Nilai Tukar Rupiah LANDASAN TEORI

a. Faktor Fundamental Faktor fundamental berkaitan dengan indikator ekonomi seperti inflasi, suku bunga, perbedaan relatif pendapatan antar negara, ekspektasi pasar dan intervensi bank sentral. b. Faktor Teknis Faktor teknis berkaitan dengan kondisi permintaan dan penawaran devisa pada saat tertentu. Apabila ada kelebihan permintaan, sementara penawaran tetap, maka harga valuta asing akan terapresiasi, sebaliknya apabila ada kekurangan permintaan, sementara penawaran tetap maka nilai tukar valuta asing akan terdepresiasi. c. Sentimen Pasar Sentimen pasar lebih banyak disebabkan oleh rumor atau berita politik yang bersifat insidentil, yang dapat mendorong harga valuta asing naik atau atau turun secara tajam dalam jangka pendek. Apabila rumor atau berita sudah berlalu, maka nilai tukar akan kembali normal. 2. Sistem Kurs Mata Uang Menurut Kuncoro 2001: 26-31, ada beberapa sistem kurs mata uang yang berlaku di perekonomian internasional, yaitu: a. Sistem kurs mengambang floating exchange rate Sistem kurs ini ditentukan oleh mekanisme pasar dengan atau tanpa upaya stabilisasi oleh otoritas moneter. Di dalam sistem kurs mengambang dikenal dua macam kurs mengambang, yaitu : 1 Mengambang bebas murni dimana kurs mata uang ditentukan sepenuhnya oleh mekanisme pasar tanpa ada campur tangan bank sentralotoritas moneter. Sistem ini sering disebut clean floating exchange rate, di dalam sistem ini cadangan devisa tidak diperlukan karena otoritas moneter tidak berupaya untuk menetapkan atau memanipulasi kurs. 2 Mengambang terkendali managed or dirty floating exchange rate dimana otoritas moneter berperan aktif dalam menstabilkan kurs pada tingkat tertentu. Oleh karena itu, cadangan devisa biasanya dibutuhkan karena otoritas moneter perlu membeli atau menjual valuta asing untuk mempengaruhi pergerakan kurs. b. Sistem kurs tertambat pegged exchange rate. Dalam sistem ini, suatu negara mengkaitkan nilai ukar mata uangnya dengan suatu mata uang negara lain atau sekelompok mata uang, yang biasanya merupakan mata uang negara partner dagang yang utama “Menambatkan“ ke suatu mata uang berarti nilai tukar mata uang tersebut bergerak mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. Jadi sebenarnya mata uang yang ditambatkan tidak mengalami fluktuasi tetapi hanya berfluktuasi terhadap mata uang lain mengikuti mata uang yang menjadi tambatannya. c. Sistem kurs tertambat merangkak crawling pegs. Dalam sistem ini, suatu negara melakukan sedikit perubahan dalam nilai tukar mata uangnya secara periodik dengan tujuan untuk bergerak menuju nilai tertentu pada rentang waktu tertentu. Keuntungan utama sistem ini adalah suatu negara dapat mengatur penyesuaian kursnya dalam periode yang lebih lama dibanding sistem kurs tertambat. Oleh karena itu, sistem ini dapat menghindari kejutan-kejutan terhadap perekonomian akibat revaluasi atau devaluasi yang tiba-tiba dan tajam. d. Sistem sekeranjang mata uang basket of currencies. Banyak negara terutama negara sedang berkembang menetapkan nilai tukar mata uangnya berdasarkan sekeranjang mata uang. Keuntungan dari sistem ini adalah menawarkan stabilitas mata uang suatu negara karena pergerakan mata uang disebar dalam sekeranjang mata uang. Seleksi mata uang yang dimasukkan dalam “keranjang“ umumnya ditentukan oleh peranannya dalam membiayai perdagangan negara tertentu. Mata uang yang berlainan diberi bobot yang berbeda tergantung peran relatifnya terhadap negara tersebut. Jadi sekeranjang mata uang bagi suatu negara dapat terdiri dari beberapa mata uang yang berbeda dengan bobot yang berbeda. e. Sistem kurs tetap fixed exchange rate. Dalam sistem ini, suatu negara mengumumkan suatu kurs tertentu atas nama uangnya dan menjaga kurs ini dengan menyetujui untuk menjual atau membeli valas dalam jumlah tidak terbatas pada kurs tersebut. Kurs biasanya tetap atau diperbolehkan berfluktuasi dalam batas yang sangat sempit. Naik turunnya nilai tukar mata uang atau kurs valuta asing bisa terjadi dengan berbagai cara, yakni bisa dengan cara dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara yang menganut sistem managed floating exchange rate , atau bisa juga karena tarik menariknya kekuatan- kekuatan penawaran dan permintaan di dalam pasar market mechanism dan lazimnya perubahan nilai tukar mata uang tersebut bisa terjadi karena empat hal yaitu : a. Depresiasi depreciation adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap mata uang lainnya, yang terjadi karena tarik menarik kekuatan-kekuatan supply dan demand market mechanism . b. Appresiasi appreciation adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap mata uang lainnya, yang terjadi karena tarik menarik kekuatan-kekuatan supply dan demand market mechanism . c. Devaluasi devaluation adalah penurunan harga mata uang nasional terhadap mata uang lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara. d. Revaluasi revaluation adalah peningkatan harga mata uang nasional terhadap mata uang lainnya yang dilakukan secara resmi oleh pemerintah suatu negara.

F. Pengaruh Inflasi, Suku Bunga Dan Nilai Tukar Rupiah Terhadap Indeks

Harga Saham Gabungan a. Pengaruh Inflasi terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Menurut Wijaya 2013:15, penyebab terjadinya inflasi bisa disebabkan karena adanya tarikan permintaan dan desakan biaya. Inflasi tarikan permintaan demand pull inflation terjadi akibat adanya permintaan total yang berlebihan dimana biasanya dipicu oleh membanjirnya likuiditas di pasar sehingga terjadi permintaan yang tinggi dan memicu perubahan pada tingkat harga. Sedangkan inflasi desakan biaya cost pull inflation terjadi akibat adanya kelangkaan produksi atau kelangkaan distribusi, walaupun permintaan secara umum tidak ada perubahan yang meningkat secara signifikan. Pelemahan kurs rupiah terhadap dollar AS dapat memicu terjadinya inflasi desakan biaya karena meningkatnya biaya produksi akibat penggunaan bahan baku impor. Inflasi desakan biaya juga dapat disebabkan oleh adanya kenaikan harga minyak mentah dunia. Bahan Bakar Minyak BBM banyak digunakan sebagai bahan bakar industri sehingga dimasukkan sebagai komponen biaya produksi suatu produk. Kenaikan BBM mengakibatkan kenaikan harga produksi sehingga produsen kemudian menaikkan harga jual produknya dan memicu terjadinya inflasi dimasyarakat. Bagi perusahaan-perusahaan penambangan dan pengolahan minyak bumi, hal ini akan berpengaruh positif karena kenaikan harga minyak mentah ini akan meningkatkan laba bersih sehingga harga saham ikut naik di bursa efek. Naik turunnya harga saham perusahaan-perusahaan tersebut menyebabkan naik turunnya Indeks Harga Saham Gabungan IHSG di bursa efek akibat aksi ambil untung profit taking yang dilakukan oleh para investor. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wijaya 2013, dalam penelitiannya tentang Pengaruh Faktor Internal seperti kurs rupiah, tingkat inflasi dan suku bunga SBI dan Pengaruh Eksternal seperti harga emas dunia dan minyak mentah terhadap IHSG telah membuktikan bahwa kurs rupiah terhadap dollar AS berpengaruh positif sedangkan tingkat inflasi dan suku bunga SBI berpengaruh negatif terhadap IHSG. b. Pengaruh Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. Sebagai bank sentral, Bank Indonesia dapat mengurangi jumlah uang yang beredar di masyarakat melalui penjualan SBI dan menentukan tingkat suku bunga simpanan dan pinjaman Wijaya, 2013:15. BI rate yang telah ditetapkan oleh Bank Indonesia dapat dijadikan sebagai suku bunga acuan oleh bank-bank yang ada di Indonesia dalam menentukan besarnya suku bunga simpanan dan pinjaman serta digunakan oleh Bank Indonesia sebagai sasaran suku bunga SBI yang diinginkan untuk pelelangan pada masa periode tertentu. Tinggi rendahnya tingkat suku bunga atau BI rate ini akan mempengaruhi investasi di pasar modal karena investor dapat mengalihkan dana invetasinya dalam bentuk simpanan di bank lokal dan pembelian SBI di pasar uang sehingga berdampak pada IHSG di Bursa Efek Indonesia BEI. Hal ini telah dibuktikan oleh Lee 1992: 23 maupun Sitinjak dan Kurniasari bahwa tingkat bunga berpengaruh negatif terhadap Indeks Harga Saham Gabungan IHSG. c. Pengaruh Nilai Tukar Rupiah Terhadap Pergerakan IHSG Dalam penelitiannya, nilai tukar rupiah adalah harga rupiah terhadap mata uang negara lain. Jadi, nilai tukar rupiah merupakan nilai dari suatu mata uang yang ditranslasikan terhadap mata uang negara lain. Kurs inilah sebagai salah satu indikator yang mempengaruhi aktifitas di pasar saham maupun pasar uang karena invstor cenderung berhati-hati untuk melakukan investasi. Menurunnya kurs rupiah terhadap mata uang asing khususnya dollar AS memiliki pengaruh negatif terhadap ekonomi dan pasar modal Sitinjak dan Kurniasari 2003. Nilai tukar mata uang suatu negara akan sangat penting dalam perekonomiannya, nilai kurs akan terlihat dalam dunia investasi, dikarenakan era globalisasi dimana investasi tidak hanya akan datang dari dalam negeri, namun juga berasal dari luar negeri. Sehingga nilai tukar akan sangat berpengaruh terhadap saham-saham dan harga saham di bursa efek. Apabila nilai tukar mengalami pelemahan, maka hal tersebut akan menggambarkan ketidakstabilan perekonomian suatu negara, dengan demikian akan terjadi penarikan cash yang dilakukan investor asing karena dinilai kurang baiknya ekonomi negara tersebut. Hal tersebut akan memicu aksi jual saham-saham di bursa efek dan mengakibatkan turunnya IHSG. Demikian pula sebaliknya. Apabila suatu negara mengalami ekonomi yang

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

3 67 113

Pengaruh Tingkat Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Tukar Rupiah, Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia

1 37 92

Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 18 83

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2009

2 39 90

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi Dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004 – 2008

2 70 81

PENGARUH INFLASI,SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)DI BURSA EFEK INDONESIA

2 27 51

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, SUKU BUNGA, INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (M1) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

4 27 32

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008 - 2012.

0 0 24

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)

0 0 9

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI , TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 8