Wakil Walikota Solo FX. Hadi Rudyatmo: Orang Kedua, Bukan Nomor Dua
4.1.2.Wakil Walikota Solo FX. Hadi Rudyatmo: Orang Kedua, Bukan Nomor Dua
Sosok penting state actor lainnya adalah Fransiskus Xaverius (FX) Hadi Rudyatmo (Rudy), Wakil Walikota Surakarta untuk masa jabatan 2005-2010 dan 2010-2015. Dengan telah dikukuhkannya Jokowi sebagai Gubernur DKI Jakarta pada 15 Oktober 2012, Rudy menggantikan posisi Jokowi sebagai Walikota Soo hingga 2015 mendatang. Lahir di Solo pada 13 Februari 1960 dan beragama Katolik, Rudy menamatkan pendidikan (SLTA) pada tahun 1979. Sempat bekerja sebagai buruh di PT Konimex, yaitu dibagian keamanan, Rudy sudah mulai aktif memperjuangkan kepentingan buruh sejak bekerja di Konimex. Interaksinya dengan PDIP tak dapat dihindarkan mengingat keberadaan orang-tuanya yang merupakan anggota PNI, selain karena Kota Solo merupakan daerah basis ideologi PDIP. Interaksi masyarakat dengan ideologi PDIP (ideologi nasionalis, marhaen ) karenanya menjadi sesuatu yang sangat mudah terjadi, sampai-sampai digambarkan bahwa bayi baru lahir pun sudah memiliki tanduk. (wawancara dengan Ketua DPD PKS Kota Solo pada 1 Desember 2012).
Keterlibatan Rudy di PDIP semakin jelas ketika ia aktif menjadi pengurus LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, yang merupakan bentukan baru dari LKMD paska era Keterlibatan Rudy di PDIP semakin jelas ketika ia aktif menjadi pengurus LPMK (Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan, yang merupakan bentukan baru dari LKMD paska era
Ketika menjabat sebagai Ketua LPMK, Rudy sudah dikenal luas sebagai loyalis Slamet Suryanto, yang saat itu menjabat sebagai Ketua DPC Kota Solo, selain sebagai Walikota Solo sebelum era Jokowi. Rudy dikenal mampu berkomunikasi dengan banyak pihak di PDIP, bahkan menjembatani faksi-faksi yang ada dikepengurusan PDIP. Pada masa Slamet Suryanto menjabat, faksi-faksi dikepengurusan PDIP cukup mengemuka, yang diantaranya nampak pada saat pemilihan Ketua DPRD yang kosong karena Ketua DPRD Kota Solo sebelumnya (dari PIDP) meninggal dunia. Fraksi PDIP mencalonkan dua nama. Ketika dilakukan pemilihan, jumlah mereka yang memilih dengan yang tidak memilih, ternyata sama banyak. Hal ini menunjukkan bahwa suara PDIP tidak solid, meski akhirnya pimpinan DPRD tetap dimenangkan oleh anggota DPRD PDIP, karena jumlah anggota DPRD PDIP mayoritas. Pada saat PDIP dipimpin Rudy, hal- hal seperti ini tidak terjadi dan PDIP terlihat solid dalam berbagai kebijakan yang diambil. (wawancara dengan Ketua DPD PKS Kota Solo).
Selain mampu menyatukan berbagai faksi yang ada di PDIP Kota Solo, Rudy juga dikenal mampu berkomunikasi dengan berbagai kelompok masyarakat pendukung PDIP dan memperluas dukungan masyarakat kepada PDIP. Salah satu cara yang dilakukan Rudy adalah dengan memenuhi kebutuhan kader PDIP akan pekerjaan; diantaranya dengan menjadikan mereka sebagai petugas parkir di Kota Solo. Selain petugas parkir, “pekerjaan” lain yang juga kerap diisi kader PDIP adalah petugas WC umum di pasar-pasar, di terminal, selain petugas keamanan di Kota Solo.
Rudy juga mempunyai relasi yang cukup baik dengan berbagai ormas yang dimasyarakat lebih dinilai sebagai kelompok preman. Kelompok tersebut mewadahi anak-anak muda yang afiliasi politiknya secara umum kepada PDIP. Ormas dimaksud dan yang cukup besar serta eksis adalah: Jong Indonesia, Gondes (Gondrong Desa), dan DMC (Dewa Muda Complex). Relasi Rudy dengan kelompok “preman” tersebut membuat Rudy dapat dengan mudah mengendalikan keamanan Kota Solo, sementara loyalitas kelompok preman tersebut juga cukup tinggi diantaranya karena Rudy memberi ruang-rua ng bagi mereka untuk “berusaha”.
Ketika menjadi ketua DPC PDI ‐P Surakarta dan aktif mengembangkan dukungan kepada PDIP, Rudy juga menjabat sebagai Ketua Umum Persis Solo, pengurus Cabang PSSI di Surakarta, selain pernah menjadi anggota DPRD Surakarta dari Fraksi PDIP pada tahun 2004. Ia akhirnya mundur dari jabatan tersebut saat mencalonkan diri menjadi wakil walikota Solo pada tahun 2005.
Dalam studi yang dilakukan, analisis mengenai peran Rudy sebagai Wakil Walikota dilakukan mengingat dua pertimbangan. Pertama, karena secara politik posisi dan peran Rudy cukup kuat di Solo terutama terhadap basis massa PDIP mengingat posisinya sebagai Ketua PC (Pimpinan Cabang) PDIP selama dua periode selain pernah menjadi anggota DPRD Kota Solo. Kedua, Rudy memiliki peran cukup kuat dilingkup birokrasi Pemkot Solo baik karena pembagian tugas antara Jokowi-Rudy yang menempatkan Rudy sebag ai “pengontrol” kerja birokrasi, maupun karena peran Rudy yang cukup kuat dalam pengisian SDM birokrasi pada jabatan strategis di
Pemkot Solo (terutama lurah dan camat). 17