kekuatan atau mendorong saya agar lebih kuat untuk bisa
menghadapi masalah tersebut”
P1W3 47-52.
Partisipan semakin kuat pada panggilannya, dan menganggap bahwa panggilannya menjadi seorang suster adalah takdirnya.
2. Partisipan Penelitian 2 SE
a. Gambaran umum partisipan
Identitas
Inisial : SE
Usia : 40 tahun
Pendidikan terakhir : D3
Anak ke- : 6 dari 7 bersaudara
Agama : Katolik
SE berasal Atambua, Nusa Tenggara Timur, merupakan anak ke enam dari tujuh bersaudara. SE lahir pada tanggal 27 Oktober 1972,
saat ini berusia 40 tahun, dan SE akan tepat berusia 41 tahun bulan Oktober 2013. Sejak masih bayi dia diasuh oleh mamak kecilnya
tante, karena saat itu mamak kecil tidak memiliki anak. Kenyataan bahwa mamak kecil bukanlah ibu kandungnya, baru diketahui saat SE
kelas enam sekolah dasar. Sejak itu pun dia lebih sering pulang ke rumah orang tua kandungnya. Partisipan sendiri dari keluarga kandung
merupakan anak keenam dari tujuh bersaudara, ibunya telah meninggal saat partisipan masih duduk di bangku SMP kelas tiga.
Partisipan memiliki keinginan untuk menjadi suster sejak kelas tiga sekolah dasar. Keinginan itu timbul saat dia melihat seorang suster di
gereja, akan tetapi keinginan ini hilang seiring berjalannya waktu karena saat itu SE masih kecil dan tidak terpikir bisa mewujudkannya.
Partisipan melanjutkan SMP dan SMAnya di Timor Leste, tinggal dengan keluarga pamannya bersama dengan kakaknya yang nomor tiga.
Saat SMA kelas dua, panggilan untuk menjadi suster dan menjalani hidup membiara kembali dirasakan olehnya. Setelah mendapatkan
informasi pembinaan hidup membiara dari kakak kelasnya, SE pun mulai mengikuti pembinaan setiap hari minggu. Selama satu tahun
partisipan mengikuti pembinaan secara diam-diam, karena faktor ketidaksetujuan keluarga terutama kakak nomor tiga.
Setelah SE mengikuti pelatihan dan lulus tes, dia pun memberitahukan pada keluarga besar mengenai keputusannya untuk
hidup membiara menjadi suster. Pada tahun 1995, masuk dalam biara
5
PRR. Kehidupan membiara yang dijalaninya tidak berlangsung lama, hanya selama sembilan bulan SE menjalani hidup membiara. Hal ini
dikarenakan kondisinya yang sering mengalami sakit saat dalam biara. Selama sembilan bulan, sekitar tiga kali partisipan diperiksakan ke
dokter. SE memiliki sakit di lambungnya dan malaria, akan tetapi beberapa kali juga dia sakit tapi ketika diperiksakan kondisinya normal-
normal saja. Bulan Maret 1996, SE keluar dari PRR untuk berobat dan kembali
pulang ke Atambua karena ada kakaknya yang akan menikah. Saat di
5
Tarekat Puteri Reinha Rosari
Atambua, dia mendapatkan tawaran dari keluarga dan pamannya untuk kembali ke biara atau kuliah saja di
6
IPI, Malang. Akhirnya SE memutuskan untuk menerima tawaran kuliah di IPI. Tanggal 29 Juni
1996, berangkat ke Malang dari Timor Leste menggunakan kapal laut, dan sampai di Malang pada tanggal 1 Juli 1996. Di IPI ada kegiatan
berkunjung beberapa kali dalam seminggu ke panti asuhan komunitas AM, yang menjadi satu yayasan dengan IPI. Disana SE melihat anak-
anak panti asuhan yang cacat dan miskin dirawat oleh para suster, dia merasa terpanggil kembali untuk melayani anak-anak itu secara
langsung dan tidak terbatas dengan jadwal kunjungan saja. Maka SE pun memutuskan untuk masuk dalam hidup membiara dan menjadi
suster di komunitas AM. Selama tiga bulan perkenalan, partisipan diterima sebagai aspiran pada tanggal 30 Desember. Aspiran
7
selama satu tahun, kemudian postulant satu tahun juga, lalu novis
8
selama tiga tahun. Kaul
9
pertama dilakukan oleh SE selama sembilan tahun. Pada tanggal 27 September 2010, SE pun melaksanakan kaul kekal.
b. Laporan Observasi Partisipan