Dinamika Masyarakat Solo dan Keterlibatan Mereka dalam Pembangunan Kota: Dari Geliat Kampung Hingga Komunitas Intelektual
4.2.3. Dinamika Masyarakat Solo dan Keterlibatan Mereka dalam Pembangunan Kota: Dari Geliat Kampung Hingga Komunitas Intelektual
Meski NGO banyak memberikan kontribusi bagi kemajuan Solo, mereka sesungguhnya tidak sendirian. Berbagai unsur masyarakat sipil lainnya sudah sejak lama ikut berperan serta dengan berbagai cara keterlibatan. Sebut saja misalnya Dewan Pendidikan Kota Solo, PAPATSUTA (Pasamuan Pasar Tradisional Surakarta), Pawon Sastra, Padepokan Lemah Putih (aktif mengembangkan seni olah gerak dengan tokoh utamanya Suprapto atau yang lebih dikenal dengan nama Mbah Prapto), Padepokan Gedhong Putih (aktif mengembangkan musik bambu yang banyak dilakukan komunitas seni sejumlah kampung di Kota Solo), Pengajian Malem Senen, Bilik Literasi, dan lain-lain.
Bagaimana bentuk keterlibatan mereka? Dewan Pendidikan Kota Solo yang sudah berkiprah sejak tahun 2003, sejak dulu aktif terlibat dalam mengawal pendistribusian dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) pendidikan, yaitu dana bantuan untuk pendidikan dari pemerintah pusat. Selain aktif memberikan bimbingan dan pengarahan serta monitoring pendistribusian dan pengeloaan dana JPS pendidikan ke sekolah-sekolah yang ada di Kota Solo, Dewan Pendidikan Kota Solo juga aktif memediasi konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pemerintah dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan. Terdiri dari sejumlah unsur mulai dari unsur NGO (Forum Lintas Pelaku atau FLP dan Lembaga Pemberdayaan Pemuda Indonesia atau LPPI), unsur Bagaimana bentuk keterlibatan mereka? Dewan Pendidikan Kota Solo yang sudah berkiprah sejak tahun 2003, sejak dulu aktif terlibat dalam mengawal pendistribusian dana Jaring Pengaman Sosial (JPS) pendidikan, yaitu dana bantuan untuk pendidikan dari pemerintah pusat. Selain aktif memberikan bimbingan dan pengarahan serta monitoring pendistribusian dan pengeloaan dana JPS pendidikan ke sekolah-sekolah yang ada di Kota Solo, Dewan Pendidikan Kota Solo juga aktif memediasi konflik yang terjadi antara masyarakat dengan pemerintah dalam penyelenggaraan kegiatan pendidikan. Terdiri dari sejumlah unsur mulai dari unsur NGO (Forum Lintas Pelaku atau FLP dan Lembaga Pemberdayaan Pemuda Indonesia atau LPPI), unsur
Sedangkan PAPATSUTA atau Pasamuan (forum) Pasar Tradisional Surakarta yang beranggotakan 43 pasar tradisional, sudah sejak lama (2003) aktif mewadahi kepentingan dan aspirasi para pedagang pasar tradisional di Kota Solo. Selain membantu menyuarakan dan memperjuangkan kepentingan para pedagang pasar kepada Pemkot Solo, mereka juga aktif menyampaikan aspirasi para pedagang pasar kepada DPRD Kota Solo dalam berbagai kegiatan seperti public hearing maupun audiensi. Salah satu bentuk keterlibatan mereka dalam kegiatan pembangunan di Kota Solo adalah dengan aktif menyampaikan aspirasi pedagang dalam berbagai kegiatan revitalisasi pasar tradisional yang dilakukan Pemkot Solo, yang menurut mereka masih menyimpan banyak masalah. Mereka kini aktif mendesakkan agenda agar Pemkot Solo dibawah kepemimpinan Jokowi bukan hanya menyetop pembangunan mall, akan tetapi juga menyetop pembangunan pasar tradisional. Tuntutan tersebut mereka suarakan karena pasar tradisional yang ada di Kota Solo menurut mereka sudah terlalu banyak (lebih dari kebutuhan masyarakat). Hal ini berimbas negatif kepada para pedagang pasar, karena terjadi persaiangan yang terlalu ketat antar pasar (semakin sulit menjajakan dagangan). Hal itu diantaranya dapat dilihat dari banyaknya pasar tradisional yang baru dibangun (direnovasi), sepi pembeli. Selain itu mereka juga aktif menolak sejumlah pungutan yang dibebankan kepada para pedagang pasar tradisional, yang menurut mereka sudah tidak proporsional karena terlalu banyak. Saat ini pedagang pasar tradisional harus berhadapan dengan setidak-tidaknya 10-15 pungutan mulai dari retribusi parkir, listrik, air, PBB, keamanan, kegiatan, sumbangan sukarela, pembayaran biaya kartu SHP (Surat Hak Penempatan) los pedagang di pasar, retribusi harian, dan lain-lain.
Sastra Pawon yang dinakhodai tujuh orang muda penggiat seni sastra, sesuai namanya, berkontribusi mengembangkan seni sastra di Kota Solo dengan melakukan berbagai kegiatan diskusi, pertunjukan, workshop, dan aneka lomba seni dan sastra bagi kaum muda di Kota Solo. Kelompok yang sudah bergiat di Kota Solo lebih dari tujuh tahun tersebut dan mendanai sendiri seluruh kegiatan yang mereka lakukan, juga aktif menerbitkan buletin sastra sejak tahun 2007 dan kini sudah menerbitkan buletin tersebut untuk edisi ke-32 di tahun kelima penerbitannya. Sebagaimana kegiatan mereka yang dapat diikuti dengan cuma-cuma, buletin Sastra Pawon pun dapat diperoleh secara bebas karena menurut mereka sastra harus berkembang dan menjangkau seluruh lapisan masyarakat. Mengikuti penggunaan teknologi informasi yang makin berkembang, buletin Sastra Pawon kini bahkan hadir dalam bentuk e-book. Sebagaimana tag line yang mereka munculkan diblognya, Sastra Pawon yang dimaksudkan sebagai sebuah langkah mini menuju perubahan besar, lahir sebagai kehendak besar untuk berkontribusi bagi kemajuan kesusasteraan di Indonesia, terutama di Kota Solo. Karena hal itu mereka pun aktif mensosialisasikan (memperkenalkan) sastra tradisional Jawa, termasuk memperkenalkan kepada khalayak luas di Kota Solo jati diri Ranggawarsita, yang dikenal luas sebagai tokoh seni sastra tradisional Jawa yang masyhur pada jaman raja Mataram. Berikut contoh buletin yang pernah diterbitkan Sastra Pawon.
Komunitas intelektual muda kampus (UNS, UMS, UIN, dan lain-lain) yang tergabung dalam Pengajian Malam Senen, merupakan salah satu kelompok yang eksis di Kota Solo, yang menarik Komunitas intelektual muda kampus (UNS, UMS, UIN, dan lain-lain) yang tergabung dalam Pengajian Malam Senen, merupakan salah satu kelompok yang eksis di Kota Solo, yang menarik
Meski gerak literer yang dilakukan kaum muda di Kota Solo lebih merupakan suara lirih yang tak terdengar dan terbaca (belum terwadahi) oleh pemerintah kota, akan tetapi kehadiran mereka mulai menampakkan hasil dengan adanya pengakuan terhadap gerak literer kaum muda Kota Solo dari forum-forum serupa ditingkat internasional (Yudhi Herwibowo, koordinator Pawon Sastra, pada Mei 2012 diundang Wordstrom & National Poetry Festival di Australia, sementara pada Oktober 2012 lalu Indah Darmastuti (novelis) dan Bandung Mawardi (esais) yang bergiat di kota Solo juga akan mendapatkan undangan dari Ubud Writers and Readers Festival 2012 di Bali. Selain itu berbagai tulisan dari berbagai perspektif (sosial, antropologi, sejarah, ekonomi, pendidikan, budaya, politik dan lain-lain) lahir dari kelompok tersebut, baik berupa buku maupun artikel di media massa lokal maupun nasional.
Terkait dengan sejumlah kegiatan yang dilakukan masyarakat Solo, menarik untuk menyorot keberadaan Balai Soedjatmoko yang berada ditengah Kota Solo (Jl. Slamet Riyadi, satu bangunan dengan Toko Buku Gramedia), mengingat bangunan yang didedikasikan untuk mengenang alm. Soedjatmoko tersebut (intelektual dan budayawan Indonesia yang cukup aktif berkiprah dibidangnya) kerap digunakan sebagai tempat pelaksanaan berbagai kegiatan seni, budaya, dan diskursus oleh kelompok-kelompok tersebut (para intelektual Kota Solo), selain juga kerap digunakan para seniman kampung yang aktif mengembangkan dan memelihara budaya seni keroncong, karawitan, dan seni tradisional Kota Solo lainnya. Berbagai kegiatan tersebut terfasilitasi pelaksanannya dengan keberadaan Balai Soejatmoko, mengingat ruang pertemuan tersebut dapat dimanfaatkan masyarakat dengan prosedur yang sangat mudah dan tanpa membayar. Sebagaimana diketahui Balai Soejatmoko yang dulunya merupakan rumah-tinggal keluarga Soejatmoko (alm. dr. Saleh Mangkudiningrat, aktifis pergerakan Islam dan Rektor Universitas Cokroaminoto, yaitu universitas Islam pertama di Kota Solo), sudah eksis di Kota Solo sejak tahun 2003, yaitu sejak bangunan yang dibeli Gramedia pada tahun 1994 itu direnovasi dan dibuka untuk umum. Pada tahun 2009 pengelolaan Balai Soejatmoko dialihkan ke lembaga kebudayaan Bentara Budaya (BB), yang selain memiliki kegiatan internal sendiri juga dibuka pemanfaatannya untuk publik pada waktu dimana tempat tidak digunakan. Berbagai kelompok masyarakat yang pernah memanfaatkannya diantaranya adalah Pawon Sastra, Pengajian Malem Senin, Jejer Wadon (kelompok disukusi perempuan), dan lain-lain.
Kegiatan internal Balai Soedjatmoko sendiri tak kalah banyaknya. Diantaranya adalah kegiatan rutin seperti Klenengan Selasa Legen yang dilaksakan tiap 35 hari sekali (diikuti kelompok-kelompok seni yang ada di kampung-kampung baik kelompok tari, musik karawitan, Kegiatan internal Balai Soedjatmoko sendiri tak kalah banyaknya. Diantaranya adalah kegiatan rutin seperti Klenengan Selasa Legen yang dilaksakan tiap 35 hari sekali (diikuti kelompok-kelompok seni yang ada di kampung-kampung baik kelompok tari, musik karawitan,
Selain kegiatan seni dan budaya, karena sosok Soejatmoko yang menginspirasi penggunaan gedung tersebut adalah seorang cendekiawan, Balai Soejatmoko juga aktif menyelenggarakan berbagai kegiatan yang bersifat diskursus dan pertukaran pemikiran. Kegitan seni dan budaya yang berlangsung pun sesungguhnya berorientasi pada wacana-wacana intelektual. Fenomena budaya juga diarahkan untuk merefleksikan sisi intelektual. Terkait hal itu Balai Soedjatmoko pernah menggelar diskusi tentang isu perkotaan bekerjasama dengan Dinas Tata Kota Pemkot Solo. Jokowi pun pernah memanfaatkan Balai Soedjatmoko untuk mensosialisasikan hasil sayembara penataan kawasan di Kota Solo (wawancara dengan kurator Balai Soedjatmoko, Ardus M. Sawega pada 1 Desember 2012).
Kesemua aktifitas tersebut menunjukkan bahwa masyarakat Kota Solo sangat dinamis dan terbuka pada perubahan, baik ditingkat grassroot (komunitas yang ada di kampung-kampung) maupun kalangan muda yang memang dekat dengan gagasan perubahan. Kesemua hal ini meski tidak secra langsung turut mendinamisasi kondisi masyarakat Solo. Dan ini setidaknya mempermudah Jokowi menggulirkan berbagai ide-ide perubahan (meminimalisir terjadinya resistensi masyarakat terhadap gagasan perubahan), mengingat beberapa inovasi Jokowi diantaranya terkait dengan hal tersebut. Misalnya saja gagasan penataan kota sebagai Eco Cultural City dengan konsep Kota dalam Kebun dan Kota dalam Hutan, serta gagasan menjadikan kawasan Pasar Gedhe sebagai Shopping Arcade.