14
mana yang paling baik digunakan dalam suatu situasi. Kedua, pilihan kata atau diksi adalah kemampuan membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna dari
gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai cocok dengan situasi dan nilai rasa yang dimiliki kelompok
masyarakat pendengar. Ketiga, pilihan kata yang tepat dan sesuai hanya dimungkinkan oleh penguasaan sejumlah besar kosa kata atau pembendaharaan
kata bahasa itu. Sedangkan yang dimaksud dengan pembendaharaan kata atau kosa kata suatu bahasa adalah keseluruhan kata yang dimiliki oleh sebuah
bahasa.
19
2. Jenis Diksi
a. Ketepatan Diksi
Persoalan pendayagunaan kata pada dasarnya berkisar pada dua persoalan pokok, ketepatan pilihan kata untuk mengungkapkan sebuah gagasan, hal atau
garang yang akan diamanatkan, dan kesesuian atau kecocokan dalam mempergunakan kata tadi.
20
Ketepatan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan-gagasan yang tepat pada imajinasi
pembaca atau pendengar seperti apa yang dipikirkan oleh penulis.
b. Persyaratan Ketepatan Diksi
Menurut keraf, keteptan pilihan kata mempersoalkan kesanggupan sebuah kata untuk menimbulkan gagasan yang tepat pada imajinasi pembaca atau
pendengar, seperti apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh penulis dan pembicara.
21
Oleh sebab itu, persoalan ketepatan pilihan kata akan menyambut pula masalah makna kata dan kosa kata seseorang.
Setiap kalimat yang baik harus jelas memperhatikan kesatuan gagasan, mengandung satu ide pokok. Dalam laju kalimat tidak boleh diadakan perubahan
dari satu kesatuan gagasan kepada kesatuan gagasan yang lain yang tidak ada hubungan, atau meggabungkan sama sekali. Bila dua kesatuan yang tidak
mempunyai hubungan disatukan, maka akan rusak kesatuan pikiran itu.
22
19
Ibid., h. 24.
20
Ibid., h. 87.
21
Keraf., Op.cit., h. 87.
22
Keraf, Komposisi Sebuah Pengantar Kemahiran Bahasa, Ende : Nusa Indah, 2004, h. 41.
15
Berikut merupakan persyaratan ketepatan diksi yang dikemukakan oleh keraf untuk diperhatikan oleh setiap orang agar dapat mencapai ketepatan pilihan kata,
yaitu: 1.
Pemakaian Kata Bermakna Denotasi dan Konotasi Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplesit. Makna
wajar ini adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Denotatif adalah suatu pengertian yang dikandung sebuah kata secara obyektif. Sering juga makna
denotatif disebut juga makna konseptual.
23
Makna denotataif disebut juga dengan beberapa istilah lain seperti makna denotasional, makna kognitif, makna
konseptual, makna ideasional, makna refrensial, atau makna proposisional. Abdul chaer mengemukakan bahwa makna denotasi adalah makna asli, atau makna
sebenarnya yang dimiliki oleh sebuah leksem.
24
Dalam bentuk yang murni, makna denotatif dihubungkan dengan bahasa ilmiah. Seorang penulis yang hanya ingin menyampaikan informasi kepada kita,
dalam hal ini khususnya bidang ilmiah, akan bercenderungan untuk mempergunakan kata-kata yang denotatif. Sebab pengarahan yang jelas terhadap
fakta yang khusus adalah tujuan utamanya; ia tidak menginginkan interpretasi itu dengan memilih kata-kata yang konotatif.
25
Makna konotataif adalah makna asosiatif, makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi dan kreteria tambahan yang dikenakan pada sebuah
makna konseptual. Makna denotatif adalah makna dalam alam wajar secara eksplisit, maksudnya adalah makna yang sesuai dengan apa adanya. Makna
konotatif adalah makna yang timbul sebagai akibat dari sikap sosial, sikap pribadi, dan kriteria tambahan dikenakan pada sebuah makna konseptual.
26
2. Pemakaian Kata Bersinonim dan Berhomofon
Kata yang bersinonin berarti kata yang sejenis, sepadan, sejajar, serumpun dan memiliki arti yang sama. “keraf mengatakan bahwa dalam ilmu bahasa yang
murni, sebenarnya tidak diakui adanya sinonim-sinonim, tiap kata mempunyai
23
Zaenal Arifin dan Amran Tasai,Op.cit., h. 28.
24
Chaer, Linguistik Umum, Jakarta : Rineka Cipta, 2012, h. 292.
25
Keraf, Op.cit., h. 28.
26
Amran Tasai, Op.cit., h. 28.
16
makna atau nuansa makna yang berlainan, walaupun ada ketumpang-tindihan antara kata yang satu dengan kata yang lain.
27
Zaenal dan Amran Tasai pun mengemukakan bahwa sinonim kata tidak mutlak, tetapi hanya ada kesamaan atau
kemiripan kata. Dalam pemakaianya bentuk kata sinonim akan menghidupkan bahasa seseorang dan mengonkretkan bahasa seseorang sehingga kejelasan
komunikasi akan terwujud.
28
Oleh karena itu, penulis atau pembicara harus hati-hati dalam memilih kata- kata dari sekian sinonim yang ada untuk menyampaikan apa yang diinginkan
sehingga tidak menimbulkan intepretasi yang tidak diinginkan. 3.
Pemakaian Kata Umum Kata Khusus Kata umum dan kata khusus dibedakan berdasarkan luas tidaknya cakupan
makna yang dikandungnya.
29
Semakin luas rung lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin umum umum sifatnya, sedangkan semakin sempit ruang
lingkup acuan makna sebuah kata, maka semakin khusus sifatnya. Dengan kata lain, kata umum memberikan gambaran yang kurang jelas dan tepat, sedangkan
kata umum memberikan gambaran yang jelas dan tepat. Oleh karena itu untuk mengefektifkan penuturan yang lebih tepat dipakai kata khusus dibandingkan kata
umum. Pada umumnya, kata khusus digunakan untuk mencapai ketepatan pengertian
yang lebih baik dibandingkan dengan pemakaian kata umum. Kata umum dan kata khusus harus dibedakan dengan kata denotatif dan konotatif. Kata konotatif
dibedakan berdasarkan maknanya, apakah ada makna tambahan atau nilai rasa yang ada pada sebuah kata, sedangkan untuk kata umum khusus dibedakan pada
luas tidaknya cakupan makna kata yang dikandungnya.
30
Kata umum disebut juga sebagai subordinat dan kata khusus disebut dengan kata hiponim.
31
Kata ikan memiliki acuan yang lebih luas dari kata Hiu atau Mujair. Ikan tidak hanya terdiri dari Hiu atau pun Mujair, akan tetapi ikan masih
27
Ibid.,h. 34.
28
Zaenal Arifin dan Amran Tasai.,op.cit, h.32.
29
Ibid., h. 89.
30
Ibid., h. 87.
31
Arifin dan Tasai, op.cit., h.31.
17
memiliki beberapa jenis yang beragam seperti ikan Gabus, ikan Lele, ikan Koki, dan ikan Gabus merupaka jenis dari ikan. Dalam hal ini, dapat dilihat dengan jelas
bahwa kata yang acuannya lebih khusus atau lebih setuju langsung pada objek seperti Hiu disebut kata khusus.
Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah maka semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai oleh si penulis dan
pembaca. Sebaliknya semakin umum sebuah istilah, maka semakin jauh pula titik pertemuan antara si penulis dengan pembaca.
32
4. Kata Abstrak dan Konkret
Menurut Sabarti Akhad iah, Maidar G. Arsjad “beberapa literatur kebahasaan
telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata abstrak adalah kata yang mempunyai refren berupa konsep, sedangkan kata konkret adalah kata yang
mempunyai refren berupa objek yang dapat diamati.
33
Dengan kata lain kata abstrak lebih sulit dipahami daripada kata konkret. Oleh karena itu, kata abstrak
biasanya lebih sulit untuk dipahami dari kata konkret. Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkret, sedangkan kata yang
sulit untuk diserap pancaindra disebut kata abstrak. Dalam hal menulis, kata-kata yang digunakan sangat bergantung pada jenis
penulisan dan tujuan penulisan. Bila sebuah tulisan yang akan dideskrifsikan adalah suatu fakta maka yang lebih banyak digunakan adalah kata-kata konkret.
Akan tetapi jika yang digunakan adalah klasifikasi, maka yang banyak digunakan adalah kata-kata abstrak.
5. Pemakaian Kata dan Istilah Asing
Dalam tata cara dan kehidupan ilmiah sering kali ada kata-kata asing yang disisipkan saja di tengah-tengah kalimat yang mempergunakan bahasa lain. Dalam
teks bahasa Indonesia, dapat saja muncul kata-kata atau frase asing seolah-olah kata asing itu berada dalam lingkungan yang asing itu.
34
32
Ibid., h. 90.
33
Sabarti, dkk, Op.cit., h. 86.
34
Keraf, Op.cit., h. 58.