motivasi positif seseorang akan melakukan sesuatu hal yang terbaik bagi perusahaan atau organisasi selain itu dengan menerapkan motivasi positif dapat meningkatkan
rasa saling memiliki seseorang sense of belonging terhadap perusahaan atau organisasi.
Menurut Suryabrata 1994 menerangkan bahwa motivasi sebagai suatu keadaan yang terdapat dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan
aktivitas tertentu guna mencapai tujuan. Motivasi inilah penting sebagai salah satu prasyarat yang sangat penting dalam belajar. Kesediaan belajar itu dimulai dari
kesediaan mahasiswa dalam mengerjakan tugas sampai berusaha keras mencapai keberhasilan belajar itu dipengaruhi oleh motivasi. Sementara itu belajar
didefinisikan oleh Uno 2003 dalam Uno, 2008 suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku secara keseluruhan sebagai
hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi adalah syarat
mutlak untuk belajar sehingga dalam kegiatan belajar motivasi dikatakan sebagai keseluruhan daya penggerak dalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar,
sehingga tujuan belajar yang dikehendaki subjek dapat tercapai. Motivasi belajar adalah keseluruhan penggerak daya psikis di dalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, menjamin kelangsungan kegiatan belajar dan memberikan arah pada kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan tertentu.
B. Persepsi Terhadap
E-learning 1.
Persepsi a.
Definisi
Universitas Sumatera Utara
Dalam bahasa Inggris, persepsi adalah perception, yaitu cara pandang terhadap sesuatu atau mengutarakan pemahaman hasil olahan daya pikir, artinya
persepsi berkaitan dengan faktor-faktor eksternal yang direspons melalui pancaindra, daya ingat, dan daya jiwa Mursisdin, 2010. Definisi lainnya mengenai persepsi,
Lahey 2007 menyatakan bahwa perception adalah proses dari pengorganisasian dan interpretasi informasi yang diterima dari dunia luar. Bell 1996 menambahkan
bahwa persepsi adalah pemrosesan informasi dari sensori yang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Myers 1992 manambahkan bahwa persepsi bisa
mengarahkan kita berperilaku. Dalam persepsi terdapat suatu proses interested individu atau ketertarikan
untuk mengetahui segala sesuatu yang terdapat di luar dirinya, tentang berbagai kejadian yang menimbulkan gerakan otak manusia untuk mengenali melalui
pemahaman dan penafsiran yang subjektif terhadap objek-objek bersangkutan. Dengan demikian, bantuan indra sangat signifikan ketika individu mempersepsi
sesuatu Chaplin; dalam Mursisdin, 2010. Sementara itu, Atkinson 2000 menyebutkan persepsi sebagai proses
pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda,
manusia, atau situasi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah suatu proses pengorganisasian, penafsiran serta penilaian
yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan.
b. Proses Terjadinya Persepsi
Universitas Sumatera Utara
Proses terjadinya persepsi adalah karena adanya obyekstimulus yang merangsang untuk ditangkap oleh panca indera obyek tersebut menjadi perhatian
panca indera, kemudian stimulus tadi di bawa ke otak. Dari otak terjadi adanya ”kesan” atau jawaban response adanya stimulus berupa kesan dibalikkan ke indera
kembali berupa tanggapan atau hasil kerja indera berupa pengalaman hasil pengolahan otak Widayatun, 2005.
Menurut Myers 1992, proses terjadinya persepsi bisa dijelaskan sebagai berikut. Stimulus rangsangan masuk ke individu melalui pancaindera, kemudian
masuk ke tahap perception persepsi. Di tahap persepsi, stimulus itu masuk ke tiga bagian persepsi, yaitu :
1. Selection seleksi, bagian dimana individu memperhatikan, siaga, dan
menyadari adanya stimulus tersebut. Ketika individu memperhatikan suatu objek, maka individu itu tidak memperhatikan objek lainnya. Seleksi
dipengaruhi oleh faktor-faktor lingkungan seperti intensitas, ukuran, kontras, repetisi, gerakan, familiarity and novelty dan faktor-faktor internal seperti
faktor fisiologis dan faktor psikologis, 2.
Organization organisasi, bagian dimana individu memberikan prioritas perhatian pada stimulus yang menonjol di antara yang lainnya, dan
3. Interpretation interpretasi, bagian dimana individu memberikan makna dari
stimulus yang diterimanya. Faktor lainnya yang mempengaruhi bagaimana kita mempersepsikan sesuai
konteks adalah umur age atau kematangan maturity. Pengalaman disebut sebagai penentu, dimana kebiasaan mempersepsikan sesuatu di dalam lingkungan, seperti
kemampuan spasial dan kemampuan berbahasa bisa mempengaruhi kemampuan
Universitas Sumatera Utara
mempersepsikan suatu objek. Lalu kemudian, hasil persepsi itu bisa mengarahkan kita kepada sebuah perilaku.
c. Faktor yang Mempengaruhi Persepsi
Menurut Widayatun 2005 faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi adalah :
1. Faktor instrinsik dan ekstrinsik seseorang cara hidup, cara berpikir, kesiapan mental, kebutuhan dan wawasan.
2. Faktor ideologi, politik, ekonomi, sosial-budaya, pertahanan dan keamanan ipoleksosbudhankam
3. Faktor usia 4. Faktor kematangan
5. Faktor lingkungan 6. Faktor pembawaaan dan sebagainya
7. Faktor psikis dan kesehatan. 8. Faktor proses mental.
Sedangkan menurut
Wade Tavris
2007 bahwa
seseorang mempersepsikan sesuatu dengan cara yang berbeda dengan orang lain. Faktor –
faktor yang mempengaruhi seseorang dalam mempersepsikan sesuatu adalah: 1.
Kebutuhan Ketika seseorang membutuhkan sesuatu, atau memiliki ketertarikan akan suatu hal,
atau menginginkannya, maka orang tersebut akan dengan mudah mempersepsikan sesuatu berdasarkan kebutuhan ini.
2. Kepercayaan
Universitas Sumatera Utara
Apa yang dianggap seseorang sebagai yang benar dapat mempengaruhi interpretasi orang tersebut terhadap sinyal sensorik.
3. Emosi
Emosi dapat mempengaruhi interpretasi seseorang mengenai suatu informasi sensorik. Emosi yang negatif, seperti marah, takut, atau sedih dapat menghasilkan
penilaian yang negatif terhadap suatu stimulus. 4.
Ekspektansi Pengalaman masa lalu sering mempengaruhi cara seseorang mempersepsikan
sesuatu. Seseorang cenderung untuk mempersepsikan suatu hal sesuai dengan harapannya.
d. Persepsi terhadap
E-learning
Atkinson 2000 menyebutkan persepsi sebagai proses pengorganisasian dan penafsiran stimulus dalam lingkungan dan menyangkut penilaian yang dilakukan
individu baik positif maupun negatif terhadap suatu benda, manusia, atau situasi. Berdasarkan beberapa pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi adalah
suatu proses pengorganisasian, penafsiran serta penilaian yang dilakukan individu baik positif maupun negatif terhadap stimulus yang ada dalam lingkungan.
E-learning berarti pembelajaran dengan menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika. Apabila mengacu pada definisi ini, tidak semua e-
learning dilakukan secara online dan jarak jauh. Dalam pelaksanaannya, e-learning menggunakan jasa audio, video, perangkat komputer, atau kombinasi dari ketiganya
Munir, 2008. Berdasarkan pengertian persepsi dan proses belajar e-learning di atas, maka
dapat disimpulkan bahwa persepsi terhadap proses belajar e-learning adalah proses
Universitas Sumatera Utara
pengorganisasian, penafsiran, serta penilaian yang dilakukan oleh mahasiswa baik positif maupun negatif terhadap situasi yang muncul dari proses pembelajaran yang
menggunakan media atau jasa bantuan perangkat elektronika dalam proses belajar- mengajar. Dikatakan bahwa persepsi positif jika penilaian terhadap model belajar e-
learning itu menarik dan mendukung aktivitas belajar mengajar. Sementara persepsi dikatakan negatif jika penilaian terhadap model belajar e-learning itu tidak menarik
dan tidak mendukung aktivitas belajar mengajar.
C. Mahasiswa