17
memiliki beberapa jenis yang beragam seperti ikan Gabus, ikan Lele, ikan Koki, dan ikan Gabus merupaka jenis dari ikan. Dalam hal ini, dapat dilihat dengan jelas
bahwa kata yang acuannya lebih khusus atau lebih setuju langsung pada objek seperti Hiu disebut kata khusus.
Dengan demikian semakin khusus sebuah kata atau istilah maka semakin dekat titik persamaan atau pertemuan yang dapat dicapai oleh si penulis dan
pembaca. Sebaliknya semakin umum sebuah istilah, maka semakin jauh pula titik pertemuan antara si penulis dengan pembaca.
32
4. Kata Abstrak dan Konkret
Menurut Sabarti Akhad iah, Maidar G. Arsjad “beberapa literatur kebahasaan
telah menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan kata abstrak adalah kata yang mempunyai refren berupa konsep, sedangkan kata konkret adalah kata yang
mempunyai refren berupa objek yang dapat diamati.
33
Dengan kata lain kata abstrak lebih sulit dipahami daripada kata konkret. Oleh karena itu, kata abstrak
biasanya lebih sulit untuk dipahami dari kata konkret. Kata yang acuannya semakin mudah diserap pancaindra disebut kata konkret, sedangkan kata yang
sulit untuk diserap pancaindra disebut kata abstrak. Dalam hal menulis, kata-kata yang digunakan sangat bergantung pada jenis
penulisan dan tujuan penulisan. Bila sebuah tulisan yang akan dideskrifsikan adalah suatu fakta maka yang lebih banyak digunakan adalah kata-kata konkret.
Akan tetapi jika yang digunakan adalah klasifikasi, maka yang banyak digunakan adalah kata-kata abstrak.
5. Pemakaian Kata dan Istilah Asing
Dalam tata cara dan kehidupan ilmiah sering kali ada kata-kata asing yang disisipkan saja di tengah-tengah kalimat yang mempergunakan bahasa lain. Dalam
teks bahasa Indonesia, dapat saja muncul kata-kata atau frase asing seolah-olah kata asing itu berada dalam lingkungan yang asing itu.
34
32
Ibid., h. 90.
33
Sabarti, dkk, Op.cit., h. 86.
34
Keraf, Op.cit., h. 58.
18
Penggunaan kata dalam lingkup masyarakat umum sedapat mungkin menghindari kata atau istilah asing agar informasi yang hendak disampaikan dapat
diterima oleh pembaca atau lawan bicara. “Sabarti Akhadiah, Maidar G.Arsjad dan Sakura H. Ridwan mengemukakan
dalam proses perkembangan bahasa m ana pun selalu terjadi “peminjaman” dan
penyerapan unsur-unsur bahasa asing. Hal ini terjadi akibat adanya hubungan antarbangsa dan kemajuan teknologi, terutama dibidang transportasi dan
komunikasi.”
35
Yang dimaksud dengan kata asing di sini ialah unsur-unsur yang berasal dari bahasa asing yang masih dipertahankan bentuk aslinya karena belum menyatu
dengan bahasa Indonesia. Contohnya, kata-kata seperti optin dan stem. Sedangkan kata-kata atau unsur-unsur serapan adalah unsur-unsur bahasa asing yang telah
disesuaikan dengan wujudstruktur bahasa Indonesia. Kata-kata semacam ini dalam proses morfologi diperlukan sebagai kata asli. Banyak di antara kata-kata
serapan ini yang sudah tidak serasa lagi keasingannya. Kata-kata seperti pelopor, dongkrak, sakelar, dan sebagainya.
Kata-kata yang ditulis miring pada kutipan di atas merupakan contoh unsur serapan. Sebagian sudah tidak terasa keasingannya dan sudah menjadi
pembendaharaan kata populer.
6. Kelangsungan Pilihan Kata
Suatu cara untuk menjaga ketepatan pilihan kata adalah kelangsungan. Kelangsungan pilihan kata adalah teknik memilih kata yang sedemikian rupa,
sehingga maksud atau pikiran seseorang dapat disampaikan secara tepat dan ekonomis. Kelangsungan dapat terganggu bila seorang pembicara atau pengarang
mempergunakan terlalu banyak kata untuk suatu maksud yang dapat diungkapkan secara singkat, atau mempergunakan kata-kata yang kabur yang bisa
menimbulkna ambiguitas makna ganda
c. Kesesuaian Diksi
Perbedaan ketepatan dan kecocokan pertama-tama mencakup soal kata mana yang akan digunakan dalam kesempatan tersebut, walaupun kadang-kadang masih
ada perbedaan tanbahan berupa perbedaan tata bahasa, pola kalimat, panjang atau
35
Ibid., h. 90.
19
kompleknya suatu alinea, dari beberapa segi lain. Perbedaan antara ketepatan dan kesesuaian dipersoalkan adalah apakah kita dapat mengungkapkan pikiran kita
dengan cara yang sama dalam sebuah kesempatan dan lingkungan yang kita masuki.
1. Syarat-syarat Kesesuaian Pilihan Kata
Syarat-syarat kesesuaian diksi adalah sebagai berikut; 1.
Hindari sejauh mungkin bahasa atau substandar dalam situasi yang formal. 2.
Gunakanlah kata-kata ilmiah dalam situasi yang khusus saja. Dalam situasi yang umum hendaknya penulis dan pembicara mempergunakan kata-kata
populer. 3.
Hindari jargon dalam tulisan untuk pembaca umum. 4.
Penulis atau pembicara sejauh mungkin menghindari pemakaian kata-kata slang.
5. Dalam penulisan jangan mempergunakan kata percakapan.
6. Hindari ungkapan-ungkapan usang idiom yang mati.
7. Jauhkan kaa-kata atau bahasa yang artifisial.
36
Hal-hal tersebut akan diuraikan lebih lanjut dalam bagian-bagian di bawah ini; 1.
Bahasa standar dan substandar Bahasa standar adalah semacam bahasa yang dapt dibatasi sebagai tutur dari
mereka yang mengenyam kehidupan ekonomis atau menduduki status sosial yang cukup dalam suatu masyarakat. Kelas ini meliputi pejabat-pejabat pemerintah, ahli
bahasa, ahli hukum, dokter, pedagang, guru, penulis, penerbit, seniman, insinyur, dan lain sebagainya.
Bahasa nonstandar adalah bahasa dari mereka yang tidak memperoleh pendidikan yang tinggi. Pada dasarnya, bahasa ini dipakai untuk pergaulan biasa,
tidak dipakai dalam tulisan. Kadang unsur ini digunakan juga oleh para kaum pelajar dalam bersenda gurau, dan berhumor. Bahasa nonstandar juga berlaku
untuk suatu wilayah yang luas dalam wilayah bahasa standar. Bahasa standar lebih efektif dari pada bahasa non standar. Bahasa nonstandar
biasanya cukup untuk digunakan dalam kebutuhan-kebutuhan umum.
36
Keraf, Op.cit., h. 103.
20
2. Pemakaian Kata IlmiahKajian.
Sebagian besar kosa kata sebuah bahasa terdiri dari kata-kata umum yang dipakai oleh lapisan masyarakat, baik dari kaum terpelajar maupun kaum rakyat
biasa, dari kalangan bawah sampai kalangan atas. Kata-kata inilah yang menjadi tulang punggung masyarakat dalam menggunakan bahasa sehari-hari.
Kata-kata ini disebut dengan kata populer karena dipakai oleh semua lapisan masyarakat. Kata-kata yang hanya dipahami oleh sebagian kaum terpelajar atau
kalangan atas terutama dalam tulisan ilmiah dan susah dipahami oleh masyarakat biasa, maka kata-kata ini disebut dengan kata-kata ilmiah atau kajian.
37
Dengan demikian, penulis harus memahami objek sasarannya. Jika objek sasarannya masyarakat terpelajar, penulis dapat menggunakan kata-kata kajian
atau ilmiah. Jika objek sasarannya masyarakat umum, kata-kata yang digunakan harus menghindari kata-kata kajian agar dapat dipahami oleh masyarakat umum.
Umumnya kata-kata ilmiah atau kata khusus dipergunakan oleh kaum terpelajar berasal dari bahasa asing. Pada pertamanya digunakan dalam bahasa
Indonesia maupun adaptasi umnya ciri-ciri asingnya masih tetap dipertahankan. Akan tetapi jika disesuaikan mengikuti struktur bahasa Indonesia asli maka tidak
akan terasa lagi ciri bahasa asingn ya. “Keraf mengatakan bahwa proses
penyesuaian tersebut dikenal sebagai proses adaptasi, baik yang berupa adaptasi morfologi maupun adaptasi Fonologis.
38
Perbedaan antara kedua jenis kelompok ini dapat dibambarkan secara sederhana dengan membandingkan pasangan kata-kata sebagai berikut:
Populer Kajian
batu batuan
penduduk populasi
besar makro
banyak tuntutan canggih
isi volume
bisul abses
37
Keraf, Op.cit., h. 105.
38
Ibid., h. 107
21
bunyi fonem
hasil produk, prestasi, keluaran
perbedaan kelainan
cara metode
sejajar kesejajaran
bagian unsur, komponen, suku cadang
berarti signifikan
tahap stadium
arang karbon
berarti bermakna
sah sahih
dapat dipercaya terandalkan.
39
Dengan demikian kata-kata ilmiah dan kata-kata populer, setiap pengarang atau penulis ingin menulis sebuah topik tertentu harus menetapkan dengan benar
siapakah yang akan menjadi sasaran tulisannya itu. Bila sasarannya itu sebuah kelompok yang terikat oleh sebuah bidang ilmu, ia dapat mempergunakan kata-
kata ilmiahkajian, tetapi bila sasarannya masyarakat biasa maka kata-kata dipergunakan
kata-kata populer.
Jika penulis
atau pengarang
tidak mempergunakan hal ini maka komunikasi akan terganggu dan tidak tepat sasaran.
3. Idiom
Idiom adalah pola srtuktural yang menyimpang dari kaidah-kaidah yang umum, biasanya berbentuk frase, sedangkan artinya tidak bisa diterangkan secara
logis. Dengan bertumpu pada makna kata-kata yang membentuknya, misalnya; seorang asing yang sudah mengetahui makna kata makan dan tangan. Siapa yang
berfikir bahwa makan tangan sama artinya dengan kena tinju atau beruntung besar, dan selanjutnya idiom-idiom yang menggunakan kata makan seperti:
makan garam, makan hati, dan sebagainya.
39
Sabarti, dkk, Op.cit., h. 88-89.