BAB IV GAMBARAN UMUM GOEBOEX COFFEE
A. Sejarah Singkat Goeboex Coffee
Awalnya adalah kejelian melihat peluang, memanfaatkan momentum, dan membidik segmen pasar. Lalu dipadukan dengan kemauan mendengarkan,
konsistem berinovasi, dan kepiawaian menciptakan nilai bagi pelanggan. Hasilnya, pertumbuhan Goeboex Coffee terus melesat. Di saat kebanyakan teman-
teman seusianya sibuk berjalan-jalan dan berbelanja di mall atau menghabiskan waktu untuk clubbing, Dwi Kartika Sari malah sibuk mengurusi berbagai
bisnisnya yang terus beranjak naik. la mulai merintis bisnis sejak usia sangat dini. “Sejak kecil saya sudah doyan duit,” katanya bercanda. Sewaktu di bangku SMA
Sari telah mencoba berjualan gaun babydoll yang waktu itu sedang in. Di awal masa kuliahnya, ia juga pernah mencoba berjualan aksesori rambut bersama
sahabat akrabnya, Adelia Pradifta. Berdua mereka membeli aksesori secara grosiran untuk kemudian dikemas ulang dan diberi merk Delary yang diambil dari
perpaduan nama Adel dan Sari. Produk ini lalu dijual eceran kepada teman-teman kuliah. “Walau barangnya kecil, tapi untungnya lumayan lho. Setiap piece kita
bisa dapat 50,” kenang Sari. Lagi-lagi didorong keinginan untuk memiliki penghasilan sendiri, di tahun-tahun pertama kuliah Sari juga pernah mencoba
mencari kerja sambilan yaitu pramuniaga di sebuah toko mutiara. Keinginan ini
bukan lantaran kekurangan uang jajan. Ayahnya yang pensiunan Pertamina sangat mampu mencukupi biaya bulanan bagi anak-
anaknya. “Saya hanya ingin PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
merasakan uang dari hasil keringat sen diri,” katanya. Orang tuanya berkali-kali
mendesaknya untuk keluar dan menawari untuk mengganti sejumlah gaji bulanan yang ia dapatkan. Namun Sari berpikiran lain. “Kalau begini, ketimbang menjadi
karyawan, lebih baik bikin usaha sendiri.” Maka ia pun memutuskan untuk segera terjun ke kancah usaha dan belajar
sambil jalan dari pengalaman. “Lebih cepat diwujudkan lebih baik,” ujarnya. Pikiran itulah yang kemudian mengantarnya untuk berkongsi bersama beberapa
rekan kampusnya untuk membangun gerai pertamanya bukan Goeboex Coffee dengan beberapa orang teman. Namun usaha ini hanya bertahan beberapa bulan.
Alih-alih sepakat memajukan usaha, begitu mulai berkembang seorang mitranya malah menyalahi kontrak. Sari pun memutuskan mengundurkan diri dari kongsi
tersebut. Gadis kelahiran 3 Januari 1987 ini mengaku tak menyesali peristiwa ini. Bahkan pengalaman itu dijadikannya sebagai pelajaran berharga. Tak mau
kehilangan momentum, Sari menggandeng orang-orang yang bisa dipercayainya. Ia mengajak Fandy Hanifan, kakaknya semata wayangnya, serta sahabat setianya
Adel, untuk membuka lagi usaha serupa. Usaha yang dimulai dengan modal sekitar Rp 60 juta join inilah yang mereka namai Goeboex Coffee tadi. Goeboex
Coffee berdiri pada tanggal 26 januari tahun 2006 di J1. Perumnas, Caturtunggal, Depok, Sleman, Yogyakarta. Bertiga mereka mengelolanya dengan konsep
kekeluargaan. Ia juga tak mau menambah kongsi. “Soalnya saya rasakan mencari mitra yang bisa dipercaya itu benar-benar susah. Lagi pula makin banyak kepala
dan bisnis, se makin sulit pula menyatukan suara,” tambahnya. Tak berlama-lama,
soft opening langsung digelar. Dengan penuh semangat mereka melakukan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
promosi dari kampus ke kampus. Tak tanggung-tanggung, mereka juga menggelar event dengan menampilkan band Indie asal Yogyakarta yang sedang digandrungi
mahasiswa dan kaum muda umumnya. Mereka juga mengundang komunitas- komunitas untuk menjadikan gerai ini sebagai tempat nongkrong mereka.
“Berdasarkan pengamatan saya lihat banyak kebutuhan akan tempat nongkrong anak muda, kh
ususnya mahasiswa,” ujar mahasiswa Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada UGM ini.
Sesuai namanya Goeboex Coffee, konsep gerai kopi yang di tanah seluas 300 m2 ini berbentuk bangunan gubuk tradisional yang sangat sederhana
dan banyak ruangan terbuka. Namun konsep terbuka dan terkesan santai inilah
justru membuatnya nyaman berlama-lama menyeruput kopi dan dihembus angin yang semilir. Berkiblat pada Kopi Blandongan, core business Goeboex Coffee
memang kopi tradisional yang disukai kaum, pria. Namun untuk lebih memperluas pasar ke segmen wanita, mereka menyediakan variasi lebih banyak.
Strategi itu sekaligus bisa menjadi senjata untuk masuk ke segmen atas maupun bawah.
Alhasil pelanggan pun terus berdatangan, sehingga dalam tempo tak sampai setahun Goeboek Coffee perlu memperluas gerainya menjadi 700 m2,
bahkan menjadi 2.300 m2. Lalu, Sari juga membangun Goeboex Futsal – olahraga
yang belakangan sangat digemari anak muda. Hasilnya, lagi-lagi ia harus memperluas lahan hingga 3.000 m2. Kini setiap malamnya pengunjung Goeboex
Coffee rata-rata mencapai di atas 250 orang. Banyak yang dilakukan Sari untuk menjaga kemesraan hubungan dengan
pelanggan ini. “Kami senantiasa berusaha meningkatkan layanan dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
menghadirkan berbagai inovasi,” katanya memaparkan rahasia suksesnya. Tak kalah pentingnya adalah kesediaan tim Goeboex untuk mendengarkan masukan
dari pelanggan, sehingga mereka merasa seperti berada di rumah sendiri. Harga yang dipatok pun disesuaikan dengan sasaran pasar, yang terutama kalangan
pelajar dan mahasiawa. Kini, dengan luas gerai sekitar 3.000 m2, warung kopi ini mampu menghasilkan omset sebesar Rp 180 juta per bulan. Pendapatan hariannya
berkiaar Rp 3-8 juta. Pada akhir pekan, jumlah pengunjung menembus angka 400 orang semalam, membuat senyuman Sari kian sumringah. Setiap sen keuntungan
langsung dimasukkan dalam rekening untuk program up grade Goeboex Coffee Dengan prinsip itu break event point lebih cepat dicapai. Sebagai gambaran,
program perluasan warung dari 2.000 m2 menjadi 3.000 m2 pada bulan Agustus 2008, sudah balik modal dalam waktu tidak sampai 8 bulan.
B. Operasional Goeboex Coffee