commit to user
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Ilmu Pengetahuan Alam yang biasa disingkat IPA merupakan mata pelajaran yang diajarkan dari tingkat SD sampai SMA. IPA atau sering juga
disebut Sains merupakan kumpulan produk dan proses yang tidak dapat dipisahkan
“real science is both product and process inseparably joint” Agus. S. 2003:11 dalam
http:www.wikipedia.orgwikiilmu_alam.co.id .
Usman Samatowa 2006 dalam http:www.wikipedia.orgwikiilmu
alam.co.id . mengemukakan beberapa alasan yang menyebabkan Sains
dimasukkan dalam kurikulum Sekolah Dasar, yaitu: 1. Sains berfaedah bagi suatu bangsa, karena pengetahuan dasar untuk teknologi adalah sains sehingga sains
disebut sebagai tulang punggung pembangunan; 2. Bila sains diajarkan secara tepat, sains merupakan mata pelajaran yang memberi kesempatan untuk berfikir
kritis; 3. Jika sains diajarkan melalui percobaan yang dilakukan anak, maka sains bukanlah mata pelajaran yang bersifat hafalan saja; 4. Sains mempunyai nilai-nilai
pendidikan yaitu mempunyai potensi yang membentuk kepribadian anak. Pencapaian Standar Kompetensi SK dan Kompetensi Dasar KD IPA
di SD MI merupakan standar minimum yang secara nasional dicapai siswa dan menjadi acuan pengembangan kurikulum setiap tahunnya. Pencapaian SK dan KD
didasarkan pada pemberdayaan siswa untuk bekerja ilmiah, membangun kemampuan, dan pengetahuan sendiri yang difasilitasi oleh guru. Oleh karena itu,
dalam pembelajaran IPA guru berusaha menjadi fasilitator yang baik agar dapat menanamkan pemahaman konsep kepada siswa tentang materi yang dipelajari.
Pemahaman merupakan pegangan bagi siswa untuk dapat menjawab pertanyaan ulangan Winkel, 1996: 66. Pelajaran IPA membutuhkan pemahaman dan tidak
sekedar menghafal. Untuk mengantisipasi hal tersebut, maka perlu didukung penggunaan media pembelajaran yang sesuai. Penggunaan media pembelajaran
diharapkan dapat membantu efektivitas proses pembelajaran dan penyampaian materi, sehingga dapat memberikan pemahaman terhadap materi pelajaran.
commit to user
2
Realita yang ada di SD, yang diperoleh melalui wawancara dengan guru kelas V SD Negeri Karangtengah 3 dan hasil observasi pra-siklus, pembelajaran
IPA masih menggunakan metode ceramah dan jarang menggunakan media pembelajaran. Dari pembelajaran itu, maka didapatkan nilai pemahaman konsep
yang rendah. Hal itu dibuktikan dari daftar nilai ulangan harian pada konsep “Perubahan Penampakan Bumi dan Benda Langit” siswa kelas V saat duduk di
kelas IV semester II daftar nilai dokumentasi pada lampiran 6 dan nilai tes kemampuan awal
“Struktur Bumi” siswa kelas V semester II SD Negeri Karangtengah 3 Kecamatan Sragen Kabupaten Sragen daftar nilai tes
kemampuan awal pada lampiran 9 dari kedua nilai tersebut, maka dapat dirata- rata menjadi nilai rata-rata pra-siklus. Dari nilai rata-rata pra-siklus, masih ada 17
dari 29 siswa yang mendapatkan nilai di bawah KKM 65 atau prosentase ketuntasan klasikal mencapai 41 dengan nilai rata-rata 58 daftar nilai rata-rata
pra-siklus pada lampiran 33. Dari nilai tersebut, dapat dikatakan bahwa pemahaman konsep siswa masih rendah dan perlu adanya tindakan perbaikan
untuk meningkatkan pemahaman pada konsep struktur bumi, sehingga nilai pemahaman konsep siswa dapat optimal.
Dari hasil wawancara dengan guru kelas pada lampiran 1 dan hasil observasi pra-siklus oleh peneliti pada lampiran 2 dan 3 maka dapat diambil
kesimpulan bahwa faktor yang mempengaruhi rendahnya pemahaman konsep siswa meliputi faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern yang berasal dari
dalam diri siswa, meliputi: kemampuan berfikir, konsentrasi dan keantusiasan mengikuti pelajaran. Dalam pembelajaran, siswa kurang perhatian, konsentrasi
dan antusias mengikuti pelajaran. Hal itu dapat dilihat dari kecenderungan siswa yang melakukan aktivitas di luar pembelajaran seperti: diam melamun, bermain
sendiri, bercerita dengan teman yang lain, dan kurang aktif dalam pembelajaran. Menyimpangnya aktivitas siswa disebabkan siswa bosan mengikuti pelajaran.
Kebosanan siswa dipengaruhi oleh faktor ekstern yang berasal dari luar diri siswa yaitu: guru yang hanya menggunakan metode ceramah dan jarang menggunakan
media pembelajaran. Jika guru menggunakan media pembelajaran yang dapat
commit to user
3
menarik perhatian, keantusiasan, dan rasa ingin tahu siswa, maka siswa dapat konsentrasi sehingga dapat memahami konsep yang diajarkan.
Pemahaman konsep dari suatu materi pelajaran, penting bagi siswa. Menurut Gagne dalam Winkel 2005: 362 menyatakan bah
wa “Penguasaan konsep termasuk dalam kategori hasil belajar kemahiran intelektual”. Jika konsep
sudah dapat dipahami, maka siswa dapat mengingat apa yang telah dipelajari dalam waktu yang lama. Oleh karena itu, dalam melaksanakan perannya, guru
harus menin ggalkan paradigma lama pembelajaran berpusat pada guru “teacher
centered ” dan beralih pada paradigma baru “student centered”. Menurut Mc.
Combs Miller, 2007 dalam David A. Jacobsen, Paul Eggen, Donald Kauchak 2009:
227 “Pengajaran berpusat pada siswa menggambarkan stategi-strategi pengajaran guru lebih memfasilitasi siswa daripada mengajar langsung”, sehingga
guru menempatkan diri sebagai fasilitator yang baik dan dapat menanamkan pemahaman konsep materi pelajaran kepada siswa.
Guru harus dapat mengembangkan kemampuannya untuk menjadi fasilitator yang baik, sehingga mampu menciptakan Pembelajaran yang Aktif,
Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan PAIKEM. Dalam menciptakan pembelajaran tersebut, guru dapat didukung dengan penggunaan media
pembelajaran. Penggunaan media dapat mengurangi gangguan dalam pembelajaran dan dapat meningkatkan aktivitas siswa, apalagi jika sekolah sudah
menyediakan media pembelajaran yang memadai. Perkembangan media pembelajaran sangat pesat, salah satu media yang
saat ini mulai banyak digunakan di SD adalah multimedia. Menurut Turban dkk, 2002 dalam Niken Ariani Dany Haryanto 2010: 11 multimedia adalah
kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output berupa audio suara, musik, animasi, video, teks, grafik dan gambar.
Secara umum multimedia mempunyai dua alur, yaitu: multimedia linier dan multimedia interaktif. Multimedia linier merupakan multimedia yang tidak
dilengkapi dengan alat pengontrol. Multimedia interaktif merupakan multimedia yang dilengkapi dengan alat pengontrol yang dapat dioperasikan
oleh pengguna user. Oleh karena itu, peneliti memilih multimedia interaktif
commit to user
4
sebagai media dalam pembelajaran. Peneliti memilih multimedia interaktif, karena mempunyai keunggulan, yaitu: tampilannya menarik kombinasi audio dan visual
dan bersifat interaktif adanya interaksi antara multimedia dengan pengguna user, sehingga pengguna bisa menetukan proses selanjutnya.
Multimedia interaktif mempunyai banya manfaat, yaitu: sebagai media dalam pembelajaran, game, film, medis, militer, bisnis, desain, arsitektur,
olahraga, hobby, dll Wahono, 2007 dalam Niken Ariani Dany Haryanto 2010:11. Dalam pembelajaran menggunakan multimedia interaktif, siswa tidak
hanya melihat dan mendengar, melainkan juga terlibat dalam penggunaannya. Selain itu, multimedia interaktif juga praktis dan dapat digunakan secara individu,
kelompok, maupun klasikal. Namun, keberadaan multimedia interaktif di SD Negeri Karangtengah 3 Sragen belum didukung kemampuan guru untuk
mengoperasikannya, sehingga multimedia interaktif cenderung tidak dipakai. Penggunaan multimedia interaktif dalam pembelajaran IPA diharapkan
dapat meningkatkan pemahaman konsep siswa pada materi struktur bumi dan memperbaiki aktivitas siswa dalam pembelajaran, sehingga memperoleh nilai
pemahaman konsep yang optimal. Penelitian Francis. M. Dawyer dalam http:www.Ariasmultimedia.wordpress.com20090316multimedia-dalam-dunia
-pendidikaninteraktif , “Pada umumnya manusia dapat mengingat pesan yang
disampaikan melalui tulisan 10, pesan audio 20, visual 30, audio visual 50, dan jika melakukan mencapai 90
”. Dari pernyataan tersebut, pembelajaran menggunakan multimedia interaktif yang mana guru sebagai fasilitator yang baik,
tidak menutup kemungkinan siswa dapat belajar dan menyerap 90 dari materi yang disampaikan. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti melaksanakan
Penelitian Tindakan Kelas Classroom Action Research yang berjudul PENGGUNAAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN
PEMAHAMAN KONSEP STRUKTUR BUMI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI KARANGTENGAH 3 KECAMATAN SRAGEN KABUPATEN
SRAGEN TAHUN PELAJARAN 20102011.
B. Rumusan Masalah