Pola Perilaku Stres Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner Di Rsu Dr. Pirngadi Medan Tahun 2008

d. Perokok, dua atau tiga kali lebih mungkin terkena stroke dibandingkan 70 orang yang tidak merokok. e. Terlepas dari berapa banyak rokok yang dihisap per hari, merokok terus menerus dalam jangka panjang berpeluang besar untuk menderita penyumbatan arteri di leher. f. Perokok memiliki kadar kolesterol darah HDL rendah, hal ini berarti unsur pelindung terhadap PJK menurun. g. Perokok, mudah mengalami kejang kaki pada waktu olah raga, karena penyumbatan pada pembuluh arteri di kaki Amstrong, 1995. Perempuan perokok sangat berisiko tinggi untuk terkena PJK. Sebab perempuan perokok akan mengalami menopause lebih dini dan kekurangan estrogen. Merokok mempercepat terjadinya PJK dan stroke pada perempuan Sedyawan, 2003.

5. Pola Perilaku

Walaupun rumit, penelitian-penelitian ilmiah terhadap orang yang cenderung mengalami gangguan koroner telah mengidentifikasi sejenis perilaku yang disebut perilaku Tipe A dan ini telah diakui di Amerika Serikat sebagai salah satu faktor risiko koroner yang penting. Orang yang tergolong tipe A digambarkan sebagai orang yang selalu tergesa-gesa, selalu dikejar batas waktu, dan sangat dirasuk oleh nafsu persaingan, sedangkan lawannya adalah perilaku tipe B yang bercirikan kesantaian dan kepraktisan Patel, 1998. Orang yang termasuk tipe A adalah orang yang terlibat dalam suatu pergulatan yang kronis dan seru untuk meraih keberhasilan sebanyak-banyaknya Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008 dalam waktu sesingkat mungkin, tanpa peduli bahwa ia harus menerobos halangan dan mengalami benturan dengan orang lain. Penderita tipe A tidak mengenal putus asa, bahkan terus menggapai, memburu tantangan-tantangan berikutnya. Manusia tipe A berusaha berpikir, bertindak, dan berkomunikasi dalam waktu yang sama dan pada umumnya hidup dengan irama yang lebih cepat ketimbang rekan-rekan sebayanya Patel, 1998. Pola perilaku ini tercermin dalam wujud reaksi-reaksi fisiologis tertentu, misalnya naiknya tekanan darah, naiknya produksi adrenalin, dan meningkatnya kelengketan keping-keping darah, yang memperbesar kemungkinan terbentuknya gumpalan darah setiap kali merasa menghadapi tantangan. Manusia tipe A tidak dapat menerima penundaan dan tidak mudah beristirahat, bekerja dengan kapasitas maksimum, bahkan bila pekerjaan itu tidak penting. Penelitian-penelitian telah menunjukkan bahwa orang dengan perilaku tipe A dua kali lebih mungkin meninggal karena serangan jantung ketimbang orang dengan perilaku tipe B Patel, 1998.

6. Stres

Stres atau ketegangan adalah masalah yang sangat pelik dan bersifat pribadi. Kondisi ini mempengaruhi siapa saja, dalam wujud yang kita rasakan, perilaku kita, kinerja kita, dan menjadi biang keladi sejumlah kecelakaan atau sakit, termasuk PJK. Stres juga merupakan reaksi terhadap situasi-situasi yang tidak kita kenal. Penyebab terjadinya stres kronis, antara lain: a. Ketidakharmonisan perkawinan yang sudah lama. b. Perkara pengadilan berlarut-larut akibat pertikaian yang memedihkan. Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008 c. Perjuangan mempertahankan usaha dalam situasi resesi. d. Bekerja di bawah atasan yang tidak menyenangkan atau dengan bawahan yang tidak kompeten. e. Mengalami konflik kesetiaan yang sulit dan berlarut-larut. f. Dipermalukan di depan umum untuk sesuatu yang bukan akibat kesalahan sendiri. g. Menjadi pengangguran tanpa harapan menemukan pekerjaan dalam waktu dekat. h. Kematian pasangan hidup atau anak Patel, 1998. Stres dianggap sebagai salah satu faktor risiko PJK, karena mempunyai pengaruh dalam memicu timbulnya PJK. Stres dapat menyebabkan pengurangan aliran darah melalui mekanisme tertentu dalam diri kita. Tubuh kita selalu merespon situasi yang penuh dengan stres yang dapat membantu agar tetap survive Soeharto, 2004. Pada tahun 1910 telah diketahui bahwa orang yang cenderung mengalami gangguan koroner adalah orang yang ambisius. Tahun 1945 diketahui bahwa orang yang cenderung mengalami gangguan koroner adalah orang yang agresif, ambisius, dengan dorongan emosional yang menggebu-gebu, tidak mudah mendelegasikan wewenang atau tanggung jawab, tidak memiliki hobi dan mengonsentrasikan seluruh pikiran dan tenaganya ke dalam bidang karirnya yang sempit. Jenis stres dapat dibagi atas 4 jenis, yaitu: stres sangat ringan, stres ringan, stres sedang, dan stres tinggi. Jenis stres yang dialami dapat diketahui dengan melihat perubahan-perubahan yang terjadi dalam hidup kita selama setahun lampau, kemudian menghitung nilai Life Change Unit LCU Patel, 1998. Donal Nababan : Hubungan Faktor Risiko Dan Karakteristik Penderita Dengan Kejadian Penyakit Jantung…, 2008 USU e-Repository © 2008

7. Diabetes Melitus