18
sebagian. Contoh perulangan sama ialah rumah-rumah, perulangan berubah gerak-gerik, dan perulangan sebagian misalnya dedaunan.
20
Prinsip umum yang berlaku pada reduplikasi adalah harus ada bentuk yang diulang. Itu sebabnya bentuk, misalnya kupu-kupu, kura-kura, tidak
dimasukkan ke dalam reduplikasi, oleh karena tidak ada bentuk yang diulang. Dalam BI tidak ada bentuk kupu, dan tidak ada bentuk kura.
1. Pengertian
Secara le ksikografis, kata berulang atau reduplikasi ‖adalah proses dan
hasil pengulangan satuan bahasa sebagai alat fonologis atau gramatikal, misalnya rumah-
rumah, tetamu‖. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dirumuskan, ‖reduplikasi adalah proses atau hasil perulangan kata atau unsur kata, misalnya
rumah-rumah, tetamu, bolak- balik‖. Dengan kata lain, reduplikasi adalah kata
yang mengalami perulangan, baik perulangan penuh, perulangan sebagian, atau perulangan karena perubahan bunyi. Kata berulang bangunan-bangunan meskipun
bukan bentuk bangun yang diulang, tetapi tampak bahwa bentuk bangun yang menjadi tumpuan untuk menghasilkan kata bangunan.
Kata berulang atau reduplikasi sebaiknya dibedakan dengan ulangan kata. Jika diperhatikan potongan lagu yang berbunyi: jangan, jangan, jangan, jangan
dipegang terlihat bentuk jangan diulang beberapa kali. Ulangan kata seperti ini tidak digolongkan ke dalam kata berulang, melainkan ulangan kata. Memang
benar, ada yang diulang, tetapi ulangan kata itu tidak menimbulkan kemungkinan lain pada bentuk kata tersebut. Hal ini berbeda dengan bentuk rumah yang
menjadi kata berulang perumahan-perumahan, rumah-rumah. Dalam kaitannya dengan definisi kata berulang atau reduplikasi, Ramlan mengatakan, ‖reduplikasi
atau proses perulangan ialah perulangan bentuk, baik seluruhnya maupun sebagian, baik dengan variasi fonem maupun tidak‖.
21
20
Sudarno, Morfofonemik Bahasa Indonesia, Jakarta: Arikha Media Cipta, 1990, h. 117.
21
Mansoer Pateda, Morfologi Gorontalo: Viladan, 2005, h. 101.
19
2. Menentukan bentuk Dasar
Jika kita berhadapan dengan sebuah bentuk berulang, sering sulit menentukan bentuk dasarnya. Telah dikemukakan bahwa prinsip bentuk berulang,
yakni harus ada bentuk yang diulang. Untuk memudahkan bentuk berulang, digunakan prinsip. Ramlan mengemukakan dua prinsip.
Pertama, perulangan tidak mengubah kelas kata. Contohnya, bentuk berulang berkata-kata. Kata berkata-kata termasuk verba. Dengan
demikian bentuk dasarnya harus verba pula, yakni berkata. Contoh lain, sungai-sungai. Kata sungai-sungai termasuk nomina. Dengan demikian
bentuk dasarnya harus nomina dalam hal ini sungai.
Prinsip kedua, yakni bentuk dasarnya mestilah bentuk yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Dalam hubungannya dengan cara
menentukan bentuk dasar bentuk berulang. Kita mencari bentuk satu tingkat yang lebih dari bentuk yang dihadapi. Misalnya, bentuk berulang
tersenyum-senyum. Dan tingkatan lebih kecil dari bentuk ini, ialah tersenyum. Bentuk tersenyum sendiri memenuhi prinsip pertama yang
dikemukakan oleh Ramlan, yakni tersenyum merupakan verba.
22
Timbul pertanyaan, bagaimanakah menentukan bentuk dasar pada bentuk berulang yang berubah bunyi. Misalnya, bagaimanakah menentukan bentuk dasar
kata berulang beras-petas, bolak-balik, gerak-gerik, lauk pauk, ramah-tamah, sayur-mayur, serba-serbi. Untuk menentukan bentuk dasar bentuk berulang seperti
ini, digunakan prinsip bentuk dasar yang ada dalam ujaran sehari-hari. Jadi, bentuk berulang yang disebutkan di atas, bentuk dasarnya berturut-turut
{beras,balik, gerak, lauk, ramah, sayur, serba}. Dalam BI tidak dikenal dalam ujaran sehari-hari bentuk petas, bolak, gerik, pauk, tamah, mayur, serbi.
Dalam bentuknya terdapat kalimat seperti ini. 1.
Beras banyak dijual di pasar. 2.
Si Ram segera balik ke Jakarta. 3.
Kita harus mewaspadai gerakan di bawah tanah. 4.
Tambah lauk, Pak 5.
Si Non ramah sekali sehingga disayangi orang. 6.
Belilah sayur yang masih segar.
23
22
Ibid …, h. 102.
23
Ibid …, h. 103.
20
3. Pembagian Bentuk Berulang