Makna bentuk Berulang Reduplikasi

22 mengalami perulangan. Bentuk berulang itu atau reduplikasi itu, boleh saja bentuk berulang penuh, bentuk perulangan sebagian, atau bentuk berulang variasi fonem. Bentuk berulang atau reduplikasi adverbia, misalnya pagi-pagi, bentuk berulang atau reduplikasi adjektive misalnya tinggi-tinggi, bentuk berulang atau reduplikasi nomina, misalnya buku-buku, bentuk berulang atau reduplikasi numeraslis, misalnya tiga-tiga, bentuk berulang atau reduplikasi persona, misalnya saya-saya juga yang dimarahi, bentuk berulang atau reduplikasi verba, misalnya berlari-lari. 27

4. Makna bentuk Berulang

Makna bentuk reduplikasi atau bentuk berulang bergantung pada hasil proses pembentukannya, dan bergantung pada kelas kata yang menjadi bentuk dasarnya. Misalnya, bentuk berulang atau reduplikasi buku-buku yang bentuk dasarnya buku, yang dalam hal ini nomina, maka makna yang ditimbulkannya adalah banyak buku. Bentuk berulang pagi-pagi yang bentuk dasarnya pagi, yang berarti adverbia itu sendiri. Dalam hal ini Harimurti 1989:90 berkata, ―… dalam reduplikasi morfemis terjadi perubahan makna gramatikal. Dari sudut pandang yang lain, dalam hal ini dilihat dari sudut semantis, dapat dibedakan reduplikasi morfemis yang bersifat semantis, dan reduplikasi morfemis yang bersifat non- idiomatis menyangkut reduplikasi yang makna leksikal dari bentuk dasarnya tidak berubah. 28 Dalam bahasa Indonesia reduplikasi merupakan mekanisme yang penting dalam pembentukan kata, disamping afiksasi, komposisi dan akronimisasi. Lalu, meskipun reduplikasi terutama adalah masalah morfologi, masalah pembentukan kata, tetapi tampaknya ada juga reduplikasi yang menyangkut masalah fonologi, masalah sintaksis dan masalah semantik. Sebelum membicarakan reduplikasi sebagai mekanisme dalam morfologi ada baiknya dibicarakan dulu reduplikasi 27 Ibid …, h. 104. 28 Ibid …, h. 105. 23 sebagai masalah fonologi, sintaksis dan semantik ini. Dan untuk lebih jelasnya mari kita bahas satu-persatu. 29 a. Reduplikasi Fonologis Reduplikasi fonologi berlangsung terhadap dasar yang bukan akar terhadap bentuk yang statusnya lebih tinggi dari akar. Status bentuk yang diulang tidak jelas dan reduplikasi fonologis ini tidak menghasilkan makna gramatikal, melainkan menghasilkan makna leksikal. Yang termasuk reduplikasi fonologis ini adalah bentuk-bentuk seperti: 1 Kuku, dada, pipi, cincin, dan sisi. Bentuk-bentuk tersebut ‗bukan‘ berasal dari ku, da, pi, cin, dan si. Jadi. Bentuk tersebut adalah sebuah kata yang bunyi kedua suku katanya sama. 2 Foya-foya, tubi-tubi, sema-sema, anai-anai dan ani-ani. Bentuk-bentuk ini memang jelas sebagai bentuk ulang, yang diulang secara utuh. Namun, ‗bentuk‘ dasarnya tidak berstatus sebagai akar yang mandiri. Dalam bahasa Indonesia kini tidak ada akar foya, tubi, semai, anai, dan ani. 3 Laba-laba, kupu-kupu, paru-paru, onde-onde dan rama-rama. Bentuk-bentuk ini juga jelas sebagai bentuk ulang dan dasar yang diulang pun jelas ada, tetapi hasil reduplikasinya tidak menghasilkan makna gramatikal. Hasil reduplikasinya hanya menghasilkan makna leksikal. 4 Mondar-mandir, luntang-lantung, lunggang-langgung, kocar-kacir, dan teka- teki. Bentuk-bentuk ini tidak diketahui mana yang menjadi bentuk dasar pengulangannya. Sedangkan maknanya pun hanyalah makna leksikal, bukan makna gramatikal. Dalam berbagai buku tata bahasa tradisional, bentuk- bentuk ini disebut kata ulang semu. 30 29 Abdul Chaer, Morfologi, Jakarta: Rineka Cipta, 2008, h. 178. 30 Ibid …, h. 179. 24 b. Reduplikasi sintaksis Sebelum membahas reduplikasi sintaksis ada baiknya kita bahas paradigm ilmu sintaksis itu sendiri. Ilmu sintaksis harus berpegang bahwa kalimat dan tutur- tutur yang ditangkap oleh pancaindera merupakan struktur luar. Struktur-luar merupakan hasil transformasi dari struktur-dalam SD. Dalam struktur-dalam akan terdapat hubungan semantik kasus, hubungan sistemik, dan perbedaan atas topik pembicaraan dan komen atas topik. Semua kaidah dalam struktur-dalam akan mengalami proses transformasi ke struktur-luar. Struktur-luar akan dianalisis dengan teknik tagmemik, teknik ICs, dan penentuan pengutamaan subjek predikat objek secara fungsional. Inilah yang kami sebut paradigm ilmu sintaksis. Karena paradigm ini dibangun di atas teori-teori sintaksis yang berpegenggal sebelumnya, paradigma ilmu sintaksis ini disebut satu pendekatan elektik. Pendekatan ini memberikan satu standar kerja kepada para ilmuwan sintaksis. 31 Reduplikasi sintaksis adalah proses pengulangan terhadap dasar yang biasanya berupa akar, tetapi menghasilkan satuan bahasa yang statusnya lebih tinggi dari sebuah kata. Kridalaksana menyebutnya menghasilkan sebuah sebuah ‗ulangan kata‘, bukan ‗kata ulang‘. Contoh: - Suaminya benar-benar jantan. - Jangan-jangan kau dekati pemuda itu. - Jauh-jauh sekali negeri yang akan kita datangi. - Panas-panas memang rasanya hatiku. - Kata beliau, ―tenang-tenang, jangan panik‖. Bentuk-bentuk reduplikasi sintaksis memiliki ikatan yang cukup longgar sehingga kedua unsurnya memiliki potensi untuk dipisahkan. Perhatikan contoh berikut: - Jangan kau dekati pemuda itu, jangan. - Panas memang panas rasa hatiku.. - Benar suaminya benar jantan. 31 Jos Daniel Parera, SINTAKSIS, Jakarta: Gramedia 1993 h. 168. 25 Reduplikasi sintaksis ini memiliki makna ‗menegaskan‘ atau ‗menguatkan‘. Dalam hal ini termasuk juga reduplikasi yang dilakukan terhadap sejumlah kata ganti orang pronomina persona seperti: - Yang tidak datang ternyata dia-dia juga. - Mereka-mereka memang sengaja tidak diundang. - Kita-kita memang termasuk orang yang tidak setuju dengan beliau. Reduplikasi sintaksis termasuk juga yang dilakukan terhadap akar yang menyatakan waktu. Contoh: - Besok-besok kamu boleh ke sini. - Dalam minggu-minggu ini kabarnya beliau akan datang. - Hari-hari menjelang pilkada beliau tampak sibuk. 32 Contoh Lain: 1 Perulangan seluruh morfem dasar Contoh: Main main-main Cepat cepat-cepat Diam diam-diam Coba coba-coba Buku buku-buku 33 c. Reduplikasi Semantis Sebelum membahas reduplikasi semantis ada baiknya kita pahami dulu pengertian semantik itu sendiri. Dalam buku ―Semantik Leksikal‖ yang ditulis oleh Mansoer Pateda, ada pendapat yang berbunyi: semantik adalah studi tentang makna‖ dikemukakan pula oleh Kambartel. Menurutnya, semantik mengonsumsikan bahwa bahasa terdiri dari struktur yang menampakkan makna apabila dihubungkan dengan objek dalam pengalaman manusia. Definisi yang sama dikemukakan pula George, sedangkan Verhaar mengatakan semantik berarti teori makna atau teori Inggris, semantics, kata sifatnya semantic yang dalam BI dipadankan dengan kata semantik sebagai nomina dan semantis sebagai ajektiva. Batasan yang hampir sama ditemukan pula di dalam Ensiklopedia 32 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta 2008 h. 189. 33 T .Heru Kasida Brataatmaja, Morfologi Bahasa Indonesia Yogyakarta: Kanisius 1987, h. 55. 26 Britanika yang terjemahannya “Semantik adalah studi tentang hubungan antara suatu pembeda linguistik dengan hubungan proses mental atau simbol dalam aktivitas bicara. 34 Reduplikasi semantis adalah pengulangan ―makna‖ yang sama dari dua buah kata yang bersinonim. Misalnya ilmu-pengetahuan, alim-ulama dan cendi- cendikia. Kita lihat kata ilmu dan kata pengetahuan memiliki makna yang sama; kata alim dan ulama juga memiliki makna yang sama. Demikian juga kata cendi dan kata cendikia. Termasuk ke dalam bentuk ini adalah bentuk-bentuk seperti segar-bugar, muda-belia, tua-renta, gelap-gulita dan kerik-mersik. Namun, bentuk-bentuk seperti ini di dalam berbagai buku tata bahasa dimasukkan dalam kelompok reduplikasi berubah bunyi dwilingga salin suara. Memang bentuk segar bugar perubahan bunyinya masih bisa dikenali, tetapi bentuk muda belia dan kerik mersik tidak tampak sama sekali bahwa unsur pertama berasal dari unsur kedua atau sebaliknya. 35 d. Reduplikasi Morfologis Sebelum membahas reduplikasi morfologis ada baiknya kita membahas pengertian morfologi dan proses morfologis terlebih dahulu. Pengertian morfologi telah banyak dibicarakan oleh para linguis. Berikut akan dikemukakan beberapa diantaranya. Menurut Crystal, morfologi adalah cabang tata bahasa yang menelaah struktur atau bentuk kata, utamanya adalah melalui penggunaan morfem. Morfologi umumnya dibagi ke dalam dua bidang yakni: telaah infleksi inflectional morphology, dan telaah pembentukan kata lexical or dervational morphology. Apabila penekanan pada teknik menganalisis kata menjadi morfem, khususnya seperti dipraktikkan oleh para linguis strukturalis Amerika pada tahun 1940 dan 1950, maka morfemik dipakai. Analisis morfemik dalam pengertian ini adalah bagian adalah bagian dari telaah linguistik singkronis; analisis morfologis adalah istilah yang lebih umum, yang juga diterapkan dalam telaah historis. 34 Mansoer Pateda, Semantik Leksikal, Jakarta: Rineka Cipta 2001, h. 7. 35 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta 2008, h. 180. 27 Analisis morfologis dapat dilakukan dalam berbagai bentuk. Satu pendekatan adalah membuat telaah distribusional morfem dan morfemis yang muncul dalam kata analisis susunan morfotaktis, seperti dalam model pemirian item and arrangement, yaitu suatu model pemerian yang mengandung kata sebagai gugus linear arrangement morf-morf items, misalnya The boy kicked the ball. Pendekatan lain menetapkan atau membangun proses-proses atau operasi-operasi morfologis, yang melihat hubungan-hubungan antara bentuk-bentuk kata sebagai satu hubungan pergantian, seperti dalam model item and process, yaitu suatu model pemerian yang memandang hubungan antara kata-kata sebagai proses derivasi, misalnya item took diturunkan dari item take melalui proses perubahan vokal. Dalam linguistik generatif, morfologi dan sintaksis dilihat sebagi dua tingkat yang terpisah; kaidah-kaidah dari tata bahasa berlaku bagi struktur kata, seperti halnya terhadap frasa dan kalimat dan konsep-konsep morfologis hanya muncul sebagai titik di mana output komponen sintaksis harus diberikan reprsentasi fonologis melalui kaidah-kaidah morfofonologis. 36 Menurut Bauer, morfologi membahas struktur internal bentuk kata. Dalam morfologi, analisis membagi bentuk kata ke dalam formatif komponennya yang kebanyakan merupakan morf yang berwujud akar kata atau afiks, dan berusaha menjelaskan setiap formatif. Morfologi dapat dibagi ke dalam dua cabang utama, yaitu morfologi infleksional dan pembentukan kata yang disebut morfologi leksikal. Morfologi infleksional membahas berbagai bentuk leksem, sedang pembentukan kata membahas leksem-leksem baru dari baris tertentu. Pembentukan kata dapat dibagi ke dalam derivasi dan pemajemukan komposisi. Derivasi berurusan dengan pembentukan leksem baru melalui afiksasi, sedang pemajemukan berurusan dengan pembentukan leksem baru dari dua atau lebih stem potensial. 37 Derivasi kadang-kadang juga dibagi ke dalam derivasi mempertahankan kelas class-maintaining derivation dan derivasi perubahan kelas class-changing derivation. Derivasi mempertahankan kelas adalah leksem baru yang sama kelasnya dengan basis asal leksem itu dibentuk, sedang derivasi 36 Abdul Muis Ba‘dulu Herman, Morfosintaksis Jakarta: Rineka Cipta 2005, h. 1. 37 Ibid …, h. 2. 28 perubahan kelas menghasilkan leksem yang berbeda kelasnya dengan basisnya. Pemajemukan biasanya dibagi menurut kelas dari kata majemuk yang dihasilkan ke dalam nomina majemuk, adjektiva majemuk, dan sebagainya. Pemajemukan juga dapat dibagi lebih lanjut menurut kriteria semantik ke dalam kata majemuk eksosentris, kata majemuk endosentris, kata majemuk aposisional, dan kata majemuk dvanva. Berikut dikemukakan rangkuman dari morfologi dalam bentuk diagram. 38 Morfologi Infleksional Pembentukan kata Derivasi Pemajemukan Deivasi Memper- Derivasi Nomina Verba Adjktiva Tahankan kelas Perubahan Kelas Majemuk Majemuk Majemuk Gambar 2 Diagram Rangkuman Morfologi Menurut Rusmadji, morfologi mencakup kata, bagian-bagiannya, dan prosesnya. Menurut O‘Grady dan Dobrovolsky, dalam buku Morfosintaksis yang ditulis o leh Abdul Muis Ba‘dulu, morfologi adalah komponen tata bahasa generatif transformasional TGT yang membicarakan tentang struktur intenal kata, khususnya kata kompleks. Selanjutnya, mereka membedakan antara teori 38 Ibid …, h. 3. 29 morfologi umum yang berlaku semua bahasa dengan morfologi khusus yang hanya berlaku bahasa tertentu. Teori morfologi umum berurusan dengan pembahasan secara tepat mengenai jenis-jenis kaidah morfologi yang dapat ditemukan dalam bahasa-bahasa alamiah. Di pihak lain, morfologi khusus merupakan seperangkat kaidah yang mempunyai fungsi ganda. Pertama, kaidah- kaidah ini berurusan dengan pembentukan kata baru. Kedua, kaidah-kaidah ini mewakili pengetahuan penutur asli yang tidak disadari tentang struktur internal kata yang sudah ada dalam bahasanya. 39 Jadi, proses morfologis ialah proses penggabungan morfem-morfem menjadi kata. Keterangan ini perlu diberikan, supaya ada ketegasan sampai di mana boleh digolong-golongkan. Dengan begitu bentuk terkecil ialah morfem, sedangkan terbesar ialah kata. 40 Reduplikasi morfologis dapat terjadi pada bentuk dasar yang serupa akar, berupa bentuk berafiks dan berupa bentuk komposisi. Prosesnya dapat berupa pengulangan utuh, pengulangan berubah bunyi dan pengulangan sebagian. 1. Pengulangan Akar Bentuk dasar yang berupa akar memiliki tiga macam proses pengulangan, yaitu pengulangan utuh, pengulangan sebagian, dan pengulangan dengan perubahan bunyi. a. Pengulangan utuh, artinya bentuk dasar itu diulang tanpa melakukan perubahan bentuk fisik dari akar itu. Misalnya, meja-meja bentuk dasar meja, kuning-kuning bentuk dasar kuning makan-makan bentuk dasar makan, kalau-kalau bentuk dasar kalau dan sunguh-sungguh bentuk dasar sungguh. b. Pengulangan sebagian, artinya yang diulang dari bentuk dasar itu hanya salah satu suku katanya saja dalam hal ini suku awal kata disertai dengan ―pelemahan‖ bunyi. Misalnya, leluhur bentuk dasar luhur, tetangga bentuk 39 Ibid …, h. 4. 40 Samsuri, Analisis Bahasa, Malang: Erlangga 1994, h. 190. 30 dasar tangga, jejari bentuk dasar jari, lelaki bentuk dasar laki dan peparu bentuk dasar paru. 41 Perlu dicatat bentuk dasar dalam perulangan sebagian ini dapat juga diulang secara utuh, tetapi dengan perbedaan makna gramatikalnya. Bandingkan: - Leluhur luhur-luhur - Tetangga tangga-tangga - Jejari jari-jari - Lelaki laki-laki - Peparu paru-paru c. Pengulangan dengan perubahan bunyi, artinya bentuk dasar itu diulang tetapi disertai dengan perubahan bunyi. Yang berubah bisa bunyi vokalnya dan bisa pula bunyi konsonannya. Bentuk yang berubah bunyi bisa menduduki unsur pertama, bisa juga menduduki unsur kedua. Contoh kelompok a yang berubah unsur pertamanya dan contoh kelompok b yang berubah unsur keduanya. a Bolak-balik Larak-lirik Langak-longok Kelap-kelip Corat-coret b Ramah-tamah Lauk-pauk Sayur-mayur Serba-serbi Tindak-tanduk Bentuk-bentuk seperti mondar-mandir, teka-teki dan luntang-lantung memang benar tampak seperti reduplikasi dengan perubahan bunyi. Namun, bentuk-bentuk ini termasuk reduplikasi fonologis karena tidak diketahui 41 Abdul Chaer, Morfologi Bahasa Indonesia, Jakarta: Rineka Cipta 2008, h.181. 31 bentuk dasarnya dan tidak memiliki makna gramatikal, melainkan hanya makna leksikal. 42 d. Pengulangan dengan infiks, maksudnya sebuah akar diulang tetapi diberi infiks pada unsur ulangnya. Perhatikan contoh berikut: - Turun-temurun - Tali-temali - Sinar-seminar - Gunung-gemunung 2. Pengulangan Dasar Berafiks Dalam hal ini akan membahas ―pengulangan berafiks‖. Namun, di sini perlu diperhatikan adanya tiga macam proses afiksasi dan reduplikasi. Pertama, sebuah akar diberi afiks dulu, baru kemudian diulang atau direduplikasi. Misalnya, pada akar lihat mula-mula diberi prefiks me- menjadi melihat, kemudian baru diulang menjadi bentuk melihat-lihat. Kedua, sebuah akar direduplikasi dulu, baru kemudian diberi afiks. Misalnya akar jalan mula-mula diulang menjadi jalan-jalan, baru kemudian diberi prefiks ber- menjadi berjalan-jalan. Ketiga, sebuah akar diberi afiks dan diulang secara bersamaan. Misalnya, pada akar minggu diberi prefiks ber- dan proses pengulangan sekaligus menjadi bentuk bermingu-minggu. Berikut ini dibicarakan proses itu dengan afiksnya satu persatu: 1 Akar berprefiks ber- Ada dua macam pengulangan akar yang berprefiks ber-, yaitu: a Pada akar mula-mula diimbuhkan prefiks ber-, lalu dilakukan pengulangan sebagian dan yang diulang hanya akarnya saja. Contoh: - Berlari-lari dari ber + lari. - Berteriak-teriak dari ber + teriak. - Berjalan-jalan dari ber + jalan. - Berputar-putar dari ber + putar - Berseru-seru dari ber + seru. 42 Ibid …, h. 182. 32 Catatan: - Bentuk reduplikasi ini dapat juga ditafsirkan sebagai hasil proses mula-mula akar diulang setelah itu baru diberi prefiks ber-, sebab bentuk-bentuk seperti lari-lari, teriak-teriak dan jalan-jalan juga berterima. - Bentuk seperti berpura-pura tidak termasuk kelompok ini sebab pura-pura adalah reduplikasi fonologi yang kemudian diberi prefiks ber-. 43 b Pengulangan dilakukan serentak dengan pengimbuhan prefiks ber-. Contoh: - Berhari-hari - Bermeter-meter - Berliter-liter - Berkarung-karung - Berton-ton Mengapa proses prefiksasi ber- dan proses reduplikasi dikatakan dilakukan sekaligus? Karena bentuk bermeter dan meter-meter tidak berterima. Bentuk hari-hari, minggu-minggu dan bulan-bulan memang berterima, tetapi bentuk-bentuk ini merupakan bagian dari reduplikasi sintaksis. 2 Akar Berkonfiks ber-an Akar berkonfiks ber-an seperti pada kata berlarian dan berkejaran direduplikasikan sebagian, yaitu hanya akarnya saja. Misalnya: - Berlari-larian dari berlarian. - Berkejar-kejaran dari berkejaran. - Berpeluk-pelukan dari berpelukan. - Bertangis-tangisan dari bertangisan. - Bersenggol-senggolan dari bersenggolan. 3 Akar Berprefiks me- Akar berprefiks me- seperti pada kata menembak dan menari direduplikasikan hanya akanya saja, tetapi ada dua macam cara. Pertama,yang bersifat progresif artinya, pengulangan ke arah depan atau ke arah kanan; dan kedua yang bersifat regresif, artinya pengulangan ke arah belakang atau ke arah 43 Ibid …, h. 183. 33 kiri. Contoh berikut kelompok a adalah bersifat progresif dan kelompok b berikut adalah yang bersifat regresif: 44 a Menembak-nembak dasar menembak Menari-nari dasar menari Mengulang-ngulang dasar mengulang Melihat-lihat dasar melihat Menendang-nendang dasar menendang b Tembak-menembak dasar menembak Pukul-memukul dasar memukul Tendang-menendang dasar menendang Tari-menari dasar menari Jilid-menjilid dasar menjilid Disamping itu adalah jumlah yang terbatas ada juga proses pemberian prefiks me- yang dilakukan sekaligus dengan proses reduplikasi. Misalnya: - Mengada-ada - Mengagak-ngagak Bentuk mengada dan ada-ada, serta bentuk mengajak dan agak-agak tidak berterima. 4 Akar Berklofiks me-kan Akar berklofiks me-kan seperti kata membedakan, membesarkan, dan melebihkan direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya: - Membeda-bedakan dari membedakan. - Membesarkan dari membesarkan - Melebih-lebihkan dari melebihkan - Menyama-nyamakan dari menyamakan - Membanding-bandingkan dari membandingkan 5 Akar berklofiks me-i Akar berklofiks me-i seperti pada kata menulisi dan mengurangi direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya: - Menulis-nulisi dari menulisi 44 Ibid …, h. 184. 34 - Mengurang-ngurangi dari mengurangi - Melempar-lempari dari melempari - Merintang-rintangi dari merintangi - Menembak-nembaki dari menembaki 45 6 Akar berprefiks pe- Akar berprefiks pe- seperti pada kata pemuda, pembina, dan pembaca direduplikasikan secara utuh. Misalnya: - pemuda-pemuda - Pembina-pembina - Pembaca-pembaca - Pelari-pelari - Pelajar-pelajar Namun, perlu dicatat bahwa penggunaan bentuk pengulangan pada kata berprefiks pe- jarang dilakukan. Lebih sering untuk menyatakan jumlah ini pemberi adverbia para, seperti para pemuda daripada pemuda-pemuda, para pembina daripada pembina-pembina dan para pelajar daripada pelajar- pelajar. Kiranya kontruksi dengan menggunakan adverbia para lebih baik daripada mengulang bentuk berprefiks pe- itu. 7 Akar Berkonfiks pe-an Akar berkonfiks pe-an seperti pada kata pembangunan dan penjelasan direduplikasikan secara utuh. Misalnya: - Pembangunan-pembangunan - Penjelasan-penjelasan - Pembinaan-pembinaan - Pelatihan-pelatihan - Pendirian-pendirian Bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan, tetapi tampaknya lebih baik menggunakan adverbia semua, seluruh dan sejumlah bila ingin menyatakan plural. Misalnya: - Semua pembangunan 45 Ibid …, h. 185. 35 - Sebagian penjelasan - Seluruh pembinanaan - Beberapa pelatihan - Sejumlah pemberian 46 8 Akar Berkonfiks per-an Akar berkonfiks per-an seperti pada kata peraturan, perindustrian dan perindustrian dan perdebatan bila direduplikasikan haruslah secara utuh. Misalnya: - Peraturan-peraturan - Perindustrian-perindustrian - Perdebatan-perdebatan - Pertokoan-pertokoan - Pergudangan-pergudangan Bentuk-bentuk reduplikasi itu boleh saja digunakan, tetapi tampaknya penggunaan adverbia semua, seluruh, sebagaian, dan sebagainya lebih baik daripada penggunaan reduplikasinya. Misalnya: - Semua peraturan - Beberapa perindustrian - Banyak perdebatan - Sejumlah pertokoan - Seluruh pergudangan 9 Akar Bersufiks –an Akar bersufiks –an ada dua cara pereduplikasiannya. Pertama, dengan mengulang secara utuh bentuk bersufiks –an itu ; dan kedua mengulang akarnya saja yang sekaligus disertai dengan pengulangannya. Kelompok a berikut adalah contoh cara pertama dan kelompok b adalah contoh cara kedua. 47 46 Ibid …, h. 186. 47 Ibid …, h. 187. 36 a Bangunan-bangunan Aturan-aturan Latihan-latihan Tulisan-tulisan Lampiran-lampiran b Obat-obatan Biji-bijian Batu-batuan Mobil-mobilan Kucing-kucingan Di samping dua cara di atas masih ada satu cara lagi yang kurang produktif, yakni dengan mengulang sebagian hanya suku pertama dari akar. Contoh: - Bebatuan - Tetumbuhan - Pepohonan - Rerumputan - Reruntuhan 10 Akar Berprefiks se- Akar berprefiks se- ada dua macam cara reduplikasinya. Pertama, diulang secara utuh; dan kedua hanya mengulang bentuk akarnya. Kelompok a berikut adalah contoh cara pertama dan kelompok b adalah contoh cara kedua. a Sedikit-sedikit Seorang-seorang Sekali-sekali Sekepal-sekepal Seekor-seekor b Sekali-kali Sebaik-baik Sepandai-pandai Sejauh-jauh 37 Sebodoh-bodoh 48 11 Akar Berprefiks ter- Akar berprefiks ter- seperti pada kata terbawa, tersenyum, dan tertawa direduplikasikan hanya akarnya saja. Misalnya: - Terbawa-bawa - Tersenyum-senyum - Tersendat-sendat - Tersedu-sedu 12 Akar berkonfiks se-nya Akar berkonfiks se-nya seperti pada kata secepatnya, sebaiknya, dan sedapatnya direduplikasikan hanya akarnya saja. Contoh: - Secepat-cepatnya - Sebaik-baiknya - Sedapat-dapatnya - Setinggi-tingginya - Sebanyak-banyaknya 13 Akar berkonfiks ke-an Akar berkonfiks ke-an seperti pada keraguan, kemurahan dan kebiruan direduplikasikan hanya akarnya saja; sedangkan konfiks ke-an melingkupi bentuk perulangan itu. Misalnya: - Keragu-raguan - Kemerah-merahan - Kebiru-biruan - Keputih-putihan - Kekuning-kuningan 14 Akar Berinfiks -em-, -el-, -er-, -m- Akar berinfiks direduplikasikan sekaligus dalam pengimbuhan infiks dan proses reduplikasi. Proses ini tampaknya tidak produktif. Contoh yang ada: - Tali-temali - Sinar-seminar 48 Ibid …, h. 188. 38 - Getar-geletar - Sambung-sinambung - Patuk-pelatuk 49

C. Tugas Individu

Dokumen yang terkait

Penerapan peta pikiran (mind maps) sebagai upaya peningkatan kemampuan menulis karangan ekposisi siswa kelas X sekolah (SMK) PGRI Babakanmadang

2 14 109

Peningkatan kemampuan penggunaan konjungsi dalam karangan argumentasi melalui penerapan metode latihan individual (penelitian tindakan kelas pada siswa kelas X SMA PGRI 56 Ciputat)

1 28 108

ANALISIS REDUPLIKASI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN Analisis Reduplikasi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Karangpandan.

0 2 18

ANALISIS REDUPLIKASI PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS X SMA NEGERI 1 KARANGPANDAN Analisis Reduplikasi pada Karangan Narasi Siswa Kelas X Sma Negeri 1 Karangpandan.

0 2 12

ANALISIS POLA PENGEMBANGAN PARAGRAF DALAM KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 3 COLOMADU Analisis Pola Pengembangan Paragraf dalam Karangan Narasi Siswa Kelas VIII SMP Negeri 3 Colomadu.

0 5 14

REDUPLIKASI SISWA KELAS Reduplikasi Pada Karangan Siswa Kelas VIIB SMP N 1 Teras Boyolali.

0 2 14

REDUPLIKASI SISWA KELAS Reduplikasi Pada Karangan Siswa Kelas VIIB SMP N 1 Teras Boyolali.

0 3 14

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS VII A SMP PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN MEDIA CERITA BERGAMBAR PADA SISWA KELAS VII A SMP MUHAMMADIYAH 8 SURAKARTA TAHUN AJARAN 2010/2011.

0 0 13

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENULIS KARANGAN NARASI DENGAN TEKNIK TANDUR PADA SISWA KELAS VIIC Peningkatan Kemampuan Menulis Karangan Narasi Dengan Teknik Tandur Pada Siswa Kelas VIIC SMP Muhammadiyah 1 Surakarta Tahun Ajaran 2010/2011.

0 2 15

ANALISIS FUNGSI DAN MAKNA PREFIKS PADA KARANGAN NARASI SISWA KELAS VIII B Analisis Fungsi Dan Makna Prefiks Pada Karangan Narasi Siswa Kelas VIII B SMP Negeri 2 Banyudono.

0 3 10