BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penyakit Jantung Koroner
PJK aterosklerosis koroner, penyakit nadi koroner, penyakit jantung iskemia adalah penyakit jantung yang disebabkan penyempitan arteri koroner, mulai dari
terjadinya arterisklerosis kekakuan arteri maupun yang sudah terjadi penimbunan lemak atau plak plague pada dinding arteri koroner, baik disertai gejala klinis
ataupun tanpa gejala Kabo, 2008. Timbulnya PJK walaupun tampak mendadak, sebenarnya melalui proses lama
kronik. Terjadinya PJK berkaitan dengan suatu gangguan yang mengenai pembuluh darah yang disebut arterisklerosis. Hal ini berarti terjadi kekakuan dan penyempitan
lubang pembuluh darah yang akan menyebabkan gangguan atau kekurangan suplai darah untuk otot jantung. Keadaan ini akan menimbulkan apa yang disebut iskemia
miokard Bustan, 2000. Terjadinya penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh penumpukan yang
makin lama makin banyak dari zat-zat lemak lipid, kolesterol langsung di bawah lapisan terdalam endothelium dari dinding pembuluh nadi yang disebut dengan
ateroma. Sumbatan ateroma plak tidak begitu masalah jika masih diliputi oleh bagian dalam pembuluh darah, tetapi jika oleh salah satu sebab terjadi retakan di
endothelium, maka darah di dalam pembuluh nadi mengadakan kontak dengan ateroma dan akan terbentuk suatu gumpalan darah trombosis. Mula-mula gumpalan
ini hanya mengandung sel-sel darah yang lengket trombosit, tetapi kemudian
Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008
protein dalam darah akan membentuk suatu zat yang disebut fibrin, yang mengikat trombosit pada dinding pembuluh nadi. Kemampuan pembentukan gumpalan darah
ini merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh dan mencegah perdarahan berlebih jika kita mendapat suatu luka. Tetapi pada penyakit pembuluh nadi koroner, bekuan
darah tersebut tumbuh secara cepat ke dalam lumen pembuluh nadi dan menyumbatnya. Ateroma pembuluh nadi koroner dapat terjadi dalam bentuk bercak-
bercak yang kecil, tetapi umumnya meluas disertai dengan bertambahnya usia dan pada beberapa orang seluruh pembuluh nadi dapat menyempit disebabkan ateroma
tubular Petch, 1995. Gambaran klinik adanya PJK dapat berupa angina pectoris, miokard infark,
payah jantung, ataupun mati mendadak. Pada umumnya gangguan suplai darah arteri koronaria dianggap berbahaya bila terjadi penyempitan sebesar 70 atau lebih pada
pangkal atau cabang utama arteri koronaria. Penyempitan yang kurang dari 50 kemungkinan belum menampakkan gangguan yang berarti. Keadaan ini tergantung
kepada beratnya arteriosklerosis, luasnya gangguan jantung, dan apakah serangan itu lama atau masih baru Bustan, 2000.
PJK bukan penyakit menular, tetapi dapat “ditularkan”, melalui suatu bentuk “penularan sosial” yang berkaitan dengan gaya hidup life style masyarakat. Karena
itu penyakit ini juga berkaitan dengan sosial ekonomi masyarakat. PJK bukan disebabkan oleh kuman, virus ataupun mikro-organisme lainnya, tetapi dapat
menyerang banyak orang dengan karakteristik tertentu. Arus modernisasi dan
Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008
perubahan gaya hidup dapat dianggap sebagai “kuman” pembawa penyakit ini Bustan, 2000.
Sebagian besar tindakan pencegahan PJK dapat dikatakan mempunyai pengaruh terhadap faktor-faktor risiko seperti jangan merokok, makan makanan yang
sehat, melakukan aktifitas fisikolahraga secara teratur dan periksa tekanan darah. Cara hidup sehat harus dimulai sejak masa anak-anak agar dapat menjadi efektif
Petch, 1995. Upaya pencegahan terhadap PJK meliputi 4 tingkat upaya, yaitu:
1. Pencegahan Primordial
Pencegahan ini ditujukan mencegah munculnya faktor predisposisi terhadap PJK dalam suatu wilayah dimana belum tampak adanya faktor yang menjadi risiko
PJK. Tujuan dari primordial adalah untuk menghindari terbentuknya pola hidup sosial ekonomi kultural yang mendorong peningkatan risiko penyakit. Upaya ini
terutama ditujukan kepada masalah penyakit tidak menular. Upaya primordial penyakit jantung koroner dapat berupa kebijakan nasional nutrisi dalam sektor
industri makanan, impor, ekspor makanan, pencegahan hipertensi, promosi aktifitas fisikolahraga, dan lain sebagainya.
2. Pencegahan Primer
Pencegahan ini ditujukan kepada seseorang sebelum menderita PJK. Dilakukan dengan pendekatan komunitas berupa penyuluhan faktor-faktor risiko PJK
terutama pada kelompok risiko tinggi. Pencegahan primer ditujukan kepada
Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008
pencegahan terhadap berkembangnya proses arteriosklerosis secara dini. Dengan demikian sasarannya adalah kelompok usia muda.
3. Pencegahan Sekunder
Upaya pencegahan PJK yang sudah pernah terjadi untuk berulang atau menjadi lebih berat. Disini diperlukan perubahan pola hidup terhadap faktor-faktor
yang dapat dikendalikan dan kepatuhan berobat bagi orang yang sudah menderita PJK. Pencegahan tingkat kedua ini ditujukan untuk menurunkan mortalitas.
4. Pencegahan tertier
Pencegahan tertier merupakan upaya mencegah terjadinya komplikasi yang lebih berat atau kematian. Pencegahan dalam tingkat ini dapat berupa rehabilitasi
jantung. Program rehabilitasi jantung memang terutama ditujukan kepada penderita PJK, atau pernah serangan jantung atau pasca operasi jantung, tetapi juga dapat untuk
meningkatkan fungsi jantung dan pencegahan sekunder juga untuk pencegahan primer. Seringkali setelah terkena serangan jantung seseorang merasa sudah lumpuh
dan tidak boleh melakukan pekerjaan, tetapi dengan mengikuti program rehabilitasi ini diharapkan dapat kembali bekerja seperti biasa dan melakukan aktifitas sehari-hari
dan pencegahan ini membutuhkan pemantauan yang cukup ketat Kaplan, 1991. 2.2. Faktor Risiko PJK dan Karakteristik Penderita PJK
Faktor risiko adalah semua faktor penyebab ditambah dengan faktor epidemiologis yang berhubungan dengan penyakit. Faktor risiko merupakan faktor-
faktor yang ada sebelum terjadinya penyakit Bustan, 1997.
Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008
Kejadian PJK bisa diprediksi, karena faktor risikonya dapat diukur. Jika seseorang mempunyai beberapa faktor risiko, kemungkinan mengalami kejadian PJK
lebih tinggi daripada orang dengan satu faktor risiko Waspadji, 2002. Jika seseorang memiliki 3 faktor risiko, kemungkinan menderita PJK 6 kali lebih besar dari 70 orang
yang hanya memiliki satu macam faktor risiko Anwar, 1997. PJK merupakan penyakit multi faktor, karena banyak faktor risiko yang dapat
menjadi sebab timbulnya PJK, antara lain:
1. Obesitas
Obesitas adalah keadaan yang menunjukkan adanya kelebihan lemak tubuh. Obesitas disebabkan oleh banyak faktor seperti faktor genetik, gangguan metabolik,
konsumsi makanan yang berlebihan yang tidak diimbangi dengan olahraga yang teratur. Obesitas dapat meningkatkan risiko timbulnya berbagai gangguan kesehatan
seperti hipertensi, hiperlipidemia, DM, dan lain sebagainya Waspadji dan Sukardji, 2003.
Obesitas juga merupakan faktor predisposisi terjadinya hipertensi, dislipidemia, DM, dan penyakit lainnya. Obesitas merupakan masalah kesehatan yang
memerlukan perhatian khusus karena berkaitan dengan faktor risiko penyakit lainnya Hendromartono, 2002.
Sejumlah faktor mempengaruhi jumlah lemak tubuh, yang mencakup umur, jenis kelamin, dan aktifitas fisikolahraga. Saat lahir, tubuh manusia mengandung
sekitar 12 lemak. Diperkirakan 1-3 orang dewasa dan lebih dari 1 anak-anak dan remaja di Amerika menderita obesitas. Obesitas atau kelebihan berat badan dapat
Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008