Posisi dan Peran Peneliti

3.3. Posisi dan Peran Peneliti

Dalam studi yang dilakukan penulis berperan sebagai peneliti dan sekaligus sebagai instrumen penelitian, yaitu bertindak sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, melakukan analisis dan penafsiran terhadap data, dan pada saat yang sama juga menjadi pelapor hasil penelitian (Moleong, 1994: 121). Karena hal itu keterbatasan dalam pelaksanaan peran disadari tidak dapat dihindari, diantaranya karena peneliti berasal dari masyarakat dengan kultur berbeda dengan masyarakat yang di teliti, terutama terkait dengan pengusaan bahasa dan budaya masyarakat setempat. Antisipasi dilakukan dengan berbagai perimbangan, diantaranya bahwa peneliti pernah terlibat dalam kegiatan studi lain di Kota Solo sebelumnya dan dengan isu relatif berdekatan yaitu studi Penyusunan Indeks Pembangunan Sosial untuk kasus sektor informal di Kota Solo dan Depok (Wirutomo, dkk; 2010), yang membantu penulis membangun networking dengan sejumlah akedemisi dan peneliti di lingkup UNS Solo (Sosiologi) sebelum studi dilakukan selain sebagai sarana pengenalan awal penulis terhadap kondisi sosial budaya masyarakat Solo dan dinamika permasalahannya. Selain itu keterlibatan penelitia pada tahun sebelumnya (2009) dalam kegiatan persiapan project CSIAP I ( Civil Society Initiative Against Poverty ) yang dilaksanakan PATTIRO Jakarta dengan melibatkan PATTIRO Kota Solo melalui pendanaan The Asia Foundation (TAF), memberi kesempatan penulis berinteraksi lebih mendalam dengan sejumlah aktifis NGO (PATTIRO Solo). Interaksi dengan para penggiat masyarakat sipil Kota Solo makin meningkat dengan keterlibatan penulis dalam program SAPA ( Strategic Alliance for Poverty Alleviation) Indonesia, yang salah satu kegiatannya mengambil lokus di Kota Solo. Dengan demikian proses memahami masyarakat Solo dan dinamika hubungan antar aktor (Pemkot Solo dan NGO serta para aktifis Solo) sesungguhnya telah dimulai pada saat itu, jauh sebelum penelitian dilakukan. Selain itu keberadaan peneliti sebagai aktifis NGO (terutama dalam program CSIAP I dan SAPA Indonesia), memungkinkan penulis diterima dengan baik ( in group ) oleh sejumlah aktifis NGO Kota Solo dan karenanya memiliki kemudahan akses terhadap Dalam studi yang dilakukan penulis berperan sebagai peneliti dan sekaligus sebagai instrumen penelitian, yaitu bertindak sebagai perencana, pelaksana pengumpulan data, melakukan analisis dan penafsiran terhadap data, dan pada saat yang sama juga menjadi pelapor hasil penelitian (Moleong, 1994: 121). Karena hal itu keterbatasan dalam pelaksanaan peran disadari tidak dapat dihindari, diantaranya karena peneliti berasal dari masyarakat dengan kultur berbeda dengan masyarakat yang di teliti, terutama terkait dengan pengusaan bahasa dan budaya masyarakat setempat. Antisipasi dilakukan dengan berbagai perimbangan, diantaranya bahwa peneliti pernah terlibat dalam kegiatan studi lain di Kota Solo sebelumnya dan dengan isu relatif berdekatan yaitu studi Penyusunan Indeks Pembangunan Sosial untuk kasus sektor informal di Kota Solo dan Depok (Wirutomo, dkk; 2010), yang membantu penulis membangun networking dengan sejumlah akedemisi dan peneliti di lingkup UNS Solo (Sosiologi) sebelum studi dilakukan selain sebagai sarana pengenalan awal penulis terhadap kondisi sosial budaya masyarakat Solo dan dinamika permasalahannya. Selain itu keterlibatan penelitia pada tahun sebelumnya (2009) dalam kegiatan persiapan project CSIAP I ( Civil Society Initiative Against Poverty ) yang dilaksanakan PATTIRO Jakarta dengan melibatkan PATTIRO Kota Solo melalui pendanaan The Asia Foundation (TAF), memberi kesempatan penulis berinteraksi lebih mendalam dengan sejumlah aktifis NGO (PATTIRO Solo). Interaksi dengan para penggiat masyarakat sipil Kota Solo makin meningkat dengan keterlibatan penulis dalam program SAPA ( Strategic Alliance for Poverty Alleviation) Indonesia, yang salah satu kegiatannya mengambil lokus di Kota Solo. Dengan demikian proses memahami masyarakat Solo dan dinamika hubungan antar aktor (Pemkot Solo dan NGO serta para aktifis Solo) sesungguhnya telah dimulai pada saat itu, jauh sebelum penelitian dilakukan. Selain itu keberadaan peneliti sebagai aktifis NGO (terutama dalam program CSIAP I dan SAPA Indonesia), memungkinkan penulis diterima dengan baik ( in group ) oleh sejumlah aktifis NGO Kota Solo dan karenanya memiliki kemudahan akses terhadap