BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Permasalahan
Dewasa ini, teknologi merupakan sebuah hal yang melekat pada kehidupan masyarakat. Tiga sampai empat tahun yang lalu, teknologi informasi dan komunikasi
seperti komputer dan telepon selular berbasis web masih terbilang mahal dan hanya dimiliki orang-orang tertentu saja. Pada dewasa ini teknologi tersebut bukan lagi
milik-milik orang tertentu melainkan milik semua bangsa, milik semua orang dari lapisan terendah sampai tertinggi. Bahkan banyak orang tidak dapat lepas dari
teknologi tersebut dalam kesehariannya, mulai dari pagi sampai petang dan sampai pagi lagi. Teknologi informasi dan komunikasi secara cepat dan revolusioner telah
merubah pola pikir dan peradaban manusia Situmorang, 2010. Kemajuan yang pesat dalam bidang elektronika menyebabkan kemampuan
komputer maju pesat dan cepat usang mengikuti hukum Moore bahwa kemampuan chip komputer akan menjadi dua kali lipat setiap tahunnya, perangkat lunak semakin
canggih, dan batas maya virtual tidak akan pernah tercapai Vide, dkk., 1995; dalam Munir, 2008.
Teknologi informasi adalah segala bentuk teknologi yang diterapkan untuk memproses dan mengirimkan informasi dalam bentuk elektronis, micro computer,
komputer mainframe, pembaca barcode, perangkat lunak memproses transaksi, perangkat lunak lembar kerja worksheet dan peralatan komunikasi dan jaringan
merupakan contoh teknologi informasi Lucas, 2000; dalam Munir, 2008. Sementara pendapat lain, teknologi informasi adalah suatu teknologi yang digunakan
Universitas Sumatera Utara
untuk mengolah data, termasuk memproses, mendapatkan, menyusun, menyimpan, memanipulasi data berbagai cara untuk menghasilkan informasi yang berkualitas,
yaitu informasi yang relevan, akurat dan tepat waktu, yang digunakan untuk keperluan pribadi, bisnis, dan pemerintahan yang merupakan aspek strategis untuk
pengambilan keputusan Wardiana, 2000; dalam Munir, 2008. Munir 2008 menambahkan bahwa teknologi ini menggunakan seperangkat komputer untuk
mengolah data, sistem jaringan ini menghubungkan satu komputer dengan komputer lainnya sesuai dengan kebutuhan, dan telekomunikasi digunakan agar data dapat
disebar dan diakses secara global. Bila dilihat sejenak, bagaimana proses belajar berlangsung dalam setiap
individu, maka akan ditemukan bahwa proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara orang yang belajar dengan pesan yang dikemas dalam berbagai
medium tertentu. Oleh karena itu, belajar dapat terjadi kapan saja, dimana saja, dengan apa saja. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah belajar adalah adanya
perubahan tingkah laku pada diri orang tersebut pada aspek pengetahuannya, keterampilan atau sikapnya Situmorang, 2010
Hidup adalah sebuah proses dari perubahan yang kontinu. Dari lahir ke masa remaja sampai dengan kematian kita selalu berubah. Melalui pengalaman-
pengalaman yang diperoleh, individu mempelajari informasi-informasi baru, perilaku-perilaku baru, rasa takut yang baru, dan keahlian-keahlian yang baru. Semua
hal itu adalah perubahan yang terjadi akibat dari sebuah pembelajaran learning. Learning belajar adalah sejumlah perubahan yang relatif permanen dalam
perilaku yang dibawa melalui pengalaman, tetapi dengan definisi di atas, tidak semua perubahan dalam tingkah laku merupakan sebuah learning. Perubahan tingkah laku
Universitas Sumatera Utara
akibat adanya pendewasaanpematangan biologis tidak bisa kita katakan sebagai belajar Lahey, 2007.
Sebagai manusia, mahasiswa tidak lepas dari proses belajar. Proses belajar yang terjadi pada mahasiswa bertujuan untuk mendapatkan keterampilan, kecakapan
dan pengetahuan. Indikator keberhasilan suatu proses belajar dapat dilihat pada pencapaian prestasi belajar mahasiswa yang secara kualitatif harus lebih baik dari
yang sebelumnya Sukadji, 2001. Murid-murid dalam hal ini adalah mahasiswa tumbuh di dunia yang jauh
berbeda dengan di masa ketika orang tua dan kakek nenek mereka masih menjadi murid. Jika murid siap untuk bekerja, teknologi harus menjadi bagian integral dari
sekolah dan pelajaran di kelas Earle, 2002; Geisert Futrell, 2000; Sharp, 2002; dalam Santrock 2007
Bila learning kita kaitkan dengan kehadiran teknologi informasi dan komunikasi, baik itu sebagai media maupun sebagai sumber belajar dalam
pembelajaran, maka akan muncul sejumlah pertanyaan dalam benak kita, antara lain dapatkah kita menerapkan belajar learning dengan menggunakan teknologi
informasi dan komunikasi. Dalam bahasa sederhana, teknologi informasi dan komunikasi adalah medium interaktif yang digunakan untuk berkomunikasi jarak
jauh dalam rangka tukar menukar informasi media pengirim dan penerima pesan jarak jauh Situmorang, 2010.
Teknologi informasi dan komunikasi adalah sebagai kombinasi dari teknologi informasi dengan teknologi komunikasi. Kombinasi tersebut adalah kombinasi yang
mengintegrasikan dua fungsi dalam satu medium yang disebut perangkat komputer UNESCO, 2002; dalam Situmorang, 2010, sehingga tidak mengherankan bila
Universitas Sumatera Utara
teknologi informasi dan komunikasi itu kemudian diidentikkan dengan penggunaan perangkat komputer.
E-learning merupakan salah satu proses belajar mandiri yang dapat diaplikasikan dalam perguruan tinggi dengan pemanfaatan media elektronik. Banyak
definisi yang dapat menjelaskan istilah e-learning ini. Salah satunya yang sering digunakan adalah “E-learning merupakan suatu jenis belajar mengajar yang
memungkinkan tersampaikannya bahan ajar ke siswa dengan menggunakan media internet, intranet, atau media jaringan lain” Hartley, 2001 dalam Munir, 2008.
Munir 2008 menyatakan bahwa pembelajaran yang biasanya melibatkan fasilitas berupa materialfisik seperti buku berkembang dengan memanfaatkan fasilitas
jaringan kerja network denagn memanfaatkan teknologi komputer dan internetnya, sehingga terbentuk peserta didik ‘online’ atau saluran.
E-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa
audio, video, perangkat komputer, atau kombinasi ketiganya Munir, 2008. E- learning sendiri merupakan salah satu proses belajar mandiri dimana diterapkan
dalam kurikulum berbasis Teknologi Informasi dan Komunikasi. Teknologi pendidikan memegang peranan penting terutama setelah berkembangnya Teknologi
Informasi dan Komunikasi, dimana komputer menjadi bagian integral di dalamnya. Teknologi pendidikan dan berbagai alternatif pendidikannya untuk masa sekarang
dan masa yang akan datang mendorong pengajar memanfaatkan seoptimal mungkin penggunaan komputer tersebut di bidang pendidikan dalam Munir, 2008.
E-learning adalah salah satu revolusi di bidang pendidikan berbasis teknologi internet yang merupakan salah satu contoh aplikasi baru dalam perkembangan
Universitas Sumatera Utara
teknologi internet yang pesat. E-learning diharapkan dapat dijadikan alternatif bagi pengembangan sistem pendidikan yang lebih efektif dan efisien dengan biaya yang
lebih rendah di masa mendatang. E-learning pada dasarnya mengefisiensikan proses belajar mengajar konvensional yang memposisikan siswa sebagai konsumen
pengetahuan Purbo Hartanto, 2002. Peningkatan kualitas pendidikan dan pengetahuan dapat diatasi dengan
e-learning. Sebuah sistem pembelajaran yang memanfaatkan kelebihan–kelebihan yang dimiliki oleh internet, yang selama ini digunakan sebagai media transfer ilmu
pengetahuan. Sistem yang memberi kebebasan waktu, tempat dan tidak hanya berorientasi pada tenaga pengajar. Fungsi dari penerapan e-learning bisa sebagai
tambahan suplemen atau pelengkappendukung komplemen ataupun sebagai pengganti substitusi pembelajaran konvensional Siahaan, 2001.
Pada bidang pendidikan khususnya Pendidikan Teknologi dan Kejuruan PTK, Teknologi Informasi TI digunakan sebagai pranata means media
pembelajaran maupun sebagai sumber belajar resources. Konsekuensinya adalah keseluruhan perangkat personil pendidikan, dimana didalamnya termasuk
dosenguruinstruktur maupun pengelola pendidikan perlu melengkapi keterampilan dalam menggunakan Teknologi Informasi sebagai sebuah kompetensi dalam
kerangka kerja pengembangan profesionalnya. Fokus penggunaan teknologi informasi adalah melengkapi pranata yang sudah ada, yang mungkin digunakan
kedalam kurikulum dan peluang mengintegrasikan Teknologi Informasi kedalam aktivitas proses pembelajaran di kelas Kudwadi, 2006.
Berbagai komponen
teknologi pendidikan
seperti media,
teknik pembelajaran, pengembangan pembelajaran, dan sebagainya telah pula dilakukan
Universitas Sumatera Utara
oleh lembaga pendidikan dan pelatihan. Di kalangan perguruan tinggi, teknologi pendidikan telah dan sedang dimanfaatkan di IPB, ITB, UNDIP, UGM, UNS,
UNAIR, ITS, UNHAS, UNLAM, UNPATI, UNTAD, UNHALU, UNSRAT, UNCEN, IKIP Medan, IKIP Padang, IKIP Jakarta, IKIP Bandung, IKIP Yogyakarta,
IKIP Semarang, IKIP Surabaya, IKIP Malang, dan IKIP Ujung Pandang Miarso, 2004.
Berdasarkan surat yang dikeluarkan oleh Rektor Universitas Sumatera Utara USU Nomor : 5863H5.1.RKPM2009 mengenai Pemuatan Bahan Kuliah di
Website USU, diharapkan agar semua dosen di lingkungan USU dapat mengirimkan semua materi perkuliahan ke Pusat Sistem Informasi USU untuk dimuat dalam situs
USU E-learning. Bahan kuliah yang dikirimkan adalah bahan kuliah penuh atau handout atau dalam bentuk slides perkuliahan. Sajian tersebut bisa dalam bentuk
Bahasa Inggris maupun Bahasa Indonesia http:elearning.usu.ac.id. Fakultas Psikologi yang merupakan fakultas ke-13 di USU tidak terlepas dari
kesepakatan tersebut dalam pengaplikasian e-learning. Menurut observasi peneliti, mahasiswa di fakultas ini telah memiliki satu akun di portal USU untuk mengisi KRS
dan melihat bahan ajar lainnya. Selain itu, di mata kuliah Psikologi Pendidikan dimulai sejak tahun ajaran 20092010 telah dimulai proses perkuliahan secara online
yang menggunakan media blog dan chatting via Gtalk. Menurut Dick dan Cary dalam Sumarno, 2011, ada faktor yang harus
dipertimbangkan dalam pemilihan e-learning sebagai pembelajaran, yaitu ketersediaan sumber setempat; hal yang bersangkutan dengan dana serta tenaga;
keluwesan, kepraktisan dan ketahanan media tersebut; efektivitas biaya dalam jangka waktu lama. Faktor-faktor ini bisa mempengaruhi motivasi belajar mahasiswa
Universitas Sumatera Utara
dengan menggunakan e-learning dalam pembelajarannya. Ketersediaan sumber setempat bisa menyangkut ketersediaan sumber arus listrik, sambungan koneksi
LAN dan masalah kapasitas bandwidth serta kecepatan akses koneksi internet; hal yang bersangkutan dengan dana dimaksukan adalah apakah ketersediaan dana dalam
menggunakan e-learning ini mencukupi; hal keluwesan, kepraktisan, dan ketahanan media tersebut berkaitan dengan apakah e-learning tersebut bisa digunakan saat
kapan saja dan dimana saja, dan bisa diandalkan dalam proses pembelajaran; serta efektivitas penggunaan dana dalam waktu lama dimana merupakan hal yang
berkaitan dengan meminimalisasikan pengeluaran cost saat menggunakan e- learning dalam jangka waktu lama. Jika faktor ini diabaikan, maka bisa
menimbulkan kesulitan mahasiswa dalam belajar dan tidak menumbuhkan motivasi mahasiswa untuk blajar.
Kesulitan belajar itu bisa saja muncul sebagai persepsi mahasiswa terhadap e- learning ini. Meskipun e-learning ini telah disadari dapat membantu peningkatan
kualitas pendidikan dan pengetahuan, saat ini pemanfaatannya belum sepenuhnya diterapkan di USU khususnya di Fakultas Psikologi USU. Walaupun tujuan e-
learning ini adalah sebagai alternatif proses pembelajaran, bukan berarti semua mahasiswa Fakultas Psikologi USU mempersepsikannya dengan positif. Hal ini bisa
dibuktikan dengan wawancara singkat dengan N 18, salah satu mahasiswi di Fakultas Psikologi USU yang sedang mengikuti perkuliahan Psikologi Pendidikan
dengan e-learning melalui chat room via Google Talk maupun blog yang telah disediakan :
“...iyah bang. Kadang-kadang gak ngerti juga pas lagi chat itu. Semua berebutan menyampaikan pendapat. Pas dosen menjelaskan, tiba-tiba ada satu
kawan yang masuk chat-nya. Trus masuk lagi kawan yang lain. Ujung- ujungnya gak ngerti jadinya. Mending kuliah seperti biasa ajalah bang, alur
Universitas Sumatera Utara
diskusi bisa lebih jelas. Gak pake gangguan jaringan internet yang ngadat untuk chat lagi...”
Komunikasi Personal, 30 Maret 2011 Pendapat mahasiswi lain, R 18 juga mempersepsikan e-learning ini secara
negatif yang dapat dilihat sebagai berikut. “…sejujurnya aku ga suka e-learning bang. Bagiku itu jadi buat aku jadi
malas, karena bangun tidur pun jadi bisa langsung kuliah dan terkesan main- main…”
Komunikasi Personal, 6 Mei 2011 Namun di sisi lain, penerapan sistem belajar mengajar secara konvensional
adalah suatu ketidakefektifan, sebab dengan perkembangan zaman, pertukaran informasi menjadi cepat dan instant sehingga institusi yang masih menggunakan
sistem tradisional ini akan tertinggal dari perkembangan informasi teknologi yang semakin pesat. Banyak kendala yang dialami ketika penyelenggaraan pendidikan
yang masih bersifat konvensional dituntut untuk memberikan pelayanannya bagi masyarakat luas yang tersebar di seluruh Nusantara Riyanto, 2007. Kendala-
kendala yang dialami antara lain keterbatasan finansial, jauhnya lokasi, dan keterbatasan institusi Tafiardi, 2005. Hal ini sesuai dengan pendapat M 18 salah
seorang mahasiswi Fakultas Psikologi USU yang sedang mengikuti perkuliahan dengan e-learning pada mata kuliah Psikologi Pendidikan menyatakan bahwa :
“…lebih setuju sama e-learning dibandingkan metode ceramah karena e- learning itu terkesan lebih efisien dan efektif, tidak buang-buang waktu, dan
to the point aja…”
Komunikasi Personal, 6 Mei 2011 Selain itu, A 18 yang merupakan mahasiswi Fakultas Psikologi USU
mempersepsikan e-learning itu secara positif dari apa yang telah dialaminya. “…setujunya itu, kita bisa belajar dimana saja yang kita nyaman, ga berpatok
pada suatu tempat aja. Jadi bisa buat mood belajar siswa itu bertambah gitu loh, dan bisa buat belajar mandiri juga…”
Komunikasi Personal, 6 Mei 2011
Universitas Sumatera Utara
Dari pernyataan-pernyataan di atas, tidak semua mahasiswa yang setuju dengan e-learning dan mempersepsikannya dengan positif. Persepsi inilah yang
kemudian bisa diduga mempengaruhi motivasi mahasiswa sebagai peserta didik dalam belajar. Pendapat lain menyebutkan, persepsi adalah pengalaman tentang
objek, peristiwa, atau hubungan-hubungan yang diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. Pengertian ini memberi pemahaman bahwa dalam
persepsi terdapat pengalaman tertentu yang telah diperoleh individu Rakhmad, 1998.
Dalam persepsi terdapat suatu proses interested individu atau ketertarikan untuk mengetahui segala sesuatu yang terdapat di luar dirinya, tentang berbagai
kejadian yang menimbulkan gerakan otak manusia untuk mengesani melalui pemahaman dan penafsiran yang subjektif terhadap objek-objek bersangkutan.
Bantuan indra sangat signifikan ketika individu mempersepsi sesuatu Chaplin; dalam Mursisdin, 2010.
Irwanto 1996 menyatakan bahwa persepsi adalah proses diterimanya rangsang objek, kualitas, hubungan antar gejala, maupun peristiwa sampai
rangsang itu disadari dan dimengerti. Proses penerimaan rangsang itu disebut penginderaan, tetapi pengertian kita akan lingkungan dan dunia sekitar kita bukan
sekedar hasil penginderaan itu. Ada unsur interpretasi terhadap rangsang-rangsang yang diterima, yang kemudian menjadikan kita subyek dari pengalaman kita sendiri.
Rangsang-rangsang yang diterima inilah yang menyebankan kita mempunyai pengertian terhadap lingkungan. Mahasiswa menerima stimulus-stimulus berupa
proses belajar e-learning dan proses belajar di dalamnya yang kemudian diinterpretasikan dan dipahami mahasiswa-mahasiswa tersebut sebagai suatu
Universitas Sumatera Utara
pengalaman belajar yang kemudian memberikannya efek positif atau justru efek negatif.
Persepsi akan proses belajar e-learning itu patut diduga berkaitan erat dengan motivasi belajar yang dimilikinya. Menurut Lahey 2007, motivation is the internal
state or condition that activates and gives direction to our thoughs, feeling, and action. Bisa diartikan, motivasi adalah sebuah pernyataan internal yang
mengaktifkan dan memberikan arah kepada pemikiran kita, perasaan kita, dan perilaku kita. Lebih sederhana, motivasi didefinisikan sebagai suatu dorongan untuk
mewujudkan perilaku tertentu yang terarah pada suatu tujuan tertentu Surya, 2003. Kegiatan belajar pada mahasiwa terjadi karena adanya motivasi untuk
melakukan kegiatan belajar. Mahasiswa yang memiliki motivasi yang baik akan menunjukkan karakteristik sebagai berikut: tekun dalam belajar, ulet dalam
menghadapi kesulitan belajar, minat dan ketajaman perhatian dalam belajar, berprestasi dalam belajar dan mandiri dalam belajar Ridwan, 2008.
Di dalam belajar pun terdapat sebuah motivasi yang bekerja. Dengan begitu besarnya peran motivasi, perlu adanya sebuah pembangkit dan penggerak motivasi
ini dalam pembelajaran yang dilakukan mahasiswa, agar mahasiswa-mahasiwi dapat mencapai hasil belajar yang optimal maka mahasiswa harus memiliki motivasi
belajar yang tinggi. Namun dalam kenyatannya tidak semua mahasiswa dapat memiliki motivasi belajar yang tinggi. Hubungan antara persepsi dan motivasi
belajar inilah yang akan diteliti dalam penelitian “Hubungan Persepsi terhadap proses belajar E-learning dengan Motivasi Belajar dengan E-learning pada
Mahasiswa Fakultas Psikologi USU”.
Universitas Sumatera Utara
B. Rumusan Masalah