45 pendidikan agama Islam bukan hanya memperhatikan aspek kognitif saja,
tetapi juga sikap dan keterampilan peserta didik. Peserta didik yang mendapatkan nilai kognitifnya bagus belum bisa
dikatakan telah berhasil jika nilai sikap dan keterampilannya kurang. Begitu pula sebaliknya, jika sikap atau keterampilannya bagus tetapi
kognitifnya kurang, belum bisa dikatakan pendidikan agama Islam itu berhasil. Inilah yang belum memenuhi harapan dan keinginan kita. Contoh
lainnya, hampir sebagian besar umat Islam menginginkan peserta didiknya bisa membaca Al Quran, namun bisakah orang tua mengandalkan kepada
sekolah agar peserta didiknya bisa membaca Al Quran, praktek pendidikan agama Islam di sekolah, bisa mengerti dan mampu melaksanakan pokok-
pokok ajaran agama atau kewajiban-kewajiban ‘ainiyah seperti syarat dan rukun shalat. Maka sekolah nampaknya belum bisa memberikan harapan
itu karena terbatasnya waktu alokasi atau jam pelajaran di sekolah. Cara yang bisa ditempuh guru dalam menambah pembelajaran
pendidikan agama Islam melalui pembelajaran ekstra kurikuler dan tidak hanya pembelajaran formal di sekolah. Pembelajaran dilakukan bisa di
sekolah, yaitu di kelas atau di mushala. Bisa pula di rumah atau tempat yang disetujui. Waktu belajarnya tentu diluar jam pelajaran formal. Cara
ini memang membutuhkan tambahan fasilitas, waktu, dan tenaga guru, tapi itulah tantangan guru yang tidak hanya mengajar tetapi memiliki semangat
dakwah untuk menyebarkan ilmu di mana pun dan kapan pun. Untuk itu diperlukan koordinasi dan kerja sama yang baik antara guru dengan orang
tua serta masyarakat.
E. Kerangka Konseptual
Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang berfungsi untuk membentuk kepribadian anak yang baik. Dalam masa kemajuan sekarang ini,
setiap sekolah membutuhkan beberapa orang guru yang betul-betul berkualitas. Guru merupakan salah satu faktor yang amat penting khususnya
dalam pendidikan formal untuk mewujudkan pencapaian tujuan pembelajaran
46 yang tertuang dalam kurikulum yang keberhasilannya terletak di tangan guru.
Selain itu guru merupakan kurikulum hidup yang memfungsionalkan program pengajaran
serta sebagai ujung tombak
keberhasilan pelaksanaan
pembelajaran. Tujuan sekolah akan dapat dicapai, jika guru yang mengajar di sekolah
tersebut mempunyai kepribadian yang sejalan dengan tujuan sekolah. Oleh karena itu setiap guru hendaknya mempunyai kepribadian yang dapat
dicontoh dan diteladani oleh anak didik, agar menimbulkan persepsi yang baik terhadap guru tersebut, dan menciptakan suasana kelas menjadi hidup
tidak menegangkan, sehingga anak didik akan terdorong untuk mencapai hasil belajar yang tinggi. Anak didik juga akan merasa gembira, aman, dan
merasa dihargai oleh gurunya. Sebaliknya kepribadian guru yang tidak baik atau tidak disenangi oleh anak didik dapat menimbulkan persepsi yang buruk
terhadap guru tersebut, dan akan menciptakan suasana kelas menjadi tegang, anak didik takut bertanya, sehingga anak didik tidak termotivasi dalam
belajarnya. Hal ini akan mempengaruhi minat belajar siswa dalam mengikuti pelajaran dan tercapainya tujuan pembelajaran.
F. Hipotesis Penelitian
Hipotesis adalah anggapan sementara terhadap permasalahan yang penulis angkat dalam skripsi ini sampai terbukti melalui data yang terkumpul
yang sebenarnya perlu diuji. Setelah hipotesis yang dimaksud diuji dengan menggunakan analisis statistik data terbukti kebenarannya, maka hipotesis
tersebut berubah menjadi prinsip atau fakta. Adapun hipotesis penelitian dalam skripsi ini adalah sebagai beriku
Ho : Tidak terdapat hubungan yang positif yang signifikan antara persepsi
siswa terhadap kepribadian guru X dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI Y.
Ha : Terdapat hubungan yang posistif yang signifikan antara persepsi siswa
terhadap kepribadian guru X dengan minat belajar siswa pada mata pelajaran PAI
51
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Metode Penelitian Kuantitatif
Penelitian kuantitatif adalah jenis penelitian yang hasil temuannya diperoleh melalui hitungan atau statistik atau berbasis pada angka. Penelitian
kuantitatif biasanya dipakai untuk menguji suatu teori, untuk menyajikan suatu fakta atau mendeskripsikan statistik, untuk menunjukkan antar variabel
dan ada pula yang bersifat mengembangkan konsep, mengembangkan pemahaman atau mendeskripsikan banyak hal. Metode yang sering digunakan
adalah experimental, deskripsi, survey, dan menemukan korelasional.
1
Dalam penelitian ini metodologi yang digunakan adalah metode penelitian
kuantitatif.
B. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 3 Bogor yang terletak di Jln. Malabar No. 6 Bogor. Adapun waktu pelaksanaan penelitian dimulai pada
tanggal 1-10 November 2010.
C. Variabel Penelitian
Istilah “variabel bebas” dan “variabel terikat” berasal dari ilmu Matematika, dimana X ialah variabel bebas dan Y merupakan variabel terikat.
1
Nuraida, Metodologi Penelitian, Jakarta: Aulia Publishing, 2008, h.25