Tugas Individu KAJIAN TEORETIS

38 - Getar-geletar - Sambung-sinambung - Patuk-pelatuk 49

C. Tugas Individu

Manusia dilahirkan dengan berbagai macam potensi yang dapat dikembangkan untuk mencapai kebahagiaan dalam hidupnya. Potensi-potensi itu tidak mempunyai arti apa-apa bila tidak dikembangkan dengan baik. Kenyataan menunjukkan bahwa tidak semua individu memahami potensi yang dimilikinya, apalagi pemahaman tentang cara mengembangkannya 50 . Selama perkembangannya, kehidupan individu-individu itu tidak statis, melainkan dinamis, dan pengalaman belajar yang disajikan kepada mereka harus sesuai dengan sifat-sifat khasnya yang sesuai dengan masa perkembangannya itu. 51 Tugas individu atau disebut latihan dimaksudkan untuk memperoleh ketangkasan atau keterampilan latihan terhadap apa yang dipelajari, karena hanya dengan melakukannya secara praktis suatu pengetahuan dapat disempurnakan dan disiap-siagakan Pengertian pembelajaran berlangsung bilamana terjadi suatu proses interaksi antara guru dan siswa sehingga terdapat suatu perubahan tingkah laku. Jadi suatu pengulangan terhadap apa yang terjadi belum dapat dikatakan suatu proses pembelajaran. Oleh karena itu, peru dipahami dalam situasi yang bagaimanakah cara pelaksanaannya. Beberapa hal yang perlu dipertimbangkan metode pemberian tugas individu, sebagai berikut: Pertama; harus disadari bahwa pengertian belajar bukan berarti pengulangan yang persis sama dengan apa yang telah dipelajari oleh siswa sebelumnya, akan tetapi terjadinya suatu proses belajar dengan latihan siap adalah 49 Ibid …, h. 189. 50 Soetjipto dan Raflis Kosasi, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta 2007, h. 60. 51 Ahmad Fauzi, Psikologi Umum, Bandung: Pustaka Setia 2004, h. 78. 39 adanya situasi yang berbeda serta pengaruhnya latihan pertama, maka latihan kedua, ketiga dan seterusnya akan laiin lagi sifatnya. Kedua; situasi belajar itulah yang mula-mula harus diulangi untuk memperoleh respon dari siswa. Bilamana siswa dihadapkan dengan berbagai situasi belajar, maka dalam diri siswa akan timbul alasan untuk memberi respons, sehingga menyebabkan dia melatih keterampilannya. Bagaimana situasi tersebut dapat diubah-ubah kondisinya sehingga menuntut adanya perubahan respons, maka keterampilan siswa akan lebih disempurnakan. Suatu drill atau pelatihan pemberian tugas individu harus dimulai dari hal-hal yang mendasar agar siswa betul-betul mengerti apa yang telah dan akan dilakukannya agar diperoleh keterampilan yang diinginkan. Pengertian yang dibutuhkan untuk keberhasilan suatu tugas individu adalah: 1. Pengertian terhadap sifat latihan itu sendiri, dan 2. Pengertian terhadap nilai dan hubungan latihan itu dengan keseluruhan rangka pengajaran. Latihan tugas individu cocok digunakan bilamana memperoleh: a. Kecakapan motorik, seperti mengulas, menghapal, membuat alat-alat, menggunakan alatmesin, permainan dan atletik; b. Kecakapan mental, seperti melakukan perkalian, menjumlah, mengenal tanda- tandasimbol dan sebagainya. c. Asosiasi yang dibuat, seperti hubungan huruf-huruf dalam ejaan, penggunaan simbol, membaca peta dan sebagainya. d. Dalam mengajarkan kecakapan dengan metode latihan siap guru mengetahui sifat kecakapan itu sendiri, seperti; e. kecakapan sebagai penbyempurnaan dari pada suatu arti dan bukan sebagai hasil proses mekanis semata-mata, f. kecakapan tersebut dikatakan tidak benar, bila hanya menentukan suatu hal yang rutin yang dapat dicapai dengan pengulangan yang tidak menggunakan pikiran, sebab kenyataan bertindak atau berbuat harus sesuai dengan situasi dan kondisi. 40 Untuk mendapatkan kecakapan dengan metode latihan individu ini, ada dua fase; Pertama, fase integratif, di mana persepsi dari arti dan proses dikembangkan. Pada fase ini belajar kecakapan dikembangkan menurut praktek yang berarti sering melakukan hubungan fungsional dan aktifitas penyelidikan. Kedua, fase penyempurnaan atau fase menyelesaikan di mana ketelitian dikembangkan. Dalam fase ini diperlukan ketelitian dapat dikembangkan menurut praktek yang berulang kali. Jadi pariasi praktek di sini ditujukan untuk mendalami arti bukan ketangkasan. Sedangkan praktek yang sering ditujukan untuk mempertinggi efisiensi, bukan untuk mendalami arti. Keungggulan metode penugasan individu ini antara lain: 1. siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajarinya; 2. dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa para siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak di kemudian hari; 3. guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan tindakan dan perbuatan siswa disaat berlangsungnya pengajaran. Kelemahan metode latihan individu ini antara lain: 1. dapat menghambat inisiatif siswa, di mana inisiatif dan minat siswa yang berbeda dengan petunjuk guru dianggap suatu penyimpangan dan pelanggaran dalam pengajaran yang diberikannya. 2. Menimbulkan penyesuaian secara statis kepada lingkungan. Dalam kondisi belajar ini pertimbangan inisiatif siswa selalu disorot dan tidak diberikan keleluasaan. Siswa menyelesaikan tugas secara status sesuai dengan apa yang diinginkan oleh guru. 3. Membentuk kebiasaan yang kaku, artinyaseolah-olah siswa melakukan sesuatu secara mekanis, dan dalam memberikan stimulus siswa dibiasakan bertindak secara otomatis. 4. Dapat menimbulkan Verbalisme, terutama pengajaran yang bersifat menghapal dimana siswa dilatih untuk dapat menguasai bahan pelajaran secara hapalan dan secara otomatis mengingatkannya bila ada pertanyaan-pertanyaan yang berkenalan dengan hafalan terswbut tanpa suatu proses berpikir secara logis. 52 Prinsip-prinsip yang diperhatikan dalam menggunakan metode penugasan individu, antara lain: 52 Ibid …, h. 58. 41 a. Penugasan Individu hanyalah untuk bahan atau perbuatan yang bersifat otomatis. b. Latihan harus memiliki makna dalam rangka yang lebih luas, yakni: 1 Sebelum melaksanakan latihan, siswa perlu mengetahui terlebih dahulu arti latihan tersebur; 2 Siswa perlu menyadari bahwa latihan-latihan itu berguna bagi kehidupan mereka kelak; 3 Siswa perlu mempunyai sikap bahwa latihan itu diperlukan untuk melengkapi belajar; Latihan-latihan tersebut perrama-tama harus ditekankan pada diagnosa. 1 Pada taraf permulaan jangan diharapkan reproduksi yang sempurna; 2 Dalam percobaan kembali harus diteliti kesulitan yang timbul respon yang benar akhirnya harus dikenal siswa dan siswa memerlukan fariasi latihan, perkembangan arti dan kontrol. 3 Pertama-tama harus bersifat ketetapan, yang kemudian kecepatan, dan akhirnya kedua-duanya harus dimiliki siswa; 4 Masa latihan harus relatif singkat, dan sering dilakukan latihan-latihan lanjutan; 5 Kondisi latihan harus menarik minat anak dan dalam suasana yang menyenangkan; 6 Proses yang bersifat fundamental harus didahulukan dari latihan yang sifatnya sekunder. 53 7 Proses latihan juga harus memperhatikan perbedaan kemampuan individual. a. Tingkat kecakapan yang diterima pada satu saat tidak usah sama. b. Latihan-latihan secara perseorangan perlu untuk menambah latihan kelompok. 54 53 Ibid …, h. 59. 54 Winarno Surachmad, Metodologi Pengajaran Nasional, Jakarta:Jemmars 2002, h. 81. 42 BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian

Dokumen yang terkait

Penerapan peta pikiran (mind maps) sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis karangan ekposisi siswa kelas X sekolah (SMK) PGRI Babakanmadang

2 14 109

Peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)

1 28 108

ANALISIS REDUPLIKASI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN Analisis Reduplikasi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Karangpandan.

0 2 18

ANALISIS REDUPLIKASI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN Analisis Reduplikasi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Karangpandan.

0 2 12

ANALISIS POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 COLOMADU Analisis Pola Pengembangan Paragraf dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Colomadu.

0 5 14

REDUPLIKASI SISWA KELAS Reduplikasi Pada Karangan Siswa Kelas VIIB SMP N 1 Teras Boyolali.

0 2 14

REDUPLIKASI SISWA KELAS Reduplikasi Pada Karangan Siswa Kelas VIIB SMP N 1 Teras Boyolali.

0 3 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS VII A SMP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN TEKNIK TANDUR PADA SISWA KELAS VIIC Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Dengan Teknik Tandur Pada Siswa Kelas VIIC SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

0 2 15

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PREFIKS PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII B Analisis Fungsi Dan Makna Prefiks Pada Karangan Narasi Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Banyudono.

0 3 10