah dia, ayah, dan kedua
adiknya. Setelah lulus SMA, SY bekerja di Medan selama 4 tahun di bagian
finance
, setelah itu dia pergi ke Jakarta untuk bekerja menjadi kepala kasir.
Sekitar tahun 2004 SY kembali harus kehilangan seluruh keluarganya akibat bencana
tsunami
. Dari peristiwa
tsunami
tersebut dia kehilangan ayah dan kedua adiknya, saat bencana tsunami terjadi,
dia sedang tidak berada di Aceh bersama keluarganya karena tengah bekerja di Jakarta. Setelah peristiwa bencana alam tersebut, SY pergi ke
Malaysia untuk bekerja selama dua tahun. Setelah bekerja di Malaysia selama dua tahun, SY akhirnya memutuskan untuk kembali ke
Indonesia dan bekerja kembali di Jakarta. Setelah berada di Jakarta, dia memutuskan untuk meninggalkan pekerjaannya dan kehidupan
duniawinya untuk hidup membiara. Keinginan hidup membiara yang sejak SMA di simpan dalam
hatinya kembali muncul ketika SY melihat dan berkenalan dengan
10
samaneri dari aliran Theravada di media sosial
facebook
. Hingga pada akhirnya dia pun bertemu dengan samaneri dan juga
11
bhante yang
10
Calon bhikkhuni dalam agama Katolik disebut novisiat.
11
Panggilan lain dari bhikku atau biksu
nantinya akan menjadi gurunya, pada akhirnya SY pun memutuskan meninggalkan pekerjaannya pergi ke Jawa Tengah untuk menjalani
kehidupan membiara. Sekarang SY telah menjadi samaneri dan sedang menjalani perkuliahan mengambil bidang ilmu agama Buddha di Jawa
tengah, tepatnya di sekolah agama Buddha di Ampel.
b. Laporan Observasi Partisipan