Setiap mahasiswa di Fakultas Psikologi USU pernah melakukan e-learning. Mahasiswa yang menjalani perkuliahannya di Fakultas Psikologi USU ini
menggunakan perangkat komputer baik yang terhubung dengan internet maupun intranet. Pemanfaatan e-learning ini sendiri dimulai dari pengisian Kartu Rencana
Studi secara online setiap semester, dalam penyampaian materi kuliah sehari-hari tidak terlepas dari penggunaan Microsoft Power Point, pengerjaan tugas individu
dengan Microsoft Word, dan pemutaran film dalam bentuk audiovideo dalam perkuliahan tertentu, serta pengiriman tugas kelompok maupun individu melalui e-
mail. Mahasiswa di Fakultas Psikologi USU sering memanfaatkan fasilitas internet tanpa
kabel wireless fidelity Wi-fi di sekitar lobby kampus, di ruang kelas, maupun di kantin kampus. Penggunaan wi-fi ini tidak terlepas dari kebutuhan mahasiswa akan
jaringan internet dalam mengakses bahan perkuliahan, penggunaan search engine, mencari rekaman audiovideo, dan lain sebagainya.
D. Hubungan Persepsi terhadap Proses Belajar
E-learning dengan Motivasi Belajar
E-learning
Dalam kegiatan belajar sangat diperlukan adanya motivasi pada diri siswa. Motivasi belajar merupakan syarat mutlak untuk belajar dan memegang peranan
penting dalam memberikan semangat belajar. Motivasi belajar tidak hanya menjadi pendorong untuk mencapai hasil yang baik tetapi mengandung usaha untuk mencapai
tujuan belajar, dimana terdapat pemahaman dan pengembangan dari belajar Hadinata, 2006.
Universitas Sumatera Utara
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Muzid 2005 yang menyatakan bahwa 65,15 mahasiswa menyatakan bahwa e-learning saat ini telah
dibutuhkan mahasiswa untuk membantu proses belajarnya. Hal ini merupakan hasil dari persepsi mahasiswa yang cenderung positif terhadap e-learning dimana e-
learning bisa dimanfaatkan seoptimal mungkin dalam pembelajaan. Diduga bahwa persepsi mahasiswa terhadap e-learning ini bisa mempengaruhi motivasi belajar
mereka. Dalam wawancara singkat beberapa waktu lalu, salah seorang mahasiswi
Fakultas Psikologi USU yang sedang disuguhi sebuah proses pembelajaran e- learning mengatakan bahwa proses belajar dengan e-learning ini sangat
mengasyikkan dengan berbagai alasan pribadinya seperti tidak harus pergi ke kampus yang jaraknya jauh dari rumahnya. Pada saat belajar melalui room chat di
Google Talk salah satu media chatting yang disediakan oleh Google Corp, mereka bisa bertemu di dunia maya untuk mendiskusikan pelajaran mereka. Proses belajar
baru ini bisa menaikkan minatnya untuk belajar mandiri. Wahono 2008 yang merupakan salah seorang peneliti LIPI dan juga
penerima “e-Learning Award 2008 kategori Educative Blog for Community”, menyatakan bahwa komponen e-learning itu terbagi atas infrastruktur, sistem, dan
konten. Infrastruktur adalah komponen pertama yang harus dipersiapkan lebih dahulu dalam menunjang e-learning. Infrastruktur ini bisa saja berupa jaringan
internet maupun intranet yang bisa mendukung e-learning ini terlaksana. Sistem adalah merupakan sebuah manajemen yang dapat mengatur berjalannya e-learning
ini. Sistem tersebut bisa saja seperti manajemen kelas, pembuatan materi, forum diskusi, dan memberikan feedback kepada peserta didik. Dan komponen terakhir
Universitas Sumatera Utara
adalah konten. Konten yang dimaksud adalah isi yang akan dibawakan kepada peserta didik dalam e-learning. Hal ini berkaitan dengan materi perkuliahan, materi
ujian, materi diskusi, serta hasil ujian. Persepsi yang terdiri dari tahap seleksi, organisasi, dan interpretasi ini bisa
digunakan untuk melihat e-learning secara keseluruhan berdasarkan komponen penyusunnya. Seleksi adalah tahap pertama dimana semua stimulus yang masuk
disaring oleh mahasiswa. Tidak semua stimulus yang masuk disaring oleh mahasiswa, akan tetapi e-learning sebagai sebuah stimulus bisa masuk ke dalam
kognisi manusia. Jika semua stimulus diperhatikan maka akan membuang banyak waktu dan energi, maka seleksi merupakan tahap untuk meringkasnya.
Tahap organisasi adalah tahapan kedua. Mahasiswa sudah bisa memberikan prioritas terhadap stimulus apa yang telah diseleksi sebelumnya. Di sini akan ada
banyak alternative pilihan proses belajar, dan salah satunya adalah e-learning. Pada tahapan ini e-learning adalah fokus mahasiswa tersebut dan menjadikannya prioritas
di atas semua alternative jawaban karena ada sesuatu yang khas dan istimewa pada e- learning ini.
Tahap ketiga, yaitu interpretasi bagian dimana mahasiswa memberikan makna dari stimulus yang diterimanya. Di bagian ini mahasiswa sudah bisa
memberikan nilai positif berupa hal yang menyenangkan atau negatif berupa hal yang tidak menyenangkan dari e-learning yang telah diseleksi dan diorganisasikan
sebelumnya. Rasa senang ini bisa menggerakkan mahasiswa berupa faktor internal pada dalam dirinya dan juga faktor eksternal dari luar dirinya. Jika dikatakan sebagai
hasil dari faktor internal dari dalam diri mahasiswa, maka e-learning sudah terintegrasi dengan mahasiswa tersebut. Mahasiswa tersebut bisa saja memilih e-
Universitas Sumatera Utara
learning sebagai bahan utama ketika belajar karena berhasil mengoptimalkan proses e-learning tersebut, dan memilih terlibat dalam proses e-learning ini hanya karena
adanya kepuasan pribadi saat terlibat dalam proses e-learning. Penelitian yang dilakukan oleh Hidayat 2008 menjelaskan bahwa
penggunaan e-learning dalam proses pembelajaran dapat meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga dapat menumbuhkan semangat siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Diharapkan terdapat peningkatan motivasi belajar secara signifikan pada mahasiswa yang menggunakan e-learning pada proses pembelajarannya,
sehingga dapat meningkatkan hasil belajar dan serta peningkatan prestasi belajar. Jika penggunaan e-learning dirasakan sudah sangat membantu dan menyenangkan
maka tidak mungkin rasanya mahasiswa meninggalkan proses pembelajaran dengan menggunakan e-learning.
Pada penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Novia 2011 menunjukkan bahwa e-readiness pada mahasiswa Fakultas Psikologi USU yang tergolong dalam
kategori tinggi adalah 44,44, kategori sedang adalah 54,63, dan kategori rendah adalah 0,93. Hal ini menyatakan bahwa sebenarnya mayoritas mahasiswa di
Fakultas Psikologi sudah merasa siap untuk melakukan pembelajaran e-learning dan menganggap bahwa e-learning itu bukan menjadi hal baru bagi mereka.
Akan tetapi, e-readiness ini tidak diimbangi oleh kesiapan infrastruktur dan sistem yang diberlakukan di kampus. Mahasiswa lainnya mengatakan bahwa salah
satu kendala dari e-learning ini adalah tidak tersedianya layangan jaringan serta beberapa faktor teknis lainnya. Contohnya saja durasi pemakaian wi-fi belum bisa 24
jam, kendala pemadaman listrik bergilir yang bisa mengakibatkan terputusnya sambungan koneksi internet, coverage area hotspot yang belum bisa mengakomodir
Universitas Sumatera Utara
luasnya kampus, dan tidak adanya internet booth yang bisa dipakai mahasiswa secara gratis dan bebas dalam hal pembelajarannya. Kendala ini bisa membuat mahasiswa
tersebut tidak berminat serta berada di dalam keadaan terpaksa untuk mengikuti perkuliahan dengan proses pembelajaran e-learning.
Menurut Dick dan Cary dalam Sumarno, 2011, ada faktor yang harus dipertimbangkan dalam pemilihan e-learning sebagai pembelajaran, yaitu
ketersediaan sumber setempat; hal yang bersangkutan dengan dana serta tenaga; keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media tersebut; efektivitas biaya dalam jangka
waktu lama. Faktor-faktor ini bisa mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa dengan menggunakan e-learning dalam pembelajarannya.
Sebagai kesimpulan, persepsi beragam mengenai e-learning ini sendiri bisa mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa sebagai peserta didik. Kedepannya
diharapkan pelayanan yang maksimal serta diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar e-learning ini sendiripun bisa menyamakan harapan mahasiswa
sebagai peserta didik untuk menanggapi secara positif dengan keberadaan e-learning ini sehingga bisa menimbulkan motivasi belajar dengan proses belajar e-learning ini.
E. Hipotesis