Hipertensi Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di Rsu Dr. Pirngadi Medan Tahun 2008

enemuan ini tidaklah mengherankan karena tekanan darah, lemak darah, dan nilai glukosa akan naik ketika seseorang bertambah berat badannya Wirakusumah, 2001. Kaitan antara obesitas dengan kejadian PJK adalah melalui resistensi insulin terlebih dahulu, kemudian resistensi insulin ini mengakibatkan hipersekresi dari sel Beta pancreas maka timbullah hiperinsulinemi. Akibat dari hiperinsulinemi ini dapat berpengaruh pada gen L yang menyebabkan gangguan metabolisme lema dislipidemia yaitu terjadi peningkatan trigliserida, peningkatan LDL-kolesterol dan penurunan HDL-kolesterol. Trigliserida yang menigkat menyebabkan gangguan transport oksigen, juga dapat menambah terjadinya agregasi trombosit dan profilerasi otot polos. Kenaikan LDL-kolesterol akan merusak endotel, memacu proses agregasi trombosit, terbentuknya mikrotrombus dan merupakan kontributor utama timbunan kolesterol di dinding pembuluh darah dan memicu proliferasi sel otot polos Hendramartono, 2002.

2. Hipertensi

Pada tahun 1960, hasil studi Framingham menunjukkan bahwa hipertensi merupakan salah satu faktor risiko terjadinya PJK, mulai saat itu hipertensi diperhatikan oleh dunia kedokteran. Dilakukan banyak penelitian yang berhubungan dengan hipertensi, dan hampir semuanya menemukan bahwa semakin tinggi tekanan darah seseorang, maka semakin tinggi risiko terkena PJK. Dengan demikian, kriteria tekanan darah normal yang dianut saat ini adalah tekanan sistolik 120 mmHg dan diastolik 80 mmHg. Sedangkan tekanan darah 140 mmHg, atau tekanan darah diastolik 90 mmHg dianggap hipertensi Kabo, 2008. Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008 Tekanan darah berpengaruh terhadap hampir semua bagian tubuh, yang terpenting adalah jantung, pembuluh darah, otak, ginjal, dan mata. Komplikasi yang mungkin timbul tergantung kepada berapa tinggi tekanan darah, berapa lama telah diderita, adanya faktor risiko yang lain dan bagaimana keadaan tersebut dikelola atau ditangani Soeharto, 2002. Hipertensi merupakan salah satu faktor risiko PJK dan jika dibiarkan tanpa perawatan yang tepat, maka dapat menimbulkan komplikasi yang berbahaya. Penderita sering tidak menyadari selama bertahun-tahun sampai terjadi komplikasi besar seperti stroke, serangan jantung, atau kegagalan ginjal. Sebab itu hipertensi sering disebut ”si pembunuh diam-diam” Soeharto, 2001. Banyak tulisan mengenai hipertensi dimuat di majalah, buku atau diberitakan melalui televisi sehingga saat ini sebagian besar orang awam sudah mengenal hipertensi dan risiko komplikasinya. Akibatnya, alat tensimeter laris karena banyak orang membelinya untuk mengukur tekanan darah. Hal ini sering membuat mereka bukan menjadi lebih tenang, tetapi sebaliknya menjadi stres karena menemukan bahwa tekanan darah mereka abnormal, ada yang tekanan darah tinggi, ada yang rendah, ada yang tekanan darah naik turun, dan sebagainya Kabo, 2008. Sampai beberapa tahun yang lalu, kebanyakan orang percaya bahwa kenaikan tekanan darah sejalan dengan pertambahan usia adalah normal. Ini didasarkan pada hasil penelitian bahwa tekanan darah rata-rata di kalangan lanjut usia ternyata tinggi. Sekarang dapat dilihat bahwa tekanan darah tidak harus naik sejalan dengan pertambahan usia. Di bawah usia 45 tahun, pria lebih banyak menderita tekanan Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008 darah tinggi daripada wanita; setelah usia 45 tahun, ada kenaikan yang cukup besar dalam jumlah wanita yang menderita tekanan darah tinggi; sesudah usia 55 tahun, wanita lebih berisiko dibandingkan dengan pria Patel, 1998. Pengaruh hipertensi sebagai faktor risiko dalam berkembangnya PJK dapat diperparah dengan merokok dan kenaikan kadar kolesterol darah. Jika dibanding pada bukan perokok risiko yang harus ditanggung para perokok dua kali lebih besar, risiko itu menjadi empat kali lebih besar pada perokok yang juga bertekanan darah tinggi, dan risiko itu naik lagi bersamaan dengan naiknya kadar kolesterol darah. Apabila kita aktif, senang atau sedang stres, tekanan darah kita naik dengan sendirinya. Kenaikan ini perlu karena olah tubuh dan emosi menuntut energi dan oksigen lebih banyak, yang disediakan melalui pasokan darah tambahan. Begitu aktifitas mengendur dan santai, tekanan darah normal kembali. Kenaikan tekanan darah merupakan tekanan darah normal, tetapi jika tekanan darah naik dan tetap tinggi, bahkan meskipun pada saat santai, berarti menderita hipertensi Patel, 1998. Tekanan darah menyebabkan PJK, karena kenaikan tekanan darah menyebabkan meningkatnya tekanan terhadap dinding arteri, dan mengakibatkan kerusakan endotel, yang memicu aterosklerosis. Juga kemungkinan perubahan aterosklerotik pada dinding pembuluh darah menyebabkan kenaikan pembuluh darah. Sehingga terdapat sinergi antara tekanan darah dengan aterosklerosis Lipoeto, 2006.

3. Aktifitas Fisik Olahraga