Pendekatan dan Tipe Penelitian

3.1. Pendekatan dan Tipe Penelitian

Studi menggunakan pendekatan kualitatif mengingat studi yang dilakukan merupakan proses untuk memahami masalah sosial atau manusia, yang merujuk pada empat tradisi sosiologi (Berger, 1963), lebih difokuskan pada upaya memahami tindakan manusia ( social action ). Terutama terkait dengan pola dan konsekuensi tindakan, baik intended maupun unintended concequences dari purposive human action , yaitu tindakan aktor kepala daerah dalam social practice “melawan” kekuatan struktural, guna memproduksi struktur dan mereproduksi struktur ( social reproduction ), berupa pola- pola tindakan “baru” sebagai alternatif tindakan mewujudkan agenda local reform . Praktek sosial tersebut dihadirkan melalui penggambaran kondisi realitas holistik, dengan pengumpulan kata-kata berdasarkan laporan terperinci informan yang disusun dalam latar ilmiah (Creswell, 1994). Gambaran dimaksud meliputi informasi detail dan akurat tentang fenomena yang diteliti, latar-belakang dan konteks situasi yang terjadi, dokumentasi proses atau mekanisme yang berlangsung, mengklarifikasi tahapan-tahap yang berlangsung. serta menemukan model relasi yang efektif (Newman, 1999:21-22).

Hal ini selaras dengan tujuan studi yang diharapkan dapat: (1) menghimpun informasi yang mendalam tentang social practice ; ditingkat mikro terkait dengan tindakan agen kepala daerah dalam mengupayakan reform serta faktor-faktor yang mempengaruhinya; ditingkat messo terkait dengan hubungan yang dibangun aktor kepala daerah dengan multi pihak sebagai upaya mempengaruhi struktur); sedangkan dilevel makro studi pada akhirnya diharapkan dapat memproduksi dan mereproduksi struktur ( social reproduction ) melalui model ontology yang disusun berdasasarkan praktek reform dilokasi yang diteliti, yaitu Kota Solo. (2) gambaran lengkap dan detail kompleksitas persoalan local reform berdasarkan perspektif pihak-pihak yang terlibat, guna memahami persoalan secara komprehensif; (3) informasi yang memadai dihimpun sebagai bahan penyusunan model ontology (berdasarkan praktek reform yang berlangsung), dengan tujuan memudahkan replikasi praktek sosial tersebut di daerah lain, yang sekaligus menjadi tujuan studi dilevel makro; (4) studi lebih menekankan perhatian pada proses dan bukan pada hasil akhir atau produk (bagaimana proses terjadinya social reproduction atau terjadinya produksi dan reproduksi struktur) ditingkat lokal, meski penggambaran hasil akhir tindakan reform (berupa hasil reform ) ditampilkan sebagai pelengkap (Creswell,1994).

Sebagai sebuah studi kualitatif studi ini bersifat deskriptif analitik dalam arti lebih kepada upaya menggambarkan realitas sosial yang kompleks (Vredenberg, 1979), yaitu memahami proses perubahan struktur sosial (produksi dan reproduksi struktur sosial) yang diinisiasi oleh tindakan

aktor kepala daerah, dan tindakannya membangun relasi dengan mukti aktor dalam upaya mempengaruhi kekuatan struktur, yang diperoleh baik melalui kata-kata maupun gambar. Singkatnya peneliti berupaya melakukan pencarian terhadap fakta dan social practice yang terjadi sehari-hari (berulang), dengan memberi interpretasi yang tepat terhadap data dengan tujuan agar dapat membuat deskripsi, gambaran, atau lukisan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan-hubungan antar berbagai fenomena yang diselidiki (Whitney dalam Moh. Nasir, 1999:63) serta berusaha memahami fenomena sosial yang ada (Masri Singarimbun dan Effendi, 1989), yaitu tindakan reform agen kepala daerah serta relasinya dengan multi aktor dalam proses reform di Solo.

Pengumpulan data dilakukan dengan metode studi kasus mengingat peneliti bermaksud memahami isu secara mendalam, yang diekplorasi melalui dua kasus yang dipilih (penataan PKL dan resettlment penduduk bantaran Sungai Bengawan Solo) dan yang dilakukan dalam batasan

tertentu ( multiple bounded system ), yaitu meliputi: kekhasan sistem sosial, budaya, dan politik Kota Solo serta waktu tertentu, yaitu masa kepemimpinan walikota Joko Widodo (2005-2012) (Cresswell, 2007: 73). Dipilihnya dua kasus tersebut agar dapat melengkapi gambaran mengenai tertentu ( multiple bounded system ), yaitu meliputi: kekhasan sistem sosial, budaya, dan politik Kota Solo serta waktu tertentu, yaitu masa kepemimpinan walikota Joko Widodo (2005-2012) (Cresswell, 2007: 73). Dipilihnya dua kasus tersebut agar dapat melengkapi gambaran mengenai

Sementara itu mengenai bounded Sytem, gambaran detailnya adalah sebagai berikut:

a. Entitas yang dimaksud dalam penelitian ini adalah Pemerintahan Kota Solo, dalam hal ini tindakan Walikota Solo periode 2005-2012 dan Wakil Walikota serta birokrasi yang menopangnya) serta multi aktor yang terlibat dalam upaya reform pada kedua kasus yang diteliti, yaitu penataan PKL dan pemindahan pemukiman ilegal dibantaran Sungai Bengawan Solo.

b. Setting waktu: 2005-2012, yaitu masa kepemimpinan Jokowi pada periode pertama dan kedua, hingga Jokowi diangkat menjadi Gubernur DKI pada Oktober 2012.

c. Setting tempat: Kota Surakarta (Solo), Jawa Tengah.

d. Kasus: penataan Pedagang Kaki Lima (PKL) dan pemindahan ( resettlement ) pemukiman ilegal di bantaran Sungai Bengawan Solo.