Rumusan Masalah Tinjauan Penelitian Terdahulu

6 menunjukkan adanya hubungan dan peranan budaya organisasi pada penerapan GCG di perusahaan.Penelitian yang dilakuka Sari 2009 menemukan pengaruh yang signifikan antara peranan audit internal terhadap penerapan GCG. Sedangkan menurut Sari 2011 menemukan pengaruh yang signifikan etika bisnis, pedoman perilaku dan kebijakan GCG terhadap implementasi GCG. Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penelitian ini mengambil judul “ Penerapan Good Corporate Governance GCG di Sektor Publik Studi Kasus Pada PT.PLN Persero Wilayah Sumatera Utara”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah faktor-faktor penerapan GCG yang diproksikan peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan memiliki pengaruh terhadap penerapan GCG pada PT.PLN Persero Wilayah Sumatera Utara?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.3.1 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh faktor-faktor penerapan GCG yang diwakili peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan memiliki pengaruh terhadap penerapan GCG pada PT.PLN Persero Wilayah Sumatera Utara. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 7

1.3.2 Manfaat Penelitian

Beberapa manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini, yaitu : 1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang pengaruh pengaruh peranan audit internal, etika bisnis, pedoman perilaku, budaya organisasi, kinerja karyawan dan audit kepatuhan memiliki pengaruh terhadap penerapan GCG pada PT.PLN Persero Wilayah Sumatera Utara. 2. Sebagai bahan pertimbangan dan sumbangan pemikiran bagi PT. PLN Persero Wilayah Sumatera Utara dalam menerapkan GCG. 3. Sebagai bahan masukan bagi kalangan yang akan melakukan penelitian lebih lanjut dengan topik yang berhubungan dengan penelitian ini. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 8 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tinjauan Teoritis 2.1.1 Penerapan GCG

2.1.1.1 Konsep Dasar GCG

Dua teori utama yang mendasari GCG adalah stewardship theory dan agency theory Shaw,2003. Stewardship theory memiliki filosofi tentang kehidupan manusia, yaitu manusia pada hakikatnya mampu bertindak dengan penuh tanggung jawab, dapat dipercaya dan memiliki integritas dan kejujuran terhadap pihak lain. Jadi dapat dikatakan Stewardship theory memandang manajemen sebagai sesuatu yang dapat dipercaya untuk bertindak sebaik-baiknya bagi kepentingan publik maupun stakeholder. Sementara itu, agency theory yang dikembangkan oleh Michael Johnson, memandang bahwa manajemen perusahaan sebagai “agent” bagi para pemegang saham, yang akan bertindak dengan penuh kesadaran dan keyakinan bagi kepentingannya sendiri dan kepentingan stakeholders. Dengan adanya dua teori ini, maka muncul istilah Good Corporate Governance GCG, dimana GCG sebagai struktur , sistem dan proses yang digunakan oleh perusahaan guna memberikan nilai tambah perusahaan yang berkesinambungan dalam jangka panjang Kaihatu,2006. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 9

2.1.1.2 Pengertian GCG

Istilah GCG itu sendiri untuk pertama kali diperkenalkan oleh Cadburry Committee, sebuah lembaga bentukan Bank of England dan London Stock Exchange pada tahun 1992, yang kemudian menggunakan istilah sebagai Cadburry Report. Menurut Cadburry Committee of United Kingdom mendefinisikan GCG adalah seperangkat peraturan yang mengatur hubungan antara pemegang saham , pengelola perusahaan, pihak kreditur, pemerintah dan karyawan serta pemegang kepentingan internal dan eksternal lainnya yang berkaitan dengan hak-hak dan kewajiban mereka, atau dengan kata lain suatu sistem yang mengarahkan dan mengendalikan perusahaan. The Organization for Economic and Development OECD mendefinisikan GCG sebagaisekumpulan hubungan antara pihak manajemen perusahaan, board, pemegang saham dan pihak lain yang mempunyai kepentingan dengan perusahaan. GCG mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. GCG juga dapat memberikan rangsangan bagi board dan manajemen untuk mencapai tujuan yang merupakan kepentingan perusahaan, dan pemegang saham harus memfasilitasi pengawasan yang efektif sehingga mendorong perusahaan menggunakan sumber daya yang lebih efisien. Definisi lain juga dikemukakan oleh The Indonesian Institute for Corporate Governance IICG yang mendefisinisikan corporate governance sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan dengan tujuan utama Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 10 meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Berdasarkan Pasal 1 Surat Keputusan Menteri Badan Usaha Milik Negara Nomor KEP-117M-MBU2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan GCG menyatakan bahwaGCG adalah suatu proses dari struktur yang digunakan oleh organ BUMN untuk meningkatkan keberhasilan usaha dan akuntabilitas perusahaan guna mewujudkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan perundangan dan etika. Pengertian lain dikemukakan oleh Gregory dan Simss dalam Bangun,2006 yang menyatakan bahwa GCG adalah kombinasi hukum, peraturan, dan praktik pribadi yang memungkinkan perusahaan untuk menarik modal masuk, memiliki kinerja yang efisien, menghasilkan keuntungan, serta memenuhi harapan masyarakat umum dan kewajiban hukum. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan GCG merupakan suatu sistem yang mengatur dan mengelola perusahaan untuk menciptakan nilai tambah bagi stakeholders yang dipengaruhi oleh top management dalam menyampaikan pengarahan dan pengawasan terhadap pihak manajemen untuk mencapai tujuan perusahaan. GCG juga menekankan pada pola perilaku perusahaan sebagai suatu institusional yang diukur melalui struktur pembiayaan, efisiensi kinerja, tingkat pertumbuhan, dan perlakuan terhadap stakeholders. Jadi dapat disimpulkan bahwa GCG merupakan proses yang dipengaruhi oleh direksi dalam menyampaikan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 11 pengarahan, dan pengawasan terhadap manajemen dalam mencapai tujuan perusahaan. Penerapan GCG yang baik merupakan aset bagi perusahaan, karena dengan pengelolaan perusahaan yang baik dapat meningkatkan nilai tambah bagi stakeholders, mempermudah akses ke pasar modal serta meningkatkan citra positif dari publik.Dikarenakan perannya yang penting, maka penerapan GCG perlu didukung oleh tiga pilar yang saling berhubungan , yaitu Negara dan perangkatnya sebagai regulator,dunia usaha sebagai pelaku pasar, dan masyarakat sebagai pengguna produk dan jasa dalam dunia usaha Kamal,2008. Dalam penerapan GCG di Indonesia, seluruh pemegang kepentingan harus ikut berpartisipasi. Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance yang di awal tahun 2005 telah diubah menjadi Komite Nasional Kebijakan Governance KNKG telah menerbitkan Pedoman GCG pada tahun 2001, sebagai pedoman penerapan GCG untuk perusahaan di Indonesia. Selain itu BP BUMN pada tahun 1999, juga menetapkan arah penerapan GCG pada BUMN di Indonesia. Terdapat tiga arah penerapan GCG di Indonesia BP BUMN, 1999 yaitu menetapkan kebijakan nasional, menyempurnakan kerangka nasional dan membangun inisiatif sektor swasta. Pemerintah Indonesia terus melakukan upaya-upaya khusus dan bekerja sama dengan komunitas bisnis dalam mensosialisasikan dan menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam perusahaan. Dua sektor penting di perekonomian Indonesia yang telah menjadi perhatian pemerintah yaitu BUMN dan Pasar modal. Aspek baru dalam Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 12 penerapan GCG di BUMN adalah kewajiban untuk memiliki statement of corporate intent SCI. Pada dasarnya, SCI adalah komitmen perusahaan terhadap pemegang saham dalam suatu bentuk kontrak yang menekankan pada strategi dan upaya pihak manajemen dan didukung dewan komisaris dalam mengelola perusahaan. Terkait dengan SCI, dewan direksi diwajibkan untuk menandatangani appointment agreements AA yang merupakan komitmen direksi untuk memenuhi fungsi-fungsi dan kewajiban yang dimilikinya. Indikator kinerja direksi terihat dalam bentuk reward and punishment dengan meratifikasi undang-undang BUMN Kaihatu, 2006.

2.1.1.3 Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG

Pelaksanaan GCG dilakukan dengan menggunakan prinsip-prinsip yang berlaku secara internasional. Prinsip-prinsip GCG merupakan kaedah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam sistem pengelolaan BUMN yang sehat. Berikut ini adalah prinsip-prinsip GCG yang terdapat dalam Pasal 3 Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117M-MBU2002 tanggal 31 Juli 2002 tentang penerapan praktek GCG pada BUMN. 1. Transparansi transparency Yaitu keterbukaan dalam pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan. Contohnya mengemukakan informasi target pencapaian laba yang akan dicapai perusahaan pada tahun mendatang. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 13 2. Akuntabilitas accountability Yaitu kejelasan fungsi dan pertanggungjawaban organ perusahaan sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Contohnya seluruh organ perusahaan, baik pimpinan maupun karyawan tidak boleh bekerja asal jadi, tetapi harus selalu berusaha menyelesaikan tugas dan kewajiban dengan hasil yang memuaskan. 3. Pertanggungjawaban responsibility Yaitu kesesuaian pengelolaan perusahaan dengan peraturan perundang- undangan yang berlaku dan prinsip pengelolaan perusahaan yang sehat. Contohnya dewan komisaris, manajemen maupun karayawan dalam menjalankan kegiatan operasional di perusahaan harus selalu mematuhi kebijakan yang telah ditetapkan. 4. Independensi independency Yaitu pengelolaan perusahaan yang professional tanpa pengaruhtekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Contohnya dalam pengembangan perusahaan, dengan melakukan eksploitasi, harus sesuai dengan UU dan tidak merugikan pihak lain. 5. Kewajaran fairness Yaitu keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak-hak stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Contohnya memberikan pelayanan terbaik kepada setiap pelanggan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 14 Pada dasarnya penerapan prinsip GCG di perusahaan adalah untuk menghasilkan kinerja perusahaan yang efektif dan efisien melalui harmonisasi manajemen perusahaan. Dibutuhkan peran yang penuh komitmen dan independensi dari dewan direksi dalam menjalankan kegiatan perusahaan , sehingga menghasilkan kinerja perusahaan yang baik. Tujuan GCG menurut FCGI 2002ialah untuk menciptakan nilai tambah bagi semua pihak yang berkepentingan shareholders. Selain tujuan tersebut terdapat tujuan lain yaitu : 1. Pemenuhan tujuan strategis perusahaan berupa peningkatan nialai perusahaan dan value perusahaan. 2. Pemenuhan tanggung jawab kepada stakeholders khususnya komunitas setempat. 3. Dipatuhinya kerangka yuridis yang ada. Menurut Rahmawati dalam Putri,2006, penerapan GCG diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut: 1. Meningkatkan kinerja perusahaan melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan serta lebih meningkatkan pelayanan terhadap stakeholders. 2. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah murah sehingga dapat lebih meningkatkan corporate value. 3. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya kembali di Indonesia. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 15 4. Pemegang saham akan merasa puas dengan kinerja perusahaan karena sekaligus akan meningkatkan shareholders value dan dividen.

2.1.1 Peranan Audit Internal

Audit internal menurut Agoes 2004 : 221 merupakan pemeriksaan yang dilakukan oleh bagian internal audit perusahaan, baik terhadap laporan keuangan, dan catatan akuntansi perusahaan, maupun ketaatan terhadap kebijakan manajemen puncak yang telah ditentukan dan ketaatan terhadap peraturan pemerintah dan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yang berlaku. Peraturan pemerintah yang dimaksudan adalah peraturan di bidang perpajakan, pasar modal, lingkungan hidup, perbankan, perindustrian, investasi dan lain-lain. Sedangkan ketentuan-ketentuan dari ikatan profesi yaitu Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan. Pengertian audit internal menurut IIA Institute of Internal Auditors merupakan aktivitas pemberian kekayaan serta konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi. Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi serta meningkatkan efektivitas proses manajemen risiko, pengendalian dan pengelolaan. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dilihat beberapa ruang lingkup audit internal di dalam perusahaan yang bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas kegiatan usaha dan pengendalian internal yang telah dijalankan perusahaan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 16 Dalam upaya menerapkan GCG, perusahaan membutuhkan peranan audit internal yang bertugas meneliti dan mengevaluasi suatu sistem akuntansi serta menilai kebijakan manajemen yang dilaksanakan. Auditor internal merupakan salah satu profesi yang menunjang dan mendukung terwujudnya GCG yang saat ini telah menjadi komponen utama dalam meningkatkan perusahaan secara efektif dan efisien. Tujuan audit internal menurut Hartono dalam Maylia,2008 adalah : 1. Meneliti dan menilai apakah pelaksananan dari pengendalian intern di bidang akuntansi dan operasi cukup dan memenuhi syarat. 2. Menilai apakah kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditentukan benar- benar telah ditaati. 3. Menilai apakah aktiva perusahaan aman dari kehilangan atau kerusakan dan penyelewengan. 4. Menilai kecermatan data akuntansi dan data lain dalam perusahaan, 5. Menilai mutu dari pelaksanaan tugas-tugas yang diberikan kepada masing- masing manajemen. Selain memiliki beberapa tujuan, audit internal juga memiliki beberapa fungsi bagi perusahaan. Menurut Mulyadi 2002:211, terdapat 2 fungsi audit internal yaitu : 1. Menyelidiki dan menilai pengendalian internal dan efisiensi pelaksanaan fungsi berbagai unit organisasi. 2. Merupakan kegiatan penilaian yang bebas, yang terdapat dalam perusahaan, yang dilakukan dengan cara memeriksa akuntansi, keuangan dan kegiatan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 17 lain, untuk memberikan jasa bagi manajemen dalam melaksanakan tanggung jawab mereka. Peningkatan pengendalian internal di dalam suatu perusahaan menuntut tersedianya audit internal yang baik di perusahaan, agar terciptanya proses pengawasan yang baik pula di dalam perusahaan. Dengan audit internal yang baik, dapat memberikan nilai tambah value added bagi perusahaan.

2.1.3 Etika Bisnis

Menurut Johnson dalam Ernawan, 2007 mengemukakan bahwa etika merupakan suatu cabang ilmu filsafat, tujuannya adalah untuk mempelajari perilaku, baik moral maupun immoral, dengan tujuan membuat pertimbangan yang cukup beralasan dan akhirnya sampai pada rekomendasi yang memadai yang tentunya dapat diterima oleh suatu golongan tertentu atau individu. Definisi lain dikemukakan oleh Ensiklopedi Ekonomi, Bisnis, dan Manajemen 1992 yang menyatakan bahwa etika bisnis adalah norma-norma atau nilai-nilai yang menjadi pedoman perilaku dan tindak tanduk kaum usahawan serta pengelola organisasi-organisasi. Sedangkan menurut Bertens dalam Udiyaningsih, 2006 mendefinisikan etika bisnis sebagai suatu ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk, tentang yang harus dilakukan manusia dan yang tidak boleh dilakukannya yang berlaku dalam praktik bisnis. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa etika bisnis merupakan suatu studi yang mempelajari baik dan buruknya dalam interaksi bisnis dengan pihak Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 18 stakeholders dengan mempergunakan ilmu manajemen dan ilmu hukum untuk mencapai tujuan dari perusahaan. Studi ini berkonsentrasi pada norma-norma moral dan nilai-nilai yang dianut oleh individu, kelompok maupun perusahaan. Latar belakang pembuatan etika bisnis adalah sebagai cara ampuh untuk melembagakan etika dalam struktur dan kegiatan perusahaan. Etika bisnis merupakan salah satu bentuk penerapan prinsip-prinsip di perusahaan. Etika bisnis memiliki peran yang sangat penting, yang jika dapat diterapkan secara konsisten dapat membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi. Karena inti dari bisnis adalah saling percaya maka kejujuran adalah faktor utama. Kejujuran merupakan salah satu prinsip yang ada pada etika bisnis. Dengan demikian etika bisnis menjadi faktor yang menentukan dalam keberhasilan bisnis dan merupakan bentuk penjabaran dari praktik prinsip GCG di perusahaan Effendi,2005. Apabila perusahaan memiliki etika sendiri berarti perusahaan mempunyai beberapa kelebihan dibandingkan dengan perusahaan yang tidak memilikinya. Menurut Abiyasa 2011, terdapat beberapa manfaat Etika Bisnis bagi perusahaan yaitu : 1. Dapat meningkatkan kredibilitas suatu perusahaan, karena etika telah dijadikan sebagai corporate culture. Hal ini terutama penting bagi perusahaan besar yang karyawannya tidak semuanya saling mengenal satu sama lainnya. Dengan adanya etika bisnis, secara intern semua karyawan terikat dengan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 19 standard etis yang sama, sehingga akan mengambil kebijakankeputusan yang sama terhadap kasus sejenis yang timbul. 2. Dapat membantu menghilangkan grey area kawasan kelabu di bidang etika. penerimaan komisi, penggunaan tenaga kerja anak, kewajiban perusahaan dalam melindungi lingkungan hidup. 3. Menjelaskan bagaimana perusahaan menilai tanggung jawab sosialnya. 4. Menyediakan bagi perusahaan dan dunia bisnis pada umumnya, kemungkinan untuk mengatur diri sendiri self regulation. 5. Bagi perusahaan yang telah go public dapat memperoleh manfaat berupa meningkatnya kepercayaan para investor. Selain itu karena adanya kenaikan harga saham, maka dapat menarik minat para investor untuk membeli saham perusahaan tersebut. 6. Dapat meningkatkan daya saing competitive advantage perusahaan. 7. Membangun corporate image citra positif, serta dalam jangka panjang dapat menjaga kelangsungan hidup perusahaan sustainable company Melalui penerapan etika dalam berbisnis dan kesadaran para pelaku bisnis beretika dalam bisnis, maka suatu perusahaan akan dapat mempertahankan dan meningkatkan reputasi sebagai perusahaan yang bertanggung jawab, yang akan memaksimalkan nilai pemegang saham. Apabila perusahaan tidak menjalankan etika bisnis di perusahaan maka kelangsungan hidup perusahaan akan terganggu. Karena inti dari bisnis adalah kepercayaan, maka setiap manajemen perusahaan harus memiliki etika bisnis dalam bidang usaha. Dengan demikian, penerapan etika bisnis Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 20 mencerminkan penerapan prinsip-prinsip GCG, yang memenuhi keinginan stakeholders.

2.1.4 Pedoman Perilaku

Pedoman perilaku berisi prinsip-prinsip etis yang berlaku dan harus dipatuhi oleh setiap organ perusahaan. Pengelolaan perusahaan yang baik dan sehat, tidak terlepas dari aturan dan kebijakan yang harus dipatuhi perusahaan. Untuk dapat berkembang dan menjaga kelangsungan usaha perusahaan, perusahaan harus menjaga kredibilitas dan kepercayaan publik, stakeholders, pelanggan, dan pemakai jasa, yang merupakan faktor yang sangat menentukan bagi perkembangan dan kelangsungan hidup perusahaan. Hilangnya kredibilitas dan kepercayaan stakeholders dapat menyebabkan perusahaan kehilangan peluang bisnis, yang pada akhirnya dapat mengancam kelangsungan usaha perusahaan. Kredibilitas perusahaan dan kepercayaan sangat erat kaitannya dengan perilaku perusahaan dalam berinteraksi dengan para stakeholders. Pengelolaan perusahaan yang baik dan sehat, selain harus mengikuti peraturan dan perundangan yang berlaku juga harus menjunjung tinggi norma dan nilai etika. Perilaku yang baik dari perusahaan dan kesadaran menjalankan etika yang baik akan meningkatkan citra positif bagi perusahaan Effendi,2005. Sebagaimana yang telah diatur dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117M-MBU2002, bahwa BUMN diwajibkan menerapkan prinsip-prinsip GCG dalam setiap kegiatan usahanya. Untuk dapat mewujudkan dan menerapakan praktek Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 21 GCG secara konkret, perusahaan harus merumuskan dan menerapkan nilai-nilai etika yang sesuai dengan prinsip-prinsip GCG dan budaya perusahaan perusahaan ke dalam panduan etika melalui dokumen pedoman perilaku code of conduct dari perusahaan. Dokumen ini bertujuan untuk menjaga agar tetap ada konsistensi dalam penyelenggaraan perusahaan yang baik Good Corporate Governance. Manajemen perusahaan harus bertekad untuk menumbuh kembangkan kebiasaan dan tata pergaulan profesional yang baik dan sekaligus mencerminkan jadi diri perusahaan. Usaha ini juga merupakan perwujudan dari kesungguhan hati perusahaan untuk bekerja dan berusaha selaras dengan falsafah, visi, misi, dan tata nilai perusahaan. Dalam rangka menjaga agar tetap ada konsistensi dalam penerapan GCG di perusahaan, maka perusahaan perlu merumuskan dokumen pedoman perilaku. Berdasarkan dokumen pedoman perilaku yang diterbitkan PT.PLN Persero tahun 2010, terdapat 4 hal yang harus dilakukan dalam pelaksanaan pedoman perilaku, yaitu : 1. Saling percaya mutual trust 2. Integritas integrity 3. Peduli care 4. Pembelajar continuos learning Dengan komitmen dan konsisten dalam menerapkan pedoman perilaku oleh setiap organ perusahaan akan menciptakan suasana yang kondusif dalam pencapaian visi dan misi perusahaan. Penerapan pedoman perilaku ini dimaksudkan untuk : Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 22 1. Mengidentifikasi nilai-nilai dan standar etika yang selaras dengan visi dan misi perusahaan. 2. Menjabarkan nilai-nilai perusahaan corporate values, sebagai landasan etika yang harus diikuti oleh organ perusahaan dala, melaksanakan tugas. 3. Menjadi acuan perilaku bagi setiap organ perusahaan dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab masing-masing dan berinteraksi dengan stakeholders. 4. Menjelaskan secara rinci standar etika agar setiap organ perusahaan dapat menilai bentuk kegiatan yang diinginkan dan membantu memberikan pertimbangan jika menemui keragu-raguan dalam bertindak. Adapun fungsi pedoman perilaku bagi perusahaan menurut dokumen pedoman perilaku PT.PLN Persero adalah sebagai berikut: 1. Sebagai panduan bagi organ perusahaan dalam melaksanakan tugasnya secara profesional dan bertanggung jawab. 2. Sebagai panduan bagi organ perusahaan dalam melakukan interaksi dengan pihak lain untuk kepentingan perusahaan.

2.1.5 Budaya Organisasi

Budaya organisasi adalah landasan filosofis dalam sebuah organisasi perusahaan disemaikan ke setiap sel organisasi dan menjadi nilai-nilai kehidupan bersama yang dapat muncul dalam bentuk perilaku formal maupun informal Mulyono,2006. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 23 Keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapa tujuan bisnis dipengaruhi oleh budaya organisasi yang diterapkan di perusahaan. Pada dasarnya budaya organisasi merupakan kepribadian organisasi. Menurut McNamara 2000, budaya organisasi terdiri dari asumsi, nilai dan norma dan tanda-tanda yang kelihatan dari anggota- anggota organisasi dan perilaku-perilaku mereka. Selanjutnya McNamara 2000 menjelaskan menjelaskan bahwa budaya organisasi dapat dilihat sebagai sistem, mengandung input, proses dan output. Proses berdasarkan asumsi, nilai-nilai, norma- norma, waktu, fasilitas, ruang dan orang. Perusahaan harus mampu membangun budaya organisasi dengan prinsip- prinsip GCG di perusahaan karena dengan adanya budaya organisasi dan penerapan GCG akan memberikan kejelasan fungsi, kedudukan, hak dan kewajiban kepada pihak-pihak yang berkepentingan dalam perusahaan. Perusahaan yang mampu membangun budaya organisasi dengan prinsip-prinsip GCG menunjukkan bahwa perusahaan mampu menjalankan bisnis dan organisasi secara seimbang dengan pola pikir dan perilaku untuk memajukan perusahaan sesuai dengan prosedur yang berlaku Djajendra,2010. Pacanowsky dan O’Donnel 1982 berpendapat bahwa budaya merupakan sesuatu yang dimiliki oleh perusahaan, budaya adalah sesuatu yang merupakan organisasi itu sendiri. Hal ini dapat diartikan bahwa inti dari kehidupan organisasi ditemukan dalam budaya organisasi tersebut, yaitu budaya yang tidak mempermasalahkan perbedaan suku, ras ataupun individu melainkan budaya yang menunjukkan bagaimana cara hidup dan bersikap di dalam organisasi. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 24 Robbins 1996 menyatakan suatu budaya organisasi akan berdampak pada kinerja diawali dari input-input organisasi yang meliputi: inovasi dan pengembangan resiko, perhatian ke rincian, orientasi hasil, orientasi orang, orientasi tim, keagresifan dan kemantapan yang kemudian dipersepsikan sebagai budaya organisasi yang akan menjadi sebuah kekuatan yang tinggi atau rendah yang berdampak pada tingkat kinerja dan kepuasan karyawan. Fungsi budaya perusahaan adalah sebagai sistem nilai yang akan mengikat serta mewarnai sikap dan tingkah laku para pekerja, dari mulai tukang sapu sampai dengan direktur utama. Menurut Robbins 1996, terdapat beberapa fungsi budaya organisasi yaitu: 1. Budaya menciptakan pembedaan yang jelas antara satu organisasi dengan yang lain. 2. Budaya membawa suatu rasa identitas bagi anggota-anggota organisasi. 3. Budaya mempermudah timbulnya komitmen pada sesuatu yang lebih luas daripada kepentingan dari individual seseorang. 4. Budaya merupakan perekat sosial yang membantu mempersatukan organisasi itu dengan cara yang tepat untuk dilakukan oleh karyawan. 5. Budaya sebagai mekanisme pembuat makna dan kendali yang memandu dan membentuk sikap serta perilaku karyawan. Oleh karena itu, budaya organisasi dapat dijadikan sebagai pondasi bagi penerapan GCG di perusahaan. Karena budaya perusahaan yang buruk tidak akan Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 25 bisa menjadi pondasi penerapan GCG di perusahaan. Budaya perusahaan yang baik adalah yang tidak mengabaikan nilai-nilai lokalitas di antara para karyawan.

2.1.6 Kinerja Karyawan

Kinerja didefinisikan sebagai the extent of actual work performed by individualatau sampai sejauh mana kerja aktual yang diperlihatkan oleh seorang individu Shore,1990. Kinerja merupakan suatu hasil yang dicapai oleh pekerja dalam melakukan pekerjaannya menurut kriteria tertentu yang berlaku untuk suatu pekerjaan tertentu. Menurut Robbins 1996, menyatakan bahwa kinerja karyawan adalah sebagai fungsi dari interaksi antara kemampuan dan motivasi. Kinerja karyawan mengacu pada prestasi seseorang yang diukur berdasarkan standard dan kriteria yang ditetapkan perusahaan. Pengelolaan untuk mencapai kinerja SDM yang tinggi dimaksudkan guna meningkatkan perusahaan secara keseluruhan. Pengukuran kinerja karyawan hendaknya menginteraksikan dimensi pengukuran yang beragam karean bersifat multidimensional. Hal ini dikemukakan oleh Gibson dalam Kartiningsih, 2007 yang menyatakan bahwa respon efektif seseorang terhadap pekerjaan merupakan kepuasan karyawan dalam melakukan pekerjaan. Gibson juga memperkenalkan suatu dimensi khusus yang menunjukkan karakteristik pekerjaan yang biasanya digunakan untuk menilai keberhasilan kerja karyawan. Kinerja karyawan dapat diukur dari berbagai macam dimensi pekerjaan antara lain meliputi jenis pekerjaan, supervise, gaji yang diberikan, promosi yang Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 26 diperoleh serta kondisi kerja yang meliputi rekan kerja maupun suasana kerja Kartiningsih,2007. Kinerja karyawan suatu perusahaan dipengaruhi oleh beberapa faktor. Menurut Davis dalam Sedarmayanti, 2001 merumuskan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan,yaitu : 1. Performance = Ability + Motivation 2. Ability = Knowledge + Skill 3. Motivation = Attitude + Situation Dengan penerapan prinsip GCG yang baik di perusahaan,maka akan tercipta keterbukaan informasi tentang kinerja karyawan yang meliputi penggunaan keuangan, penerimaan pegawai yang bersifat terbuka, adanya sistem reward dan adanya promosi jabatan yang sesuai dengan ketentuan dan kebijakan yang belum berpihak kepada karyawan.

2.1.7 Audit Kepatuhan

Audit kepatuhan compliance audit merupakan unsur audit yang sangat penting terutama pada sektor publik, karena organisasi pemerintah beroperasi dalam kerangka hukum dan peraturan yang berlaku. Audit kepatuhan adalah audit yang bertujuan untuk menentukan apakah yang diaudit sesuai dengan kondisi atau peraturan tertentu Agoes,2004. Hasil audit nya pada umumya dilaporkan pada pihak yang berwenang membuat kebijakan. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 27 Audit kepatuhan ini banyak ditemukan di perusahaan-perusahaan pemerintah. Seperti audit kepatuhan yang dilakukan PT.PLN Persero terhadap proses pembangunan tenaga listrik. Pemerintah akan menunjuk auditor eksternal untuk mengaudit apakah proses pembangunan berjalan sesuai dengan standar dan ketentuan yang telah ditetapkan pemerintah. Jadi, tugas auditor kepatuhan adalah meneliti apakah sudah sesuai dengan standar, baik dari segi anggaran, pelaksanaan pembangunan, penempatan, tim kerja, dan lain sebagainya. Tujuan audit kepatuhan yang dikemukakan oleh Mulyadi 2002 adalah untuk menentukan apakah yang diperiksa sesuai dengan kondisi, peraturan, dan Undang- Undang tertentu karena kriteria-kriteria yang ditetapkan dalam audit kepatuhan berasal dari sumber yang berbeda sesuai dengan pembuat kebijakan. Dengan melakukan audit kepatuhan, perusahaan dapat mengungkapkan tentang adanya kepatuhan entitas terhadap regulasi sekaligus menuangkan permasalahan yang mungkin disebabkan oleh regulasi itu sendiri.Dalam audit kepatuhan yang dinilai atau diukur adalah ketaatan semua aktivitas dan semua komponen perusahaan, direktur, manajer hingga karyawan sesuai dengan kebijakan, aturan, ketentuan dan prosedur yang berlaku di perusahaan serta peraturan yang berlaku. Hal ini menunjukkan bahwa audit kepatuhan berperan tidak hanya sebagai penilai perusahaan dan mencari kesalahan perusahaan tetapi juga sebagai pencegah terjadinya kesalahan tersebut. Perusahaan yang melaksanakan audit kepatuhan merupakan perusahaan yang telah mengendalikan dan mengelola perusahaan sesuai Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 28 dengan prinsip-prinsip GCG. Karena dengan patuh terhadap prosedur dan kebijakan perusahaan merupakan salah satu bentuk penerapan prinsip-prinsip GCG di perusahaan Utama,2004.

2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian mengenai penerapan GCG pada perusahaan banyak telah dilakukan oleh beberapa peneliti sebelumnya. Di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Pratolo 2007. Hasil penelitian menunjukkan audit manajemen dan pengendalian internal saling mendukung dalam mempengaruhi penerapan prinsip-prinsip GCG dan kinerja perusahaan. Penelitian yang dilakukan Widuri dan Paramita 2009 menunjukkan bahwa adanya hubungan peranan budaya perusahaan penerapan GCG. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Marniati 2010 menunjukkan bahwa adanya pengaruh penerapan prinsip GCG pada kinerja karyawan. Penelitian yang dilakukan Sari 2011 menunjukkan bahwa etika bisnis, pedoman perilaku dan kebijakan GCG berpengaruh terhadap implementasi GCG, sedangkan pemegang saham tidak berpengaruh terhadap implementasi GCG. Selanjutnya penelitian yang dilakukan oleh Hanifah 2011 yang menyebutkan bahwa struktur kepemilikan, budaya organisasi, komite audit dan audit internal baik secara simultan dan parsial berpengaruh terhadap GCG. Dan dalam penelitian yang dilakukan oleh Herbert 2012 menunjukkan bahwa peranan audit internal berpengaruh signifikan berpengaruh terhadap penerapan GCG. Sedangkan Penelitian yang dilakukan oleh Prawitasari 2010, hasilnya menunjukkan bahwa pedoman perilaku tidak berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan GCG. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 29 Tabel 2.1 Rangkuman Penelitian Terdahulu No. Nama Peneliti dan Tahun Judul Penelitian Variabel Penelitian Hasil Penelitian 1. Suryo Pratolo 2009 GCG dan Kinerja BUMN di Indonesia : Aspek Audit Manajemen dan Pengendalian Internal sebagai Varibel Eksogen serta Tinjauannya pada Jenis Perusahaan. Variabel independen :Audit manajemen dan Pengendalian Internal, Variabel dependen: Penerapan Prinsip-prinsip GCG, Variabel eksogen : kinerja perusahaan. Audit manajemen dan pengendalian internal saling mendukung dalam mempengaruhi penerapan prinsip- prinsip GCG dan kinerja perusahaan. 2. Rindang Widuri dan Asterta Paramita 2009 Analisis Hubungan Peranan Budaya Perusahaan terhadap Penerapan GCG pada PT. Aneka Tambang Variabel Independen : Peranan Budaya Organisasi , Variabel Dependen : Penerapan GCG Peranan budaya organisasi memiliki hubungan dan pengaruh terhadap penerapan GCG di perusahaan. 3. Marniati 2010 Analisis Penerapan Prinsip GCG terhadap Kinerja Karyawan di Bagian Administrasi Umum Rumah Sakit Umum Daerah Zainoel Abidin Banda Aceh Variabel Independen : Penerapan Prinsip GCG, Variabel Dependen : Kinerja Karyawan. Penerapan prinsip GCG di perusahaan berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan. 4. Erika R. Prawitasari 2010 Pengaruh Peranan Biro Satuan Pengawasan Internal SPI dan Pedoman Perilaku terhadap GCG pada PTPN IV Medan. Variabel Independen: Peranan Biro SPI dan Pedoman Perilaku, Variabel Dependen : Pelaksanaan GCG SPI berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan GCG dan pedoman perilaku tidak berpengaruh signifikan terhadap pelaksanaan GCG. 5. Karina Sari 2011 Pengaruh etika Bisnis, Pedoman Perilaku, Pemegang Saham dan Kebijakan GCG terhadap Implementasi GCG pada Bank Sumut. Variabel Independen: Bisnis, Pedoman Perilaku, Pemegang Saham dan Kebijakan GCG, Variabel Dependen : Etika bisnis, pedoman perilaku, dan kebijakan GCG berpengaruh positif terhadap implementasi Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 30 Implementasi GCG. GCG, sedangkan pemegang saham tidak berpengaruh terhadap implementasi GCG. 6. Hanifah 2011 Pengaruh Struktur Kepemilikan, Budaya Organisasi, Komite Audit, dan Audit Internal terhadap GCG dan Implikasinya Terhadap Kinerja BUMN. Variabel independen : Struktur Kepemilikan, Budaya Organisasi, Komite Audit, dan Audit Internal, variabel dependen : GCG dan Kinerja BUMN. Struktur Kepemilikan, Budaya Organisasi, Komite Audit, dan Audit Internal berpengaruh secara simultan dan parsial terhadap GCG dan kinerja BUMN. 7. Herbert T. Sibarani 2012 Pengaruh Peranan Audit Internal terhadap Penerapan GCG pada PT.PLN Persero Wilayah Sumatera Utara. Variabel Independen : Peranan audit Internal, Variabel Dependen : Penerapan GCG. Peranan audit internal berpengaruh positif dan signifikan terhadap penerapan GCG. Universitas Sumatera Utara Universitas Sumatera Utara 31

2.3 Kerangka Konseptual