Analisis Deskriptif Uji Normalitas

Menurut Sawieo, 2010, heteroskedastisitas adalah varian residual yang tidak sama pada semua pengamatan dalam suatu persamaan regresi. Dimana regresi yang baik seharusnya tidak terjadi heteroskedastisitas. Regresi yang baik adalah regresi yang memiliki kesamaan varian residual suatu periode pengamatan dengan periode pangamatan yang lain, atau adanya hubungan antara nilai yang diprediksi dengan studentized delete residual nilai tersebut sehingga dapat dikatakan regresi tersebut homoskedastisitas. Cara memprediksi ada tidaknya heteroskedastisitas pada suatu persamaan regresi dapat dilihat dari pola gambar scatterplot persamaan tersebut Nugroho 2005:62.

c. Uji Autokorelasi

Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam suatu model regresi linear ada korelasi antara kesalahan penggangu pada periode t dengan kesalahan periode t ‐1 sebelumnya Thobarry, 2009. Jika terjadi korelasi maka dinamakan ada problem autokorelasi. Model regresi yang baik adalah yang bebas autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi, dapat dilakukan uji statistik melalui uji Durbin ‐ Watson DW test Ghozali, 2001. Dasar pengambilan keputusan ada tidaknya autokorelasi adalah sebagai berikut: 1. Bila nilai DW terletak diantara batas alas atau upper bound du dan 4- du maka koefisien autokorelasi = 0, berarti tidak ada autokorelasi. 2. Bila nilai DW lebih rendah dari pada batas bawah atau lower bound dl dan 4-du maka koefisien autokorelasi 0, berarti ada autokorelasi positif. 3. Bila nilai DW lebih besar dari 4-du maka koefisien autokorelasi 0, berarti ada autokorelasi negatif. 4. Bila nilai DW terletak antara du dan dl atau DW terletak antara 4-du dan 4-di maka hasilnya tidak dapat disimpulkan.

4. Pengujian Hipotesis

Untuk menguji hipotesis yang telah ditentukan teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi linier berganda. Alat analisis ini digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel laju inflasi, tingkat suku bunga dan nilai tukar rupiah terhadap indeks harga saham gabungan di BEI.

5. Pengujian Goodness of Fit

Koefisien determinasi R2 bertujuan untuk mengetahui kekuatan variabel independen menjelaskan variabel dependen.

Dokumen yang terkait

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi, dan Suku Bunga SBI Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan di Bursa Efek Indonesia Periode 2009-2014

3 67 113

Pengaruh Tingkat Bunga Sertifikat Bank Indonesia, Nilai Tukar Rupiah, Dan Tingkat Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia

1 37 92

Analisis Pengaruh Inflasi, Nilai Tukar Rupiah Dan Indeks Dow Jones Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Di Bursa Efek Indonesia (BEI)

2 18 83

Analisis Pengaruh Harga Minyak Dunia, Nilai Tukar, Inflasi dan Suku Bunga SBI terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2006-2009

2 39 90

Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Inflasi Dan Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia Terhadap Pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan Di Bursa Efek Indonesia Periode 2004 – 2008

2 70 81

PENGARUH INFLASI,SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG)DI BURSA EFEK INDONESIA

2 27 51

PENGARUH NILAI TUKAR RUPIAH, SUKU BUNGA, INFLASI, JUMLAH UANG BEREDAR (M1) TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA (BEI)

4 27 32

Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Inflasi, dan Suku Bunga terhadap Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) di Bursa Efek Indonesia (BEI) Periode 2008 - 2012.

0 0 24

PENGARUH INFLASI, SUKU BUNGA, DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (Studi pada Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2017)

0 0 9

ANALISIS PENGARUH TINGKAT INFLASI , TINGKAT SUKU BUNGA SBI DAN NILAI TUKAR RUPIAH TERHADAP INDEKS HARGA SAHAM GABUNGAN (IHSG) DI BURSA EFEK INDONESIA

0 0 8