Temperatur Sirkulasi Udara Ventilasi

Dari ketiga sistem di atas terlihat jelas bahwa penataan ruang disesuaikan dengan sistem yang dianut oleh suatu perpustakaan. Jika perpustakaan menganut sistem pinjam terbuka open access, dapat menerapkan sistem tata parak atau sistem tata baur sedangkan sistem tata sekat lebih cocok untuk perpustakaan yang menganut sistem pinjam tertutup closed access. Hal ini perlu diperhatikan agar sistem yang diterapkan nantinya dapat memberikan keleluasaan bagi pengguna dalam memanfaatkan koleksi. Penataan ruangan perpustakaan perlu diperhatikan sebab dapat memikat pengunjung datang ke perpustakaan untuk memanfaatkan perpustakaan. Ada beberapa aspek penataan ruangan yang perlu dipertimbangkan. Aspek tersebut menurut Darmono 2001:201-202 : a. Aspek fungsional Artinya bahwa penataan ruangan harus mampu mendukung kinerja perpustakaan secara keseluruhan baik bagi petugas perpustakaan maupun bagi pengguna perpustakaan. b. Aspek psikologis pengguna Dilihat dari aspek ini tujuan penataan ruangan adalah agar pengguna perpustakaan bisa nyaman, leluasa bergerak di perpustakaan, merasa tenang. c. Aspek estetika Keindahan penataan ruangan salah satunya bisa melalui penataan ruang dan perabot yang digunakan. Penataan yang serasi, bersih dan tenang bisa mempengaruhi kenyamanan pengguna perpustakaan untuk berlama-lama berada di perpustakaan. d. Aspek keamanan bahan pustaka Dalam kaitan dengan penataan ruangan, kemanan bahan pustaka bisa dikelompokkan dalam 2 bagian. Pertama faktor keamanan bahan pustaka dari akibat kerusakan secara alamiah, dan kedua adalah faktor kerusakan kehilangan bahan pustaka karena faktor manusia. Dengan mempertimbangkan aspek-aspek diatas, penataan ruangan dapat menjadi optimal serta dapat menunjang kelancaran tugas perpustakaan dalam memberikan layanannya.

2.7.2.2.2 Temperatur

Temperatur ruangan merupakan hal yang penting dalam memberikan kenyamanan bagi pengguna serta dalam pemeliharaan dan perawatan bahan pustaka. Kestabilan temperatur perlu diperhatikan agar pengguna dalam ruangan tersebut betah dan koleksi perpustakaan dapat terhindar dari kerusakan dokumen. Universitas Sumatera Utara ”Menurut penyelidikan, apabila temperatur lebih rendah dari 17 C, berarti temperatur udara berada di bawah tubuh untuk menyesuaikan diri 35 di bawah normal, maka tubuh manusia akan mengalami kedinginan” Lasa,2005:163 Dengan demikian temperatur ruangan dapat mempengaruhi lama tidaknya pengguna di dalam ruangan. Pengguna yang mengalami kedinginan ataupun kepanasan akan merasa tidak nyaman sehingga diperlukan kestabilan temperatur yang disesuaikan dengan tubuh manusia. Selain temperatur, yang perlu diperhatikan juga yaitu kelembaban. Kelembaban ini juga dapat mempengaruhi kenyamanan ruangan. Dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Depdiknas,2004:131, ”Tingkat pengkondisian ruang yang diinginkan ialah sebagai berikut: temperatur 22-24 C untuk ruang koleksi buku, ruang baca dan ruang kerja. Temperatur 20 C untuk ruang komputer. Kelembaban 45-45”. Hal ini dilakukan agar kondisi temperatur dan kelembaban ruang perpustakaan tetap stabil serta koleksi perpustakaan dapat terjamin keawetannya.

2.7.2.2.3 Sirkulasi Udara Ventilasi

Udara yang ada disekitar kita dikatakan kotor, jika kadar oksigen dalam udara telah berkurang atau bercampur dengan aroma bau yang dapat membahayakan kesehatan. Udara yang kotor membuat kita merasa sesak napas sehingga mempengaruhi kesehatan tubuh manusia. Udara yang bersih menimbulkan kenyamanan bagi ruang perpustakaan. Udara tersebut dapat didukung dengan adanya alat pengatur suhu ruangan. Menurut Lasa 2005:168, untuk menjaga kenyamanan ruangan, diperlukan pemasangan alat pengatur suhu, misalnya: a. Memasang AC Air Conditioning untuk mengatur udara di dalam ruangan. b. Mengusahakan agar peredaran udara dalam ruangan itu cukup baik, misalnya dengan memasang lubang-lubang angin dan membuka jendela pada saat kegiatn di perpustakaan sedang berlangsung. c. Memasang kipas angin untuk mempercepat pertukaran udara dalam ruangan. Kecepatan pertukaran ini mempengaruhi kenyamanan udara. Universitas Sumatera Utara Sedangkan dalam Perpustakaan Perguruan Tinggi: Buku Pedoman Depdiknas,2004:130-131, sistem ventilasi dibagi kedalam dua jenis yaitu: a. Ventilasi pasif Bangunan perpustakaan yang direncanakan dengan pemanfaatan ventilasi pasif alam, haruslah didirikan dengan mempertimbangkan kondisi angin tempat bangunan perpustakaan tersebut dibangun. Beberapa hal yang perlu diperhatikan untuk perancangan perpustakaan dengan ventilasi pasif adalah sebagai berikut: a. Menempatkan lubang ventilasi jendela lubang angin pada sisi dinding yang berhadapan. b. Mengusahakan agar lubang ventilasi tersebut sejajar dengan arah angin. c. Mengusahakan luas lubang ventilasi sebanding dengan persyaratan dan fasilitas ruang. b. Ventilasi aktif. Walaupun ventilasi pasif mungkin dianggap telah mencukupi, namun sebaiknya bangunan perpustakaan dapat direncanakan dengan menggunakan sistem ventilasi aktif atau sistem penghawaan buatan Air Conditioning. Berdasarkan penjelasan di atas, jelas bahwa sirkulasi udara dalam ruangan perpustakaan membutuhkan fasilitas AC Air Conditioning dalam memberikan kenyamanan ruangan. Hal ini dilakukan karena AC tersebut dapat mengatur suhu udara sesuai kebutuhan. Biasanya AC disediakan oleh perpustakaan yang memiliki dana besar, sedangkan bagi perpustakaan kecil pengaturan sirkulasi udara melalui angin dengan jendela yang besar sudah cukup. 2.7.2.2.4 Pencahayaan Cahaya merupakan suatu getaran yang termasuk gelombang elektromagnetis yang dapat ditangkap oleh mata. Pencahayaan dalam ruang perpustakaan memerlukan cahaya yang cukup karena sebagian besar kegiatan yang ada di perpustakaan merupakan kegiatan membaca. Menurut Martoatmojo 1993:15 : Penerangan harus memadai, tidak terlalu sedikit dan tidak pula berlebihan. Sinar yang baik sebenarnya adalah sinar alam. Tetapi pengendalian sinar jenis ini sangat sukar. Kadang-kadang hari terang benderang sehingga telalu banyak sinar masuk. Sinar ini menyilaukan mata dan bahkan dapat merusak koleksi. Pada hari yang lain cuaca gelap dan buruk, sinar yang masuk ke perpustakaan kurang sehingga mengurangi kenyamanan membaca di perpustakaan. Sedangkan pencahayaan lainnya menurut Lasa 2005:170-171, pada dasarnya cahaya yang masuk ke dalam ruangan ada dua macam yakni cahaya alami dan cahaya buatan. Universitas Sumatera Utara a. Cahaya alami Cahaya alami adalah cahaya yang ditimbulkan oleh matahari dan kubah langit. Cahaya matahari yang mengandung radiasi panas itu apabila masuk ke dalam ruangan akan menyebabkan kenaikan suhu ruangan. Oleh karena itu, cahaya matahari harus dibatasi dan diusahakan tidak langsung masuk ke ruangan. Cahaya kubah langit adalah cahaya yang berasal dari kubah langit. Cahaya inilah yang banyak dimanfaatkan untuk penerangan ruangan karena tidak membawa radiasi panas secara langsung seperti sinar matahari. b. Cahaya buatan Cahaya buatan adalah cahaya yang ditimbulkan oleh benda atau gerakan benda yang dibuat oleh manusia baik yang berupa lampu TL maupun lampu pijar. Dari uraian di atas, jelas bahwa pencahayaan dapat dilakukan dengan berbagai cara Pencahayaan diatur dengan baik agar ruangan menjadi nyaman sehingga pengguna semangat untuk membaca. Kegiatan yang dilakukan di perpustakaan perlu pencahayaan sebab pencahayaan yang cukup merupakan syarat mutlak untuk melakukan kegiatan di dalam ruangan.

2.8 Fasilitas Koleksi Perpustakaan