Patologi Autoimmune Hemolytic Anemia AIHA

Gambar 1. Klasifikasi AIHA pada Anak Hay, Sondheimer, and Deterding, 2008

3. Patologi

Penyebab dasar produksi autoantibodi pada AIHA adalah sistem kekebalan tubuh yang tidak dapat mengenali host atau self-antigen yang berkaitan dengan kegagalan sel T meregulasi sel B dan cenderung menyebabkan perubahan dalam struktur antigen pada eritrosit Chaundhary et al, 2014. Perubahan struktur antigen pada eritrosit dapat dijelaskan berdasarkan klasifikasi AIHA, sebagai berikut: a. Warm AIHA Rhesus Rh polipeptida seperti Rh null merupakan target patogenik autoantibodi IgG pada warm AIHA Marcus, Attias, and Tamary, 2014 dan memiliki dua gen yaitu RhD yang membawa antigen D dan RhCE yang membawa antigen CE PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI dalam berbagai variasi Westhoff, 2007. Cross-react yang terjadi pada Rh dengan gen yang telah termutasi menyebabkan sistem imun gagal menekan respon autoreaktif dan memicu terjadinya hemolisis DeLoughery, 2013. Temuan terbaru menunjukkan bahwa Rh protein memediasi interaksi kunci dengan sitoskeleton melalui protein 4.2 dan ankyrin Westhoff, 2007. Ankyrin merupakan protein encoding yang berperan dalam aktivitas sel proliferasi, mobilisasi, dan interkasi membran dengan sel lain. Ankyrin dapat dibedakan menjadi dua, yaitu ANK1 yang ditemukan pada eritrosit dan ANK2 yang ditemukan pada otot jantung. Mutasi pada ANK1 menyebabkan terjadinya hemolisis dan sferositosis PubMed, 2016. b. Cold Aglutinin Disease CAD Antibodi IgM pada CAD umumnya menyerang sistem golongan darah Ii. Ekspresi antigen i tinggi umumnya terjadi pada bayi dan setelah usia 18 bulan atau lebih dewasa ekspresi antigen i menurun sedangkan ekspresi antigen I meningkat Marcus et al, 2014. Antibodi anti-I mendeteksi adanya antigen I dan lebih spesifik terhadap antigen i Yu, Twu, Chang, and Lin, 2001. Mutasi gen yang mengkode I beta-1,6-N-acetyl glucosamine transferase I beta-1,6-GlcNAcT, GCNT2 yang bertanggung jawab terhadap konversi antigen i menjadi antigen I menyebabkan ekspresi antigen i lebih tinggi pada dewasa dibandingkan dengan ekspresi antigen I PubMed, 2016. Antibodi anti-I yang lebih spesifik terhadap antigen i akan menempel dan menyebabkan IgM yang telah teraglutinasi pada suhu dingin kemudian menempel pada kompleks tersebut dan mengaktifkan sistem komplemen sehingga menyebabkan terjadinya hemolisis. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI c. Paroxysmal Cold Hemoglobinuria PCH P k dan P merupakan antigen pada permukaan membran eritrosit yang disintesis pada tahapan glycosyltransferase. Mutasi gen A4GALT1 dan B3GALNT1 yang mengkode glycosyltransferase menyebabkan ekspresi antigen P k dan P lebih tinggi dari normal sehingga memicu munculnya IgM danatau IgG3 berikatan membentuk kompleks dengan antigen tersebut dan terjadi hemolisis PubMed, 2016. Beberapa faktor lain yang dapat memicu munculnya autoantibodi, yaitu genetik, infeksi, gangguan inflamasi, obat, dan gangguan limfoproliferatif Chaundhary et al, 2014. Autoantibodi yang mengikat eritrosit dengan struktur antigen berbeda menyebabkan terjadinya hemolisis melalui sistem komplemen Sarper, Kılıç, Zengin, and Gelen, 2011. Komplemen merupakan sistem yang terdiri atas sejumlah protein yang berperan dalam pertahanan pejamu, baik dalam sistem imun non spesifik maupun sistem imun spesifik. Komplemen merupakan salah satu sistem enzim serum yang berfungsi dalam inflamasi, opsonisasi, dan kerusakan lisis membrane pathogen. Terdapat sembilan komponen dasar komplemen yaitu C1 sampai C9 yang bila diaktifkan, dipecah menjadi bagian-bagian yang besar dan kecil C3a, C4a, dan sebagainnya dengan masing-masing fungsi dijabarkan dalam Tabel II. Sistem komplemen yang semula diketahui diaktifkan melalui 2 jalur, yaitu jalur klasik dan alternatif, namun sekarang diketahui juga dapat terjadi jalur lektin. Jalur klasik diaktifkan oleh kompleks imun sedang jalur alternatif dan jalur lektin tidak Baratawidjaja dan Rengganis, 2012 dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Aktivasi Komplemen Jalur Klasik Berentsen et al, 2015 Tabel II. Fungsi Protein Komplemen Protein Komplemen Fungsi C1qrs Meningkatkan permeabilitas vaskuler C2 Mengaktifkan kinin C3a dan C5a Kemotaksis yang mengarahkan leukosit dan juga berupa anafilotoksin yang dapat merangsang sel mast melepas histamin dan mediator lainnya C3b Opsonin dan adherens imun C4a Anafilotoksin lemah C4b Opsonin C5,6,7 Kemotaksis C8,9 Melepas sitolisin yang dapat menghancurkan sel lisis Baratawidjaja dkk, 2012 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Aktivasi sistem komplemen oleh kompleks antigen-autoantibodi menyebabkan terjadinya hemolisis. Hemolisis pada AIHA dapat terjadi di dalam atau di luar kompartemen vaskuler, sebagai berikut: 1 Hemolisis intravaskuler Hemolisis yang terjadi di dalam kompartemen vaskuler dan melepas komponen darah ke dalam plasma biasanya terjadi pada CAD dan PCH. Hemolisis ini jarang ditemui dan terjadi sebagai hasil fiksasi komplemen pada reaksi transfusi, cidera mekanik, atau faktor toksis yang ditandai dengan hemoglobinemia, hemoglobinuria, ikterus, dan hemosiderinuria Porth and Matfin, 2009. 2 Hemolisis ekstravaskuler Hemolisis ekstravaskuler terjadi di dalam fagosit mononukleus umumnya terjadi pada warm AIHA. Eritrosit yang abnormal diasingkan dan difagosit oleh makrofag pada limpa. Manifestasi hemolisis ekstravaskuler termasuk anemia, ikterus, dan ditandai dengan splenomegali Porth et al, 2009. Hemolisis imun hemolisis intravaskuler dan hemolisis ekstravaskuler dapat terjadi tergantung pada: Ig-class dari antibodi IgM dan IgG, kemampuan antibodi untuk mengaktivasi komplemen, dan interaksi antara sistem fagositosis mononuklear. Fagosit penting yang terkait dengan hemolisis imun adalah makrofag, beraksi terutama pada limpa Permono dkk, 2005. Berikut penjelasan hemolisis yang disebabkan oleh interaksi antigen dan Ig- class antibody: a Warm-Type Autoimmune Hemolytic Anemia Warm autoantibody syndrome, terjadi akibat antibodi bereaksi maksimal dengan antigen target pada suhu 37°C. Jenis antibodi hampir pada semua kasus adalah isotope IgG Permono dkk, 2005. Warm AIHA memiliki 2 mekanisme yang menyebabkan hemolisis ekstravaskuler, yaitu Fc receptor-mediated immune adherence dan complement mediated hemolisis dapat dilihat pada Gambar 3. Gambar 3. Mekanisme Penghancuran Eritrosit pada Warm AIHA Berentsen et al, 2015 1 Fc receptor-mediated immune adherence Eritrosit yang dilapisi autoantibodi dapat dihilangkan dari aliran darah melalui 2 mekanisme, yaitu fagositosis dan lisis. Eritrosit yang dianggap sebagai antigen membentuk suatu kompleks dengan autoantibodi sehingga mengaktifkan protein komplemen yang menyebabkan terjadinya fagositosis oleh makrofag limpa dan menyisakan sferosit eritrosit yang memiliki ukuran lebih bulat dan memiliki warna yang padat dibandingkan dengan eritrosit normal, serta tidak memiliki warna pucat dibagian tengah. Fc receptor merupakan reseptor yang berada pada makrofag menempel pada IgG sedangkan CR1 pada makrofag merupakan ligan bagi protein komplemen C3b akan berikatan sehingga menyebabkan terjadinya fagositosis. Proses lisis terjadi dengan terbentuknya kompleks antigen-autoantibodi yang menyebabkan protein komplemen teraktivasi dan menyebabkan lisis. 2 Complement mediated hemolisis Adanya antigen menyebabkan IgG bergabung membentuk kompleks yang mengaktifkan C1 kemudian terpecah menjadi C1q, C1r, dan C1s. C1qrs selanjutnya mengaktifkan C2 dan C4 kemudian menyebabkan C3 teraktivasi dan membentuk C3b yang menempel pada kompleks antigen-autoantibodi. Menempelnya C3b menyebabkan terjadinya lisis eritrosit, dan proses ini terjadi di liver. b Cold Agglutinin Disease CAD Cold Agglutinin CA adalah antibodi IgM yang terikat pada eritrosit pada suhu rendah yaitu 3-4 ⁰C Permono dkk, 2005. CA biasanya ditujukan pada sistem PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI golongan darah Ii, kebanyakan CA pada CAD spesifik terhadap antigen karbohidrat I. Pendinginan darah melalui bagian akral ujung jari, hidung, dan telinga pada sirkulasi memungkinkan CA untuk mengikat eritrosit dan menyebabkan aglutinasi. Mekanisme pengaktifan sistem komplemen pada CAD dapat dilihat pada Gambar 4. Gambar 4. Mekanisme Penghancuran Eritrosit pada Cold AIHA Berentsen et al, 2015 Antigen berikatan dengan kompleks IgM-CA pada permukaan sel yang kemudian mengikat C1 dan dengan demikian memulai komplemen jalur klasik. C1 esterase mengaktifkan C4 dan C2 selanjutnya mengaktifkan C3 konvertase, menyebabkan C3 kemudian dipecah menjadi C3a dan C3b. Setelah kembali ketengah tubuh dengan suhu 37 ⁰C, IgM-CA lepas dari permukaan sel, sementara C3b terikat dengan eritrosit yang kemudian dibawa ke hati untuk difagosit. Namun pada eritrosit yang masih bertahan diikat oleh C3d, yaitu C3b yang telah dipecah. c Paroxysmal Cold Hemoglobinuria PCH Paroxysmal Cold Hemoglobinuria PCH merupakan antibodi cold-reacting dari sub tipe IgG yang jarang. Seperti cold agglutinin, PCH tidak bereaksi dengan eritrosit pada suhu badan, tetapi terikat pada suhu dingin Permono dkk, 2005. Polyclonal cold-reactive komplek IgG-antibodi pada PCH mengikat antigen protein permukaan eritrosit disebut P. Mekanisme pengaktifan sistem komplemen pada PCH dapat dilihat pada Gambar 5. Gambar 5. Mekanisme Penghancuran Eritrosit pada Paroxysmal Cold Hemoglobinuria PCH Berentsenet al, 2015 Antigen dan antibodi anti-eritrosit membentuk kompleks pada suhu 4 ⁰C, kemudian kompleks tersebut mengikat C1 pada suhu 37 ⁰C yang menyebabkan aktivasi C2 dan C4. Selanjutnya C3 konvertase teraktivasi dan dipecah menjadi C3a dan C3b. C3b yang terikat pada kompleks antigen-antibodi anti-eritrosit akan mengaktifkan C5 yang kemudian menyebabkan teraktivasinya protein komplemen C5b,6,7,8,9 dan terjadi lisis sel. Proses yang terjadi pada kedua suhu tersebut disebut antibodi bifase Donath-Landsteiner Hemolysins. Sampel darah pasien pada uji Donath- Landsteiner’s diinkubasi pada suhu 4⁰C dan kemudian pada 37⁰C sedangkan sampel darah lain diinkubasi pada suhu 37 ⁰C tanpa dilakukan preinkubasi pada suhu dingin. Apabila muncul autoantibodi bifase, hemolisis akan terjadi hanya pada sampel dengan preinklusi pada suhu 4 ⁰C. Warm AIHA dan PCH memiliki isotop antibodi yang sama yaitu IgG, sedangkan perbedaan dari kedua jenis AIHA tersebut terletak pada antigen permukaan membran eritrosit warm AIHA: Rh polipeptida, PCH: protein P yang akan diikat oleh antibodi dan dapat dideteksi menggunakan direct coombs test.

4. Gejala dan Tanda AIHA

Dokumen yang terkait

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

2 39 174

Analisa Drug Related Problems (DRPs) pada Pasien Rawat Inap Penyakit Ginjal Kronik dengan Penyakit Penyerta di Rumkital Dr. Mintohardjo Tahun 2014

1 17 174

IDENTIFIKASI DRUG RELATED PROBLEMS (DRPs) PADA PASIEN GANGGUAN LAMBUNG DI INSTALASI RAWAT Identifikasi Drug Related Problems (DRPs) Pada Pasien Gangguan Lambung di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Soeradji Tirtonegoro Klaten Tahun 2015.

0 2 12

EVALUASI DRUG RELATED PROBLEMs (DRPs) POTENSIAL PADA PASIEN HIPERTENSI DI INSTALASI RAWAT INAP Evaluasi Drug Related Problems (DRPs)Potensial pada Pasien Hipertensi di Instalasi Rawat Inap RS "Y" Periode Tahun 2015.

0 7 13

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien dewasa dengan diagnosis Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) di Instalasi Rawat Inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2009-2014.

3 18 145

Evaluasi Drug Related Problems (DRPS) pada pasien Autoimmune Hemolytic anemia (AIHA) dengan komplikasi Systemic Lupus Erythematosus (SLE) di instalasi rawat inap RSUP dr. Sardjito Yogyakarta periode tahun 2009-2014.

1 11 117

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien lansia dengan diagnosis Autoimmune Hemolytic Anemia (AIHA) di instalasi rawat inap RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta periode 2009-2014.

1 17 110

Evaluasi drug related problems [DRPs] pada pengobatan pasien kanker prostat yang dirawat di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2005 - USD Repository

0 0 150

Evaluasi drug related problems (DRPs) pada pasien anak dengue shock syndrome (DSS) di instalasi rawat inap RSUP. Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2008 - USD Repository

1 1 98

Evaluasi Drug Related Problems (DRPs) pada pasien asma pediatri rawat inap : studi kasus di RSUP Dr. Sardjito Yogyakarta tahun 2013 - USD Repository

0 0 141