Corporate Governance dan Good Corporate Governance

d. Independensi Independency Untuk melancarkan pelaksanaan asas GCG, perusahaan harus dikelola secara independen sehingga masing-masing organ perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak dapat diintervensi oleh pihak lain. e. Kewajaran dan Kesetaraan Fairness Dalam melaksanakan kegiatannya, perusahaan harus senantiasa memperhatikankepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya berdasarkan asas kewajaran dan kesetaraan. Prinsip-prinsip GCG menurut Keputusan Menteri BUMN Nomor Kep- 117M-MBU2002 tanggal 31 Juli 2002, meliputi: a. Transparansi transparency, yaitu keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengungkapkan informasi material dan relevan mengenai perusahaan; b. Akuntabilitas accountability, yaitu kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban Organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif; c. Pertanggungjawaban responsibility, yaitu kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; d. Kemandirian independency, yaitu keadaan di mana perusahaan dikelola secara independen tanpa benturan kepentingan dan pengaruhtekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat; e. Kewajaran fairness, yaitu keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak- hak Pemangku Kepentingan stakeholders yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundang-undangan. Setelah diamati ternyata prinsip-prinsip GCG yang dikeluarkan oleh KNKG dan Keputusan Menteri BUMN adalah memiliki persamaan. 4. Unsur-Unsur GCG Unsur-unsur dalam GCG menurut Tunggal 2002:36-49 terdiri atas: a. Pemegang saham dan RUPS. Hak pemegang saham harus dilindungi, agar pemegang saham dapat melaksanakannya berdasarkan prosedur yang benar dan ditetapkan oleh perusahaan, sesuai dengan peraturan dan perundang – undangan yang berlaku. Hak-hak para pemegang saham pada dasarnya adalah: 1 Mengamankan registrasi dan kepemilikan saham, 2 Menyerahkan atau memindahkan saham, 3 Mendapatkan informasi yang relevan secara tepat waktu dan kontinyu, 4 Ikut serta dan memiliki hak suara dalam RUPS, 5 Menerima keuntungan sebanding dengan jumlah saham yang dimilikinya dalam bentuk dividen dan pembagian keuntungan lainnya. b. Dewan Komisaris Dewan komisaris bertanggung jawab dan berwenang dalam mengawasi tindakan direksi, dan jika perlu dapat memberikan nasihat kepada direksi. Fungsi dewan komisaris yaitu sebagai wakil pemegang saham dalam melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada direksi dalam rangka menjalankan kepengurusan perusahaan yang baik. c. Direksi Direksi bertugas untuk mengelola perusahaan. Direksi wajib mempertanggungjawabkan tugasnya kepada pemegang saham melalui RUPS. Direksi harus melaksanakan tugasnya dengan baik demi kepentingan perusahaan dan Direksi harus memastikan agar perusahaan melaksanakan tanggung jawab sosialnya serta memperhatikan kepentingan stockholders. d. Eksternal Auditor Eksternal auditor harus ditunjuk oleh RUPS dari calon yang diajukan oleh Dewan Komisaris berdasarkan usulan Komite Audit. Eksternal audit bertanggung jawab memberikan opini atau pendapat terhadap laporan keuangan perusahaan. Laporan eksternal auditor adalah bentuk dari opini mereka mengenai laporan keuangan. Meskipun laporan keuangan tanggung jawab manajemen, tetapi eksternal auditor bertanggung jawab untuk menilai kewajaran pernyataan manajemen dalam laporan audit mereka. e. Komite Audit Dewan Komisaris wajib membentuk Komite Audit beranggotakan satu atau lebih Dewan Komisaris. Keanggotaan Komite Audit sekurang- kurangnya terdiri dari tiga orang sekaligus, seoran diantaranya merupakan Komisaris independen perusahaan yang sekaligus merangkap sebagai ketua Komite Audit, sedangkan anggota lainnya merupakan pihak ekstern perusahaan yang independen dimana setidaknya satu diantaranya memiliki kemampuan di bidang akuntansi dan keuangan. f. Auditor Intern Didalam perusahaan yang menerapkan prinsip-prinsip A Good Corporate Governance, fungsi audit intern antara lain berperan dalam : 1 Membantu manajemen dalam menilai resiko-resiko utama yang dihadapi perusahaan dan memberikan nasihat kepada manajemen. 2 Mengevaluasi struktur pengendalian intern dan bertanggung jawab kepada Komite Audit. 3 Menelaah peraturan Corporate Governance minimal setahunsekali. g. Sekretaris Perusahaan Sekretaris perusahaan harus dilaksanakan oleh salah seorang pejabat perusahaan yang khusus untuk melaksanakan fungsinya. Sekretaris perusahaan harus memiliki akses terhadap informasi material dan relevan yang berkaitan dengan perusahaan dan menguasai peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sekretaris perusahaan bertanggung jawab kepada Direksi perusahaan. h. Manajer dan Pekerja Manajer bertanggung jawab untuk : 1 Kelangsungan hidup perusahaan. 2 Memperpanjang umur perusahaan ke masa depan melalui inovasi, pengembangan manajemen, ekspansi pasar, serta cara lain yang dapat digunakan untuk memberikan nilai tambah kepada perusahaan. 3 Menyeimbangkan permintaan dari seluruh kelompok dengan cara sedemikian rupa sehingga perusahaan dapat mencapai tujuannya. i. Stakeholders Lainnya Stakeholders diberi kesempatan untuk memantau pemenuhan peraturan perundang-undangan yang berlaku dan menyampaikan masukan kepada Direksi mengenai hal tersebut. Perusahaan juga harus memberikan informasi yang diperlukan oleh stakeholders demi kepentingan bersama.

B. Audit Internal

1. Definisi Audit Internal Kumaat 2011: 35 mendefinisikan audit internal sebagai berikut adalah: Audit Internal adalah agen yang paling “pas” untuk mewujudkan Internal Control, Risk Management dan Good Corporate Governance yang pastinya akan memberi Nilai Tambah bagi Sumber Daya dan Perusahaan. Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa sekarang audit intern harus mampu menjadi konsultan perusahaan strategic partner yaitu lembaga yang dapat memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi oleh auditee. 2. Fungsi Audit Internal Menurut SPAI Standar Profesional Audit Internal yang dikeluarkan Konsorsium Organisasi Profesi Audit Internal 2004: 21, fungsi audit internal dinyatakan sebagai berikut : “Fungsi audit internal harus membantu organisasi dalam memelihara pengendalian intern yang efektif dengan cara mengevaluasi kecukupan, efisiensi dan efektivitas pengendalian tersebut, serta mendorong peningkatan pengendalian intern secara berkesinambungan .” 3. Efektivitas Audit Internal Menurut Standar Profesi Audit Internal SPAI yang terdapat dalam Tugiman 1997 terdapat sembilan indikator efektivitas audit internal yaitu sebagai berikut: a. Kelayakan dan arti penting temuan pemeriksaan beserta rekomendasinya reasonableand meaningful findings and recommendations. Tolak ukur ini untuk melihat apakah suatu temuan dan rekomendasi dari audit internal dapat memberikan nilai tambah bagi auditee dan apakah dapat dipergunakan oleh manajemen sebagai suatu informasi yang berharga. b. Respon dari objek yang diperiksa auditee’s response and feedback. Berkaitan dengantolak ukur pertama tetapi berkenaan dengan umpan balik dan respon dari auditee. Apakah temuan atau rekomendasi tersebut dapat diterima dan dioperasionalisasikan oleh auditee. Temuan pemeriksaan dan rekomendasi dari auditor yang tidak dapatdioperasionalisasikan dan tidak mendapat respon dari auditee kemungkinan pula terjadi karena adanya kesalahan dalam proses pemeriksaan yang dilakukan oleh auditor atau sebab-sebab lainnya. c. Profesionalisme auditor professionalism of the internal audit department. Kriteria dari profesionalisme adalah: 1 Independensi 2 Integritas seluruh personil pemeriksaan 3 Kejelian dan ketajaman review pimpinan tim pemeriksa 4 Penampilan, sikap, dan perilaku pemeriksa 5 Kesanggupan dan kemampuan dalam memberikan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan auditee atas permasalahan yang diajukan 6 Kemampuan tim pemeriksa dalam melakukan komunikasi dan didapatnya tanggapan yang baik dari auditee atau manajemen puncak 7 Pendidikan dan keahlian para pemeriksa d. Peringatan dini absence of surprise. Auditor dapat memberikan laporan peringatan dini baik dalam bentuk formal maupun informal mengenai kelemahan ataupermasalahan operasi perusahaan serat kelemahan pengendalian manajemen. e. Kehematan biaya pemeriksaan cost effectiveness of the internal audit department. Output dari suatu biaya pemeriksaan tidak dapat diukur. Bila pemeriksaan yang dilakukan mampu meminimalisasi biaya tanpa mengurangi nilai tambah yang dihasilkan, maka pemeriksaan sudah efektif ditinjau dari tolak ukur ini.