Audit Internal LANDASAN TEORI

kesalahan dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atau sebab-sebab lainnya. c. Profesionalisme auditor professionalism of the internal audit department. Kriteria dari profesionalisme adalah: 1 Independensi 2 Integritas seluruh personil pemeriksaan 3 Kejelian dan ketajaman review pimpinan tim pemeriksa 4 Penampilan, sikap, dan perilaku pemeriksa 5 Kesanggupan dan kemampuan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan auditee atas permasalahan yang diajukan 6 Kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikasi dan didapatnya tanggapan yang baik dari auditee atau manajemen puncak 7 Pendidikan dan keahlian para pemeriksa d. Peringatan dini absence of surprise. Auditor dapat memberikan laporan peringatan dini baik dalam bentuk formal maupun informal mengenai kelemahan ataupermasalahan operasi perusahaan serat kelemahan pengendalian manajemen. e. Kehematan biaya pemeriksaan cost effectiveness of the internal audit department. Output dari suatu biaya pemeriksaan tidak dapat diukur. Bila pemeriksaan yang dilakukan mampu meminimalisasi biaya tanpa mengurangi nilai tambah yang dihasilkan, maka pemeriksaan sudah efektif ditinjau dari tolak ukur ini. f. Pengembangan personil development of people. Jika pengembangan personil dianggap menjadi peran yang penting, maka pimpinan auditor akan menggunakan waktunya dalam pembinaan untuk penempatan dan pengembangan stafnya. g. Umpan balik dari manajemen lainnya operating management’s feedback. Umpan balik dari manajemen lainnya bersifat subjektif dan sangat dipengaruhi oleh profesi auditor itu sendiri. Sampai sejauh mana dukungan yang diberikan oleh para manajemen lainnya terhadap para auditor dalam melaksanakan kegiatan pemeriksaan. h. Meningkatnya jumlah pemeriksaan number of requests for audit work. Semakin baik dan semakin meningkatnya kemampuan auditor maka manfaat dari audit ini akansemakin dirasakan, dengan semakin dirasakannya manfaat tersebut, maka jumlah pemeriksaan pun akan semakin meningkat seiring dengan perkembangan. i. Tercapainya program pemeriksaan. Meliputi tindakan evaluasi terhadap risiko objek yang diperiksa serta jaminan bahwa bidang-bidang yang berisiko tinggi telahditempatkan sebagai prioritas utama dalam perencanaan pemeriksaan. Menurut Tugiman 1997 untuk mencapai fungsi audit internal yang efektif, terdapat lima faktor atau syarat yang harus dipertimbangkan yaitu: a. Akses, berkaitan dengan masalah ketersediaan informasi yang diperlukan oleh auditorinternal untuk melaksanakan audit. Aksesnya dapat bersumber dari: 1 Fasilitas, meliputi seluruh realitas fisik yang mungkin dapat memberikan informasi bagi auditor yang melakukan observasi langsung. 2 Catatan, yang mewakili realitas walaupun bukan realitas itu sendiri. 3 Orang, terutama bila fasilitas dan catatan kurang mendukung. b. Objektivitas, merupakan keadaan jiwa yang memungkinkan seseorang untuk merasakan sesuatu realitas seperti apa adanya. Hal tersebut dapat dicapai melalui kesadaran, pengetahuan formal, pengetahuan berdasarkan pengalaman ketekunan dan tidak adanya kecondongan emosional. c. Kebebasan berpendapat, merupakan suatu keadaan yang memungkinkan suatu auditor untuk menyatakan sesuatu yang diketahuinya tanpa rasa takut adanya konsekuensiyang buruk bagi status dan pemisahan organisasional sangat membantu kebebasan berpendapat. d. Ketekunan, pada umumnya ketekunan merupakan kualitas yang berasal dari dalam diri auditor sehingga dapat dipengaruhi untuk menjadi lebih baik atau lebih buruk. Ketekunan dapat diperkuat dengan pemberian isyarat menyangkut maksud atasan sesungguhnya serta status organisasional yang memadai. e. Ketanggapan, menurut perhatian auditor terhadap berbagai temuan dan pembuatan keputusan. Adanya tindakan korektif bila dipandang perlu. Ketanggapan sangat dipengaruhi oleh status organisasional auditor internal.

C. Penelitian Terdahulu

Penelitian oleh Gumilang 2009 bertujuan mengetahui apakah peranan audit internal berpengaruh terhadap penerapan GCG. Penelitian ini menggunakan jumlah sampel 34 responden dari seluruh pegawai SPI PT Perkebunan Nusantara III Persero Medan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa peranan audit internal memiliki pengaruh signifikan positif terhadap penerapan GCG. Penelitian selanjutnya adalah penelitian oleh Qintharah 2014. Penelitian tersebut memiliki tujuan untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh antara peranan audit internal terhadap penerapan GCG. Penelitian dilakukan di beberapa perusahaan di wilayah Makassar dengan menyebarkan kuesioner ke responden yang merupakan auditor internal sebanyak 50 sampel. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh antara peranan audit internal terhadap penerapan GCG. Meskipun kedua penelitian ini memiliki hasil penelitian yang sama namun ternyata tingkat hubungankorelasi yang dihasilkan adalah berbeda. Hasil analisa pada penelitian yang dilakukan oleh Gumilang 2009 menunjukkan R Square 0,148 yang berarti hubungankorelasi antara peranan audit internal terhadap penerapan GCG tidak mempunyai hubungan yang kuat. Di sisi lain, penelitian oleh Qintharah 2014 menunjukkan hasil R squarenya memiliki nilai 0,663 yang artinya terdapat hubungankorelasi yang cukup kuat antara peranan audit internal terhadap penerapan GCG.

D. Kerangka Pemikiran dan Pengembangan Hipotesis

Penelitian ini memiliki dua variabel, yaitu efektivitas peran audit internal, dan penerapan GCG. Audit internal dibutuhkan dalam aktivitas perusahaan, salah satunya adalah untuk mendukung terwujudnya GCG. Hal tersebut juga didukung oleh Kumaat 2011:35yang mendefinisikan audit internal sebagai berikut : Audit Internal adalah agen yang paling “pas” untuk mewujudkan Internal Control, Risk Management dan Good Corporate Governance yang pastinya akan memberi Nilai Tambah bagi Sumber Daya dan Perusahaan”. GCG sendiri adalah suatu mekanisme tata kelola organisasi secara baik dalam melakukan pengelolaan sumber daya organisasi secara efisien, efektif, ekonomis ataupun produktif dengan prinsip-prinsip terbuka, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independen, dan adil dalam rangka mencapai tujuan organisasi Syakhroza: 2003. Audit internal dilakukan oleh orang bagian dalam perusahaan yang mengetahui kinerja sehari-hari perusahaan, dan memang berkemampuan untuk memantau dan mengawasi jalannya operasi perusahaan sehingga tujuan audit tercapai. Dalam pelaksanaan GCG, sebuah perusahaan harus memiliki lima prinsip sesuai dengan Komite Nasional Kebijakan Governace KNKG 2006yang meliputi transparansi, akuntabilitas, pertanggungjawaban, independensi, dan kewajaran. Menurut Latifa Agustin 2010 dalam penelitiannya, diperlukan auditor internal yang memiliki kompetensi memadai dan independensi agar dapat melakukan pengawasan, menegakkan peraturan dan dapat menjadi konsultan atau katalisator antara pihak manajemen dengan auditor internal maupun eksternal. Apabila auditor kurang memiliki kompetensi, lemah dalam koordinasi, dan mudah dipengaruhi maka akan berpengaruh buruk bagi proses GCG. Perusahaan akan menjadi tidak transparan dan rawan dengan tindak kecurangan. Oleh karena itu audit internal harus efektif pelaksanaannya. Audit internal dikatakan efektif bila memenuhi kesembilan indikator menurut Standar Profesi Audit Internal SPAI misalnya, memiliki kompetensi yang baik dan independensehingga syarat terwujudnya GCG dapat terpenuhi. Maka dapat dikatakan bahwa semakin efektif audit internal maka semakin baik penerapan GCG. X Y Ha Gambar 2.1. Kerangka Pemikiran Berdasarkan kerangka pemikiran di atas maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut: Ha : Efektivitas Audit Internal memiliki pengaruh positif terhadap penerapan good corporate governance Efektivitas Peran Audit Internal Penerapan Good Corporate Governance