darah tinggi daripada wanita; setelah usia 45 tahun, ada kenaikan yang cukup besar dalam jumlah wanita yang menderita tekanan darah tinggi; sesudah usia 55 tahun,
wanita lebih berisiko dibandingkan dengan pria Patel, 1998. Pengaruh hipertensi sebagai faktor risiko dalam berkembangnya PJK dapat
diperparah dengan merokok dan kenaikan kadar kolesterol darah. Jika dibanding pada bukan perokok risiko yang harus ditanggung para perokok dua kali lebih besar, risiko
itu menjadi empat kali lebih besar pada perokok yang juga bertekanan darah tinggi, dan risiko itu naik lagi bersamaan dengan naiknya kadar kolesterol darah. Apabila
kita aktif, senang atau sedang stres, tekanan darah kita naik dengan sendirinya. Kenaikan ini perlu karena olah tubuh dan emosi menuntut energi dan oksigen lebih
banyak, yang disediakan melalui pasokan darah tambahan. Begitu aktifitas mengendur dan santai, tekanan darah normal kembali. Kenaikan tekanan darah
merupakan tekanan darah normal, tetapi jika tekanan darah naik dan tetap tinggi, bahkan meskipun pada saat santai, berarti menderita hipertensi Patel, 1998.
Tekanan darah menyebabkan PJK, karena kenaikan tekanan darah menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap dinding arteri, dan mengakibatkan
kerusakan endotel, yang memicu aterosklerosis. Juga kemungkinan perubahan aterosklerotik pada dinding pembuluh darah menyebabkan kenaikan pembuluh darah.
Sehingga terdapat sinergi antara tekanan darah dengan aterosklerosis Lipoeto, 2006.
3. Aktifitas Fisik Olahraga
Aktifitas fisikolahraga exercise dapat meningkatkan kadar High Density Lipid HDL kolesterol, memperbaiki kolateral koroner sehingga faktor risiko PJK
Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008
dapat dikurangi, memperbaiki fungsi paru dan pemberian O2 ke miocard, menurunkan kolesterol, trigliserid, dan Kadar Gula Darah KGD pada penderita DM,
menurunkan tekanan darah. Taylor, dkk melaporkan insiden PJK pada juru tulis yang
banyak duduk sebesar 0,2 kali lebih besar dibandingkan dengan tukang lansir yang aktif. Hasil penelitian di Harvard selama 10 tahun 1962-1972 terhadap 16.936
alumni Universitas Harvard, USA menyimpulkan bahwa orang dengan aktifitas fisikolahraga yang adekuat kemungkinan mengalami serangan PJK lebih kecil
dibandingkan dengan yang kurang melakukan aktifitas Anwar, 1997. Sudah menjadi pengetahuan umum bahwa olahraga menyehatkan badan,
sebaliknya kurang aktifitas fisik physical inactivity menimbulkan berbagai macam penyakit, termasuk PJK. Dalam hubungannya dengan PJK, orang yang tidak aktif
memiliki risiko 1,9 kali lebih besar untuk menderita PJK dibandingkan 70 orang yang aktif berolahraga Kabo, 2008.
Dalam upaya untuk mencegah proses atherosclerosis dan PJK akibat tingginya hiperlipidemia, perlu dilakukan pengontrolan dan mengusahakan agar kadar
tersebut dalam batas aman. Salah satunya adalah dengan latihan fisikolahraga yang teratur dan terencana dengan baik. Latihan fisik yang baik dan teratur juga dapat
memperbaiki prgonosis penderita infark miokardial Wibowo, 1998. Beberapa penelitian menunjukkan bahwa orang yang melakukan aktifitas
fisikolahraga secara teratur, lebih jarang mendapat PJK. Kebiasaan aktifitas yang dimulai sejak usia muda mempunyai dampak yang menguntungkan, sedangkan
aktifitas fisikolahraga yang dilakukan secara tiba-tiba dan tidak teratur pada usia
Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008
pertengahan pada orang obesitas dan merokok dapat menimbulkan kejadian fatal Petch, 1995.
Hasil penelitian Harvard Alumny Study dengan jelas menunjukkan bahwa aktifitas fisikolahraga bahkan pada waktu singkat dapat mengurangi risiko PJK.
Aktifitas fisikolahraga meningkatkan konsentrasi HDL-kolesterol dan mengurangi risiko PJK. Risiko mengalami PJK dua kali lipat pada wanita yang kurang aktifitas
fisiknya. Diantara para penderita DM, peningkatan aktifitas fisik, termasuk berjalan kaki teratur dapat mengurangi kejadian PKV Lipoeto, 2006.
Dengan industrialisasi, otomatisasi, dan mekanisasi transportasi, kegiatan fisik dalam beberapa puluh tahun terakhir ini telah berkurang banyak sekali. Tidak banyak
lagi orang yang bekerja berat secara manual. Di negara berteknologi maju kebanyakan pekerjaan sudah menjadi ringan. Sehingga masih banyak waktu tersisa
untuk bersantai Patel, 1998. Olahraga menyebabkan sel-sel otot dan organ hati menjadi lebih sensitif
terhadap insulin. Sebagai hasilnya organ itu dapat menggunakan atau menyimpan glukosa dengan lebih efektif, sehingga dapat membantu menurunkan kadar glukosa.
Keadaan ini dapat berlangsung untuk beberapa jam setelah melakukan olahraga. Namun demikian, perlu diingat bahwa meningkatnya kepekaan insulin akan hilang
setelah beberapa hari tidak melakukan olahraga. Manfaat olahraga di atas akan hilang bila berhenti selama 3-4 hari. Keadaan ini menekankan pentingnya olahraga secara
teratur dan berkesinambungan. Agar benar-benar berfaedah, olahraga harus dilakukan 3-4 hari dalam seminggu dan berkesinambungan dalam jangka panjang. Contoh
Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008
olahraga yang menguras tenaga adalah berenang, senam kebugaran, jogging, berlari, berjalan cepat, bersepeda, naik turun tangga berulang-ulang, dan menjalani kerja
keras di kebun, di rumah, atau di garasi Soeharto, 2004.
4. Merokok