Gula Pereduksi Protein Terlarut

semakin meningkatnya kandungan senyawa pembentuk flavor analog daging, senyawa tersebut adalah senyawa-senyawa nitrogen seperti pirazin, pirimidin.

4.2.2.5. Gula Pereduksi

Berdasarkan hasil perhitungan Analisis Variansi Lampiran 7, Tabel 36 menunjukan tidak adanya pengaruh interaksi jenis hasil pemurnian, tekanan membran dan waktu proses pemurnian terhadap kadar gula pereduksi. Demikian pula dengan masing-masing faktor perlakuan tidak berpengaruh secara nyata pada taraf 5. Gula pereduksi merupakan monosakarida yang mempunyai sifat reduksi dengan ukuran partikel lebih kecil 0,001µm dari pada membran 0,2µm sehingga akan lolos dalam permeat. Sedangkan gula pada umumnya disakarida dan monosakarida dapat tertahan pada permukaan membran karena berukuran lebih besar dari 0,2µm 8-20µm Anonim, 2005. Meskipun demikian, faktor kondisi operasi yaitu tekanan dan waktu operasi, kecepatan waktu penggerak dan suhu operasi serta kemungkinan terbentnya fouling oleh menumpuknya komponen lain pada permukaan membran, sifat gula yaitu ukuran partikel, sifat kelarutan dan interaksinya dengan komponen lain dapat berpengaruh terhadap perolehan gula dalam permeat maupun retentat. Gula merupakan komponen dengan kelarutan dalam air yang cukup tinggi sehingga kecenderungan untuk lebih mudah larut sebagai permeat juga cukup besar. 44 Tabel 8. Kandungan Gula pereduksi hasil proses pemurnian mikrofiltrasi Permeat Retentat Jenis Analisis Waktu Proses Tekanan 4 bar Tekanan 6 bar Tekanan 4 bar Tekanan 6 bar 0,5 Menit 262,5 125 200 150 30 Menit 168,75 187,5 237,5 187,5 60 Menit 181,25 200 200 162,5 Gula Pereduksi mgmL 90 Menit 200 162,5 250 250 Seperti ditunjukkan dalam Tabel 8, kadar gula pereduksi cenderung meningkat dalam retentat di kedua tekanan proses yaitu 4 dan 6 bar. Sedangkan pada permeat cenderung meningkat pada tekanan 4 bar 200mgmL dan cenderung menurun pada tekanan 6 bar 162,5 mgmL saat 90 menit proses pemurnian. Nilai gula pereduksi yang cenderung lebih tinggi pada retentat diperkirakan karena adanya fouling karena menumpuknya komponen lain sehingga banyak yang tertahan dan sedikit bagian yang lolos pada permeat.

4.2.2.6. Protein Terlarut

Hasil perhitungan Analisis Variansi Lampiran 7, Tabel 38 menunjukan tidak adanya pengaruh interaksi jenis hasil pemurnian, tekanan membran dan waktu proses pemurnian terhadap protein terlarut. Demikian pula dengan masing- masing faktor perlakuan tidak berpengaruh secara nyata pada taraf 5. Protein terlarut adalah nitrogen dalam protein yang terpecah menjadi peptida dan asam amino. Peptida terlarut mempunyai kisaran ukuran partikel antara 0,01-0,1 µm Beuchat, 1983, sehingga pada membran mikrofiltrasi 0,2µm akan lolos sebagai permeat. Tabel 9 menunjukkan bahwa kandungan protein terlarut pada permeat dan retentat terlihat fluktuatif. Pada tekanan 4 bar terlihat 45 bahwa protein terlarut lebih banyak lolos dalam permeat di 60 menit pemurnian yaitu 6,63mgmL dan turun di 90 menit pemurnian menjadi 5,9mgmL. Pada retentat, kandungan protein terlarut di 60 menit lebih rendah dari permeat yaitu 5,1 mgmL dan meningkat di 90 menit menjadi 6,35mgmL, hal ini disebabkan telah terjadi fouling di 90 menit pemurnian. Tabel 9. Kandungan protein terlarut hasil proses pemurnian mikrofiltrasi Permeat Retentat Jenis Analisis Waktu Proses Tekanan 4 bar Tekanan 6 bar Tekanan 4 bar Tekanan 6 bar 0,5 Menit 5,83 6,05 6,25 5,78 30 Menit 6 5,93 6,43 5,88 60 Menit 6,63 5,95 5,1 6,23 Protein terlarut mgmL 90 Menit 5,9 6,18 6,35 5,65 Pada tekanan yang lebih tinggi yaitu 6 bar lebih mampu mendorong lebih kuat sehingga kandungan protein terlarut semakin meningkat dan pada 90 menit pemurnian mencapai 6,18 mgmL sedangkan pada retentat adalah 5,65mgmL setelah sempat banyak tertahan di 60 menit pemurnian yakni sebesar 6,23 mgmL.

4.2.2.7. Total Protein Hasil perhitungan Analisis Variansi Lampiran 7, Tabel 40 menunjukkan