Jenis-Jenis Fasilitas Fasilitas Koleksi Perpustakaan

2.6 Jenis-Jenis Fasilitas

Penyediaan fasilitas di perpustakaan merupakan hal yang penting karena dapat menunjang kelancaran kegiatan perpustakaan secara optimal sehingga tugas dan fungsi perpustakaan perguruan tinggi dapat terlaksana. Menurut Moenir yang dikutip oleh Nurbiyanti 2009:10-11, ”Fasilitas dapat dibedakan menjadi dua yaitu fasilitas fisik dan fasilitas non fisik”. Dari uraian jenis fasilitas di atas, di dalam penelitian ini yang dimaksud fasilitas fisik yaitu segala sesuatu yang berupa benda atau yang dibendakan yang mempunyai peranan untuk memudahkan usaha seperti gedung dan ruangan perpustakaan, koleksi perpustakaan dan layanan perpustakaan. Sedangkan fasilitas non fisik dalam penelitian ini seperti kenyamanan ruangan perpustakaan meliputi penataan ruangan, temperatur ruangan, ventilasi udara, serta pencahayaan. 2.7 Fasilitas Gedung dan Ruang Perpustakaan 2.7.1 Fasilitas Gedung Perpustakaan Gedung perpustakaan merupakan salah satu fasilitas perpustakaan yang mutlak perlu ada sebab perpustakaan tidak mungkin digabungkan dengan unit kerja lainnya di dalam satu ruangan. Membangun perpustakaan sama halnya dengan membangun gedung perpustakaan seperti yang dinyatakan Sulistyo-Basuki yang dikutip oleh Lasa 2005:147, ”Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual”. Dari uraian tersebut jelas bahwa suatu perpustakaan merupakan bagian dari gedung. Gedung dibangun untuk menyimpan koleksi dan menatanya dengan tata susunan tertentu agar mudah digunakan oleh pemakai. Dalam membangun gedung perpustakaan ada beberapa aspek yang dapat dijadikan sebagai pertimbangan. Menurut Sutarno 2006:80-81, aspek yang perlu diperhatikan pada unsur gedung adalah: a. Lokasi, harus di tempat yang mudah dan ekonomis didatangi masyarakat pemakainya. Universitas Sumatera Utara b. Luas tanah jika perpustakaan menempatkan gedung tersendiri, diusahakan cukup menampung bangunan gedung, dengan kemungkinan perluasan dalam kurun waktu 10-15 tahun mendatang. c. Luas gedung atau ruangannya harus cukup menampung ruang koleksi bahan pustaka, ruang baca dengan kapasitas minimal 10 dari jumlah masyarakat yang akan dilayani, ruang layanan, ruang kerja pengolahan dan administrasi. d. Ruangan-ruangan lain yang diperlukan, seperti gudang dan kamar kecil. e. Konstruksi, mencakup aspek kekuatan dan pengamanan. f. Cahaya di dalam ruang harus tenang. g. Kesejukan di dalam ruangan dan pertukaran udara ventilasi harus baik. h. Lingkungan yang tenang. i. Tempat parkir kendaraan secukupnya. j. Taman, dan lain-lain. Berdasarkan aspek-aspek di atas, menciptakan suatu gedung perpustakaan tidaklah sesederhana yang dibayangkan. Keberadaan gedung perpustakaan tidak hanya diperuntukkan hanya sekedar tempat koleksi, tetapi sebagai tempat untuk melakukan kegiatan perpustakaan. Jika diperhatikan dari aspek unsur gedung di atas, lokasi gedung perpustakaan merupakan hal pertama yang perlu diperhatikan. Dalam perencanaan gedung, pemusatan lokasi gedung perpustakaan sebaiknya diperhatikan bagi setiap perguruan tinggi sebab sangat dianjurkan perpustakaan perguruan tinggi tersebut berada di dalam satu lingkungan universitas yang mudah dijangkau dari segala arah. Jika hal tersebut tidak memungkinkan, misalnya jarak antara fakultas dengan perpustakaan cukup jauh maka adanya perpustakaan fakultas sangat dianjurkan. Hal ini dapat mempengaruhi keinginan pengguna dalam memanfaatkan perpustakaan. Oleh karena itu dalam penempatan perpustakaan perlu dipilih lokasi yang strategis.

2.7.2 Fasilitas Ruang Perpustakaan

Dalam membangun perpustakaan, setelah adanya gedung perpustakaan unsur lainnya yang perlu dimiliki adalah ruang perpustakaan. Ruang perpustakaan pada dasarnya disediakan untuk koleksi, pengguna, staf atau pegawai pustakawan, dan keperluan lainnya. Universitas Sumatera Utara Menurut Sjahrial-Pamuntjak 2000:18, pada dasarnya setiap perpustakaan, besar ataupun kecil memerlukan ruangan yang berikut: 1. Ruangan untuk menyimpan buku, majalah dan bahan rekaman lain 2. Ruangan untuk membaca 3. Ruangan untuk mengadakan administrasi peminjaman 4. Ruangan kerja untuk pegawai 5. Ruangan kantor kepala perpustakaan Adapun pembagian persentase yang diberikan untuk ruang-ruang tersebut menurut Soedibyo 1987:148, alokasinya sebagai berikut: 1. 25 untuk keperluan pemakai 2. 50 untuk keperluan koleksi 3. 25 untuk keperluan ruang kerja petugas Sedangkan pembagian persentase lainnya dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Depdiknas,2004:126, yaitu: Untuk perpustakaan dengan sistem terbuka maupun sistem tertutup: 1. Area untuk koleksi 45 2. Area untuk pengguna 25 3. Area untuk staf 20 4. Area untuk keperluan lain 10 Dari uraian mengenai pembagian persentase di atas, area koleksi memiliki persentase yang paling besar. Hal ini menunjukkan bahwa suatu perpustakaan sebaiknya memiliki jumlah koleksi yang cukup banyak sehingga kebutuhan informasi pengguna dapat terpenuhi. Dalam memfasilitasi ruangan perpustakaan perlu diperhatikan fungsi dan jenis kegiatan di ruangan tersebut. Menurut Soedibyo 1987:156-157, perincian perlengkapan untuk ruangan: 1. Ruang administrasi, diperlukan meja dan kursi-meja, meja dan kursi khusus untuk pengetik; mesin tik, almari, filing cabinet. 2. Ruang pelayanan teknis, memerlukan meja dan kursi petugas sesuai dengan jumlahnya; almari, kereta buku, almari katalog, filing cabinet. 3. Gudang, diperlukan almari, rak buku. 4. Ruang penjilidan dan penggandaan. Untuk penjilidan diperlukan alat pemotong kertas, alat penjilid, alat press, gunting, dan lainnya. Untuk penggandaan diperlukan mesin stensil, meja dan kursi petugas, almari, alat fotocopy. Universitas Sumatera Utara Fasilitas yang disediakan untuk tiap ruangan tentu saja berbeda-beda. Ruangan difasilitasi sesuai kebutuhan kegiatan yang dilakukan di ruangan tersebut sehingga kegiatan di perpustakaan menjadi lebih efisien dan efektif.

2.7.2.1 Fasilitas Ruang Baca

Pada dasarnya suatu perpustakaan besar ataupun kecil memerlukan suatu ruangan yang perlu disediakan yaitu ruang baca. Suatu perpustakaan yang menggunakan sistem layanan terbuka atau open access ruang baca sangat diperlukan. Hal ini dikarenakan si pengguna dapat melihat dan memeriksa sendiri koleksi perpustakaan sesuai dengan yang dicarinya atau tidak maka si pengguna membutuhkan ruang baca untuk membaca sebelum meminjam koleksi tersebut. Sebagian besar ruangan perpustakaan digunakan sebagai ruang koleksi sehingga ruang baca biasanya berdekatan dengan ruang koleksi. Hubungan antar ruangan ini perlu diperhatikan karena dapat mempermudah pengguna dalam memanfaatkan koleksi. Kenyamanan ruang baca sangat penting karena dapat membuat pembaca merasa betah berada di dalamnya. Letak ruangan sebaiknya tidak di daerah yang ramai karena dapat mengganggu pembaca. Selain itu perabotan yang digunakan juga harus bisa memberikan kenyamanan. Menurut Sjahrial-Pamuntjak 2000:26, ”Meja ruang baca yang cukup untuk empat orang pembaca berukuran 100 x 150 cm. Kursi dengan tinggi 45 cm sudah memenuhi syarat. Jika di bawah tiap-tiap kakinya dipasang karet, maka akan tercegahlah bunyi penyeretan kursi”. Sedangkan ukuran meja dan kursi baca untuk satu orang menurut Yusuf dan Yaya 2007:111-112, ”Meja baca ukuran tinggi 75 cm, lebar 230 cm, dan dalam 100 cm. Kursi baca berukuran tinggi 45 cm, lebar 45 cm, dan dalam 45 cm”. Berdasarkan kedua ukuran di atas, apapun bentuk maupun ukuran perabotan yang digunakan haruslah sesuai dengan kebutuhan sebab setiap perpustakaan memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Perabotan dipilih sesuai dengan luas ruangan, jumlah pembaca, dan sebagainya. Universitas Sumatera Utara

2.7.2.2 Fasilitas Kenyamanan Ruangan

Ruangan perpustakaan yang disediakan sebaiknya dapat memberikan kenyamanan bagi penggunanya misalnya ruang baca yang ditata dengan rapi menjadikan pengguna betah untuk berlama-lama membaca. Menurut Salim dan Yenny 2002:1045, ”Kenyamanan adalah suasana atau keadaan yang nyaman tempat sejuk, segar, bersih, menyenangkan”. Dari pengertian tersebut jelas bahwa kenyamanan mengacu pada suatu keadaan yang sehat, sejuk, bersih, sehingga menimbulkan suasana yang menyenangkan. Kenyamanan ruangan bagi pengguna dapat mempengaruhi keinginannya untuk memanfaatkan perpustakaan. Kenyamanan tersebut tentu saja tidak dapat tercipta begitu saja tetapi dapat dicapai secara bertahap. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi kenyamanan ruangan yaitu penataan ruangan, temperatur, sirkulasi udara ventilasi, dan pencahayaan. 2.7.2.2.1 Tata Ruang Dalam merencanakan penataan ruangan perlu diperhatikan mengenai hubungan antar ruang dilihat dari segi efisiensi kerja, memberikan pelayanan, serta pengawasan kerja. Selain itu, perlu dipertimbangkan juga mengenai keserasian dalam penataan ruangan sebab akan mempengaruhi produktivitas, efesiensi, efektifitas, dan kenyamanan pengguna. Oleh karena itu sebaiknya ruangan ditata dengan baik seperti penataan ruangan yang saling berdekatan koleksi dan tempat baca. Ada tiga jenis sistem yang dapat dilakukan dalam memberikan penataan ruang baca, ruang koleksi, dan ruang sirkulasi yang nyaman kepada pengguna, yaitu : a. Sistem tata sekat, yakni cara pengaturan ruangan perpustakaan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca pengunjung. Dalam sistem ini, pengunjung tidak diperkenankan masuk ke ruang koleksi dan petugaslah yang akan mengambilkan dan mengembalikan koleksi yang dipinjam atau dibaca di tempat itu. b. Sistem tata parak, yakni sistem pengaturan ruangan yang menempatkan koleksi terpisah dari ruang baca. Hanya saja dalam sistem ini, pembaca dimungkinkan untuk mengambil koleksi sendiri, lalu dicatat danatau dibaca di ruang lain yang tersedia. c. Sistem tata baur, yakni suatu cara penempatan koleksi yang dicampur dengan ruang baca agar pembaca lebih mudah mengambil dan mengembalikan sendiri Lasa,2005:158-160 Universitas Sumatera Utara Dari ketiga sistem di atas terlihat jelas bahwa penataan ruang disesuaikan dengan sistem yang dianut oleh suatu perpustakaan. Jika perpustakaan menganut sistem pinjam terbuka open access, dapat menerapkan sistem tata parak atau sistem tata baur sedangkan sistem tata sekat lebih cocok untuk perpustakaan yang menganut sistem pinjam tertutup closed access. Hal ini perlu diperhatikan agar sistem yang diterapkan nantinya dapat memberikan keleluasaan bagi pengguna dalam memanfaatkan koleksi. Penataan ruangan perpustakaan perlu diperhatikan sebab dapat memikat pengunjung datang ke perpustakaan untuk memanfaatkan perpustakaan. Ada beberapa aspek penataan ruangan yang perlu dipertimbangkan. Aspek tersebut menurut Darmono 2001:201-202 : a. Aspek fungsional Artinya bahwa penataan ruangan harus mampu mendukung kinerja perpustakaan secara keseluruhan baik bagi petugas perpustakaan maupun bagi pengguna perpustakaan. b. Aspek psikologis pengguna Dilihat dari aspek ini tujuan penataan ruangan adalah agar pengguna perpustakaan bisa nyaman, leluasa bergerak di perpustakaan, merasa tenang. c. Aspek estetika Keindahan penataan ruangan salah satunya bisa melalui penataan ruang dan perabot yang digunakan. Penataan yang serasi, bersih dan tenang bisa mempengaruhi kenyamanan pengguna perpustakaan untuk berlama-lama berada di perpustakaan. d. Aspek keamanan bahan pustaka Dalam kaitan dengan penataan ruangan, kemanan bahan pustaka bisa dikelompokkan dalam 2 bagian. Pertama faktor keamanan bahan pustaka dari akibat kerusakan secara alamiah, dan kedua adalah faktor kerusakan kehilangan bahan pustaka karena faktor manusia. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek diatas, penataan ruangan dapat menjadi optimal serta dapat menunjang kelancaran tugas perpustakaan dalam memberikan layanannya.

2.7.2.2.2 Temperatur

Temperatur ruangan merupakan hal yang penting dalam memberikan kenyamanan bagi pengguna serta dalam pemeliharaan dan perawatan bahan pustaka. Kestabilan temperatur perlu diperhatikan agar pengguna dalam ruangan tersebut betah dan koleksi perpustakaan dapat terhindar dari kerusakan dokumen. Universitas Sumatera Utara ”Menurut penyelidikan, apabila temperatur lebih rendah dari 17 C, berarti temperatur udara berada di bawah tubuh untuk menyesuaikan diri 35 di bawah normal, maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan” Lasa,2005:163 Dengan demikian temperatur ruangan dapat mempengaruhi lama tidaknya pengguna di dalam ruangan. Pengguna yang mengalami kedinginan ataupun kepanasan akan merasa tidak nyaman sehingga diperlukan kestabilan temperatur yang disesuaikan dengan tubuh manusia. Selain temperatur, yang perlu diperhatikan juga yaitu kelembaban. Kelembaban ini juga dapat mempengaruhi kenyamanan ruangan. Dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Depdiknas,2004:131, ”Tingkat pengkondisian ruang yang diinginkan ialah sebagai berikut: temperatur 22-24 C untuk ruang koleksi buku, ruang baca dan ruang kerja. Temperatur 20 C untuk ruang komputer. Kelembaban 45-45”. Hal ini dilakukan agar kondisi temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan tetap stabil serta koleksi perpustakaan dapat terjamin keawetannya.

2.7.2.2.3 Sirkulasi Udara Ventilasi

Udara yang ada disekitar kita dikatakan kotor, jika kadar oksigen dalam udara telah berkurang atau bercampur dengan aroma bau yang dapat membahayakan kesehatan. Udara yang kotor membuat kita merasa sesak napas sehingga mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Udara yang bersih menimbulkan kenyamanan bagi ruang perpustakaan. Udara tersebut dapat didukung dengan adanya alat pengatur suhu ruangan. Menurut Lasa 2005:168, untuk menjaga kenyamanan ruangan, diperlukan pemasangan alat pengatur suhu, misalnya: a. Memasang AC Air Conditioning untuk mengatur udara di dalam ruangan. b. Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan itu cukup baik, misalnya dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka jendela pada saat kegiatn di perpustakaan sedang berlangsung. c. Memasang kipas angin untuk mempercepat pertukaran udara dalam ruangan. Kecepatan pertukaran ini mempengaruhi kenyamanan udara. Universitas Sumatera Utara Sedangkan dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Depdiknas,2004:130-131, sistem ventilasi dibagi kedalam dua jenis yaitu: a. Ventilasi pasif Bangunan perpustakaan yang direncanakan dengan pemanfaatan ventilasi pasif alam, haruslah didirikan dengan mempertimbangkan kondisi angin tempat bangunan perpustakaan tersebut dibangun. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk perancangan perpustakaan dengan ventilasi pasif adalah sebagai berikut: a. Menempatkan lubang ventilasi jendela lubang angin pada sisi dinding yang berhadapan. b. Mengusahakan agar lubang ventilasi tersebut sejajar dengan arah angin. c. Mengusahakan luas lubang ventilasi sebanding dengan persyaratan dan fasilitas ruang. b. Ventilasi aktif. Walaupun ventilasi pasif mungkin dianggap telah mencukupi, namun sebaiknya bangunan perpustakaan dapat direncanakan dengan menggunakan sistem ventilasi aktif atau sistem penghawaan buatan Air Conditioning. Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa sirkulasi udara dalam ruangan perpustakaan membutuhkan fasilitas AC Air Conditioning dalam memberikan kenyamanan ruangan. Hal ini dilakukan karena AC tersebut dapat mengatur suhu udara sesuai kebutuhan. Biasanya AC disediakan oleh perpustakaan yang memiliki dana besar, sedangkan bagi perpustakaan kecil pengaturan sirkulasi udara melalui angin dengan jendela yang besar sudah cukup. 2.7.2.2.4 Pencahayaan Cahaya merupakan suatu getaran yang termasuk gelombang elektromagnetis yang dapat ditangkap oleh mata. Pencahayaan dalam ruang perpustakaan memerlukan cahaya yang cukup karena sebagian besar kegiatan yang ada di perpustakaan merupakan kegiatan membaca. Menurut Martoatmojo 1993:15 : Penerangan harus memadai, tidak terlalu sedikit dan tidak pula berlebihan. Sinar yang baik sebenarnya adalah sinar alam. Tetapi pengendalian sinar jenis ini sangat sukar. Kadang-kadang hari terang benderang sehingga telalu banyak sinar masuk. Sinar ini menyilaukan mata dan bahkan dapat merusak koleksi. Pada hari yang lain cuaca gelap dan buruk, sinar yang masuk ke perpustakaan kurang sehingga mengurangi kenyamanan membaca di perpustakaan. Sedangkan pencahayaan lainnya menurut Lasa 2005:170-171, pada dasarnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan ada dua macam yakni cahaya alami dan cahaya buatan. Universitas Sumatera Utara a. Cahaya alami Cahaya alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari dan kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung radiasi panas itu apabila masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan kenaikan suhu ruangan. Oleh karena itu, cahaya matahari harus dibatasi dan diusahakan tidak langsung masuk ke ruangan. Cahaya kubah langit adalah cahaya yang berasal dari kubah langit. Cahaya inilah yang banyak dimanfaatkan untuk penerangan ruangan karena tidak membawa radiasi panas secara langsung seperti sinar matahari. b. Cahaya buatan Cahaya buatan adalah cahaya yang ditimbulkan oleh benda atau gerakan benda yang dibuat oleh manusia baik yang berupa lampu TL maupun lampu pijar. Dari uraian di atas, jelas bahwa pencahayaan dapat dilakukan dengan berbagai cara Pencahayaan diatur dengan baik agar ruangan menjadi nyaman sehingga pengguna semangat untuk membaca. Kegiatan yang dilakukan di perpustakaan perlu pencahayaan sebab pencahayaan yang cukup merupakan syarat mutlak untuk melakukan kegiatan di dalam ruangan.

2.8 Fasilitas Koleksi Perpustakaan

Koleksi perpustakaan merupakan salah satu komponen penting dalam mendirikan suatu perpustakaan selain pengguna, pustakawan, dana, sarana dan prasarana. Bukan perpustakaan namanya jika tidak memiliki koleksi. Indikator ukuran baik dan buruknya suatu perpustakaan sangat ditentukan oleh koleksi. Koleksi bahan pustaka harus diatur dan ditata secara sistematis agar pengguna dapat dengan mudah mencari dan menemukan koleksi yang dibutuhkannya. Koleksi yang disediakan juga harus dilengkapi dengan fasilitas koleksi yaitu rak koleksi yang menjadi syarat utama. Sebagian besar ruangan perpustakaan digunakan sebagai area atau ruang koleksi yang berisi rak buku dan meja baca. Dalam mencapai efisiensi ruangan diperlukan perancangan yang didasari mengenai penataan rak buku dan meja-kursi baca yang disesuaikan dengan kebutuhan. Menurut Thompson yang dikutip oleh Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Depdiknas, 2004:125, ”Rak satu muka, lima pagu dengan lebar 100 cm dapat memuat 115-165 eksemplar buku, dan jarak antar rak 100-110 cm. Dengan demikian, 1 meter 2 luas lantai dapat memuat 150-220 eksemplar buku”. Universitas Sumatera Utara Ukuran rak buku lainnya juga dikemukakan oleh Sjahrial-Pamuntjak 2000: 22: Rak buku itu dapat dibuat dari baja atau kayu. Sebaliknya rak itu dibuat terbuka dari belakang dan tidak berpintu. Dari praktiknya ternyata ukuran yang memuaskan adalah sebagai berikut: tinggi 200 cm, lebar 100 cm, dalam 21 cm untuk rak buku biasa, 25 cm untuk rak buku referens, 30 cm untuk rak majalah. Papan yang paling bawah 10 cm dari lantai, tebal papan 212 cm. Dari uraian di atas, menerangkan bahwa diperlukan menghitung luas lantai dalam perencanaan dan pembinaan koleksi sehingga koleksi yang disediakan dapat terencana dengan baik untuk masa mendatang. Rak buku dirancang sedemikian rupa agar pengguna mudah untuk mengambil atau meletakkan kembali koleksi. Selain rak buku, fasilitas lainnya untuk koleksi yaitu rambu-rambu berupa petunjuk mengenai pembagian jenis koleksi misalnya mencantumkan nama atau nomor kelas koleksi di rak buku. Hal ini perlu ada karena dapat membantu pengguna dalam menemukan koleksi yang dibutuhkannya. Koleksi perpustakaan merupakan salah satu faktor utama dalam menentukan jenis suatu perpustakaan. Bagi perpustakaan perguruan tinggi, koleksi yang dimiliki adalah mengenai program atau materi mata kuliah dan materi pendukung bagi jurusan, fakultas, atau universitas tersebut sehingga tujuan perpustakaan perguruan tinggi dalam rangka melaksanakan Tri Dharma Perguruan Tinggi dapat terlaksana. Koleksi perpustakaan perguruan tinggi sangat beraneka ragam. Berikut adalah ragam koleksi yang selayaknya tersedia di perpustakaan : 1. Koleksi rujukan. Koleksi rujukan merupakan tulang punggung perpustakaan dalam menyediakan informasi yang akurat. Berbagai bentuk dan jenis informasi seperti data, fakta, dan lain-lain dapat ditemukan dalam koleksi rujukan, seperti ensiklopedi umum dan khusus, kamus umum dan khusus, dan sebagainya. 2. Bahan ajar. Bahan ajar berfungsi untuk memenuhi tujuan kurikulum. Bahan ajar untuk setiap mata kuliah bisa lebih dari satu judul karena cakupan isinya yang berbeda sehingga bahan yang satu dapat melengkapi bahan yang lain. 3. Terbitan berkala. Terbitan ini memberikan informasi mutakhir mengenai keadaan atau kecenderungan perkembangan ilmu dan pengetahuan. Terbitan berkala seperti majalah umum, jurnal, surat kabar. 4. Terbitan pemerintah. Berbagai terbitan pemerintah seperti lembaran negara, himpunan peraturan negara, kebijakan, laporan tahunan, pidato resmi, dan sebagainya sering juga dimanfaatkan oleh para peneliti atau dosen dalam menyiapkan kuliahnya. Universitas Sumatera Utara 5. Selain terbitan pemerintah, koleksi yang menjadi minat khusus perguruan tinggi seperti sejarah daerah, budaya daerah, atau bidang khusus lainnya juga perlu diperhatikan. 6. Apabila memiliki dana yang cukup, perpustakaan sebagai sumber belajar tidak hanya menghimpun buku, jurnal, dan sejenisnya yang tercetak, tetapi juga menghimpun koleksi pandang-dengar seperti kaset video, kaset audio, dan sebagainya. 7. Bahan bacaan untuk rekreasi intelektual. Perpustakaan perguruan tinggi perlu menyediakan bahan bacaan atau bahan lain untuk keperluan rekreasi intelektual mahasiswa dan bahan bacaan lain yang memperkaya khasanah pembaca Depdiknas, 2004:51-52 Sedangkan jenis koleksi lainnya menurut Hermawan dan Zulfikar 2006:17 : Koleksi perpustakaan dari segi isi subjek terdapat koleksi fiksi dan non-fiksi. Koleksi non-fiksi adalah koleksi yang bersifat ilmiah atau mengandung ilmu pengetahuan yang ditulis berdasarkan data dan fakta. Sedangkan koleksi fiksi adalah karya yang bersifat khayalan atau imajinasi pengarangnya. Dari uraian ragam koleksi di atas, tentu saja jumlah koleksi yang dimiliki tidaklah sedikit sehingga perlu diperhatikan akses temu kembali koleksi-koleksi tersebut. Koleksi yang tersedia diharapkan dapat memenuhi kebutuhan pengguna sebab koleksi perpustakaan seperti buku, majalah, dan lainnya, merupakan sumber informasi bagi pengguna. Oleh karena itu, pengguna biasanya ke perpustakaan untuk mencari informasi yang dibutuhkannya. Semakin banyak jenis koleksi yang disediakan maka semakin banyak juga informasi yang terkandung.

2.9 Fasilitas Layanan Perpustakaan