10
diturunkan dari strategi perusahaan. Selain ukuran kinerja finansial masa lalu, balance scorecard juga memperkenalkan pendorong kinrja finansial masa
depan. Pendorong kinerja, yang meliputi perspektif pelanggan, proses bisnis internal, dan pembelajaran serta pertumbuhan, diturunkan dari proses
penerjemahan strategi perusahaan yang dilaksanakan secara eksplisit dan ketat ke dalam berbagai tujuan dan ukuran yang nyata.
Menurut Anthony et.al. dalam Rangkuti 2011: 204, definisi dari balance scorecard adalah ukuran dan sistem manajemen yang memandang
kinerja suatu unit bisnis dari empat perspektif: keuangan, pelanggan, peroses bisnis internal, serta pembelajaran dan pertumbuhan. Sedangkan menurut
Charles H Brandon et.al. dalam Rangkuti 2011: 204, definisi balance scorecard adalah pendekatan sistem untuk mengorganisasikan ukuran kinerja
ke dalam kerangka yang terintegrasi dan mudah dipahami berdasarkan empat perspektif berbeda key variable yang menetapkan sasaran perusahaan.
D. Aspek-aspek yang diukur dalam Balance Scorecard
Menurut Yuwono et.al. 2006: 31, empat aspek pengukur kinerja menggunakan balance scorecard sebagai berikut:
1. Perspektif Keuangan
Pengukuran kinerja keuangan akan menunjukkan apakah perencanaan dan pelaksanaan strategi memberikan perbaikan yang
mendasar bagi keuntungan perusahaan. Pengukuran kinerja keuangan mempertimbangkan adanya tahapan dari siklus kehidupan bisnis, yaitu:
11
bertumbuh growth, bertahan sustain, dan menuai harvest. Tiap tahapan memiliki sasaran yang berbeda, sehingga penekanan
pengukurannya berbeda pula. a.
Bertumbuh Growth adalah tahapan awal siklus kehidupan perusahaan dimana perusahaan memiliki produk atau jasa yang
secara signifikan memiliki potensi pertumbuhan terbaik. Manajemen terikat dengan komitmen untuk mengembangkan suatu produkjasa
dan fasilitas
produksi, menambah
kemampuan operasi,
mengembangkan sistem, infrastuktur, dan jaringan distribusi yang akan
mendukung hubungan
global, serta
membina dan
mengembangkan hubungan dengan pelanggan. Dalam tahap pertumbuhan, perusahaan biasanya beroperasi dengan arus kas yang
negatif dengan tingkat pengembalian modal yang rendah. Tolok ukur kinerja yang cocok dalam tahap ini adalah, tingkat pertumbuhan
pendapatan atau penjualan dalam segmen pasar yang telah ditargetkan.
b. Bertahan Sustain adalah tahapan kedua di mana perusahaan masih
melakukan investasi dalam reinvestasi dengan mengisyaratkan tingkat pengembalian terbaik. Dalam tahap ini, perusahaan mencoba
mempertahankan pangsa
pasar yang
ada, bahkan
mengembangkannya. Investasi yang dilakukan umumnya diarahkan untuk menghilangkan kemacetan, mengembangkan kapasitas, dan
meningkatkan perbaikan operasional secara konsisten. Sasaran PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
keuangan pada tahap ini diarahkan pada besarnya tingkat pengembalian atas investasi yang dilakukan.
c. Menuai Harvest dalah tahapan ketiga di mana perusahaan benar-
benar memanenmenuai hasil investasi di tahap-tahap sebelumnya. Tidak ada lagi investasi besar, baik ekspansi maupun pembangunan
kemampuan baru, kecuali pengeluaran untuk pemeliharaan dan perbaikan fasilitas. Sasaran keuangan utama dalam tahap ini,
sehingga diambil sebagai tolok ukur, adalah memaksimumkan arus kas masuk dan pengurangan modal kerja.
Pengukuran kinerja keuangan untuk bank dapat diukur melalui rasio rentabilitas dan rasio likuiditas sebagai berikut Laksmita, 2011:
1 NPL Non Performing Loan
Rasio kredit diproksikan dengan NPL Non Performing Loan, yang merupakan perbandingan antara total kredit bermasalah terhadap
total kredit yang diberikan. Credit risk adalah risiko yang dihadapi bank karena menyalurkan dananya dalam bentuk pinjaman kepada
masyarakat. Karena berbagai sebab, debitur mungkin saja menjadi tidak memenuhi kewajibannya kepada bank seperti pembayaran pokok
pinjaman, pembayaran bunga, dan lain-lain. 2
Loan to Deposit Ratio LDR Loan to Deposit Ratio LDR adalah rasio antara seluruh jumlah
kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar
13
kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit yang diberikan kepada para debiturnya.
3 Rasio Rentabilitas Rasio Profitabilitas
Rasio rentabilitas merupakan alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh
bank yang bersangkutan. Rasio yang digunakan sebagai berikut: a
Net Profit Margin Menurut Weston dan Copeland 1998, net profit margin
merupakan perbandingan antara laba bersih dengan penjualan. Rasio ini sangat penting bagi manajer operasi karena
mencerminkan strategi penetapan harga penjualan yang diterapkan perusahaan dan kemampuannya untuk mengendalikan beban usaha.
Semakin besar net profit margin berarti semakin efisien perusahaan tersebut dalam mengeluarkan biaya-biaya sehubungan dengan
kegiatan operasinya. b
Return On Assets ROA Menurut Riyadi 2006, return on assets adalah perbandingan
antara keuntungan ebelum biaya bunga dan pajak EBIT = Earning before interest and taxes dengan seluruh aktiva atau kekayaan
perusahaan. Rasio ini menunjukkan kemampuan perusahaan dengan seluruh modal yang ada didalamnya untuk menghasilkan
keuntungan, dengan menggunakan data yang ada pada Neraca dan Perhitungan Laba Rugi pada perusahaan tersebut.
14
c Rasio Efisiensi Biaya Operasional dan Pendapatan Operasional
Rasio efisiensi BOPO merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan
kegiatan operasinya atau rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengendalikan biaya operasional
terhadap pendapatan operasional.
2. Perspektif Pelanggan