nantinya akan menjadi gurunya, pada akhirnya SY pun memutuskan meninggalkan pekerjaannya pergi ke Jawa Tengah untuk menjalani
kehidupan membiara. Sekarang SY telah menjadi samaneri dan sedang menjalani perkuliahan mengambil bidang ilmu agama Buddha di Jawa
tengah, tepatnya di sekolah agama Buddha di Ampel.
b. Laporan Observasi Partisipan
Wawancara yang pertama dilakukan pada hari sabtu, 12 Januari 2013, lokasi wawancara dilakukan di dalam vihara yang ada di sekolah
agama Buddha, di Ampel. Wawancara berjalan selama kurang lebih tiga puluh menit. Saat wawancara, SY memakai jubah berwarna coklat,
yang menjadi pakaiannya sehari-hari, dengan memakai gelang yang memiliki bandul bergambar Sang Buddha. Partisipan juga memiliki
perawakan yang gemuk dan menggunakan kacamata. Saat wawancara berlangsung, SY kadang kala melihat kesebelah kanan pintu vihara
dan memandang jauh. Pada wawancara partisipan membawa serta
handphone
, dan sekitar 5 kali dia melihat dan mengecek pesan masuk, dan itu juga dilakukan
saat menjawab pertanyaan dari peneliti. Hal ini secara tidak langsung membuat SY tidak terlalu fokus untuk menjawab pertanyaan yang
diberikan, dan hal ini berakibat pada SY yang harus mengulangi jawabannya. Partisipan merupakan orang yang ramah, ini dapat dilihat
dari caranya berbicara yang selalu tersenyum dan tertawa setiap menjawab pertanyaan yang diberikan padanya, bahkan saat SY
bercerita mengenai peristiwa kehilangan keluarga intinya akibat
bencana
tsunami
. Partisipan masih tetap menceritakan sambil tertawa, walaupun sedikit agak canggung dalam menjawab. Hal ini terlihat raut
wajahnya saat tertawa terlihat seperti tertawa dipaksakan, mata terlihat sedih tetapi bibir SY tersenyum. Pada wawancara yang pertama ini,
peneliti tidak bertanya lebih mendalam mengenai peristiwa bencana alam yang menimpa keluarga, karena SY terlihat tidak terlalu nyaman
dengan melihat reaksi SY tadi. Wawancara yang kedua berlangsung pada tanggal 30 Januari 2013,
pada pukul 14.27. Pada wawancara yang kedua SY terlihat sudah terlihat nyaman untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan, terlihat dari caranya dalam menjawab setiap pertanyaan dengan jelas dan dapat menceritakan dengan rinci perasaan ataupun
pengalaman yang dialaminya dalam proses mengambil keputusan membiara. Untuk wawancara yang kedua ini, peneliti bertanya lebih
mendalam mengenai peristiwa kehilangan yang terjadi pada diri SY, yang sebelumnya peneliti hindari di wawancara pertama. Pada
wawancara yang kedua ini, ketika partisipan diminta untuk menggambarkan perasaannya saat peristiwa kehilangan anggota
keluarganya, raut wajah SY terlihat sedih, terlihat dari sorot matanya yang terkadang memandang ke bawah dan ke peneliti, dan senyumnya
yang hilang saat menceritakan dirinya sempat
down
, merasa seperti orang gila, dan sempat mengalami kecelakaan karena merasakan
kehilangan yang mendalam. Hal ini kontras ketika peneliti bertanya kepada SY mengenai
pengalamannya bertemu dengan gurunya, hingga pada akhirnya
memutuskan hidup membiara. SY terlihat antusias saat bercerita pertemuannya dengan guru dan seniornya, hal ini terlihat dari suara SY
yang lebih jelas dan lantang, dan raut wajah SY yang kembali terlihat tersenyum sambil bercerita. Ketika SY menceritakan gambaran
mengenai pribadi gurunya, SY pun terlihat bersemangat, bagi SY gurunya seperti orang tuanya sendiri, dan kakak sepergurannya sudah
seperti kakaknya sendiri.
c. Analisa Verbatim