Perdagangan dan Investasi ASEAN – China

Indonesia Malaysia Singapore Thailand ASEAN China -10.0 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 U S M ilya r Indonesia Malaysia Singapore Thailand ASEAN China Sumber: Diolah dari ADB 2006 Gambar 4. Aliran Foreign Direct Investment ke negara-negara ASEAN dan China, Tahun 1995 – 2005

1.1.2. Perdagangan dan Investasi ASEAN – China

Perdagangan ASEAN ke China terus menunjukkan peningkatan selama sepuluh tahun terakhir 1995 – 2005. Total nilai perdagangan ASEAN ke China melonjak dari sebesar US 13.33 milyar 1995 menjadi US 113.13 milyar 2005 atau meningkat rata-rata 25 persen per tahun. Dengan nilai perdagangan pada tahun 2005 tersebut telah menempatkan posisi China sebagai mitra dagang ASEAN terbesar ke-6 setelah Amerika Serikat, Uni Eropa, Jepang dan Hong Kong. Melalui pembentukan FTA ASEAN – China, kedua belah pihak sepakat untuk meningkatkan nilai perdagangan tersebut menjadi tiga kali lipat dari nilai perdagangan tahun 2005 dalam waktu lima tahun mendatang. Sebagaimana ditunjukkan pada Gambar 5, nilai perdagangan ASEAN ke China sedikit mengalami penurunan pada tahun 1998 US 20.40 milyar dan tahun 2001 US 31.92 milyar. Hal ini disebabkan oleh krisis ekonomi yang melanda kawasan Asia pertengahan 1997 dan resesi ekonomi global pada akhir tahun 2000. Ekspor ASEAN ke negara China selama tahun 1995 – 2005 meningkat rata-rata sebesar 24 persen per tahun, yaitu dari US 6.20 milyar 1995 menjadi US 52.30 milyar 2005. Pada periode yang sama, nilai impor ASEAN dari China meningkat dari US 7.13 milyar 1995 menjadi US 28.22 milyar 2005. 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 110.0 120.0 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 U S M ily a r Export Import Total Trade Sumber: Diolah dari ASEAN Statistical Yearbook 2006 dan IMF 2006 Gambar 5. Nilai Perdagangan ASEAN ke China, Tahun 1995 – 2005 Di lain pihak, nilai perdagangan China ke ASEAN selama periode 1995 – 2005 mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 23.5 persen per tahun. Nilai ekspor China ke ASEAN meningkat dari US 10.47 milyar 1995 menjadi US 130.50 milyar 2005 atau tumbuh rata-rata sebesar 21.9 persen. Sedangkan impor China dari ASEAN naik dari US 9.90 milyar 1995 menjadi US 75.02 milyar 2005 atau meningkat rata-rata 25 persen per tahun. Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa sejak tahun 1998, China terus mengalami defisit perdagangan dengan ASEAN, yaitu dari sebesar US 1.03 milyar 1998 menjadi US 19.54 milyar 2005. Hal ini menunjukkan bahwa China telah berkembang menjadi pasar ekspor negara-negara ASEAN. Posisi perdagangan ASEAN di pasar China terus menguat, dimana pangsa share impor dari ASEAN dalam total impor China meningkat dari 7.49 persen 1995 menjadi 11.4 persen 2005. Pada tahun 2005, ASEAN merupakan mitra dagang terbesar ke-5 setelah Jepang, USA, Uni Eropa, dan Hong Kong. 0.0 10.0 20.0 30.0 40.0 50.0 60.0 70.0 80.0 90.0 100.0 110.0 120.0 130.0 140.0 1995 1996 1997 1998 1999 2000 2001 2002 2003 2004 2005 U S M ilya r Export Import Total Trade Sumber: Diolah dari Wen dan Shaolian 2005 dan IMF 2006 Gambar 6. Nilai Perdagangan China ke ASEAN, Tahun 1995 - 2005 Struktur komoditi perdagangan antara China dengan ASEAN sebagian besar adalah produk manufaktur yang termasuk dalam kategori SITC 2 nomor 5 sampai 8 dan 68 disingkat dengan SITC 5 sampai 8-68. Data pada Tabel 2 menunjukkan bahwa pada tahun 2003, pangsa ekspor produk manufaktur mencapai 82.14 persen dari total ekspor China ke ASEAN, dan impornya sebesar 74.70 persen. Di antara komoditi manufaktur, produk mesin dan peralatan transportasi SITC 7 menduduki posisi pertama dalam perdagangan China – ASEAN dengan nilai sebesar US 40.25 milyar 51.44 persen, diikuti oleh produk peralatan listrik dan elektronik SITC 75+76+77 dengan nilai sebesar US 34.46 milyar 44.04 persen. Dalam perdagangan produk manufaktur antara China dengan ASEAN tersebut terlihat adanya intra-industry trade yang cukup tinggi. Hasil studi Wen dan Shaolin 2005 mengungkapkan tingkat intra-industry trade yang diukur dengan menggunakan indeks Grubel-Lloyd GLi 3 untuk produk kendaraan bermotor adalah sebesar GLi=0.92, mesin dan peralatan mekanis: GLi= 0.91, dan peralatan listrik: GLi = 0.90. Untuk komoditi yang berbasis sumberdaya alam, pangsa ekspor China untuk bahan baku pertanian SITC 2-22-27-28 hanya sebesar 0.71 persen, jauh lebih kecil dibanding pangsa impornya yang mencapai 6.32 persen. Selain itu, nilai impor China dari ASEAN untuk bahan bakar minyak SITC 3 mencapai lebih dari dua kali lipat dibanding nilai ekspornya. Hal ini menunjukkan bahwa negara-negara ASEAN merupakan pemasok supplier penting bagi China untuk memenuhi kebutuhan sumber bahan baku industri. 2 SITC Standard International Trade Classification adalah sistim klasifikasi barang ekspor dan impor dalam statistik perdagangan internasional. Dalam SITC barang eksporimpor dibagi ke dalam seksi satu digit, divisi dua digit, dan kelompok tiga digit. 3 Indeks Grubel-Lloyd GLi = 1 - | X ij – M ij | X ij + Mij, dimana X ij dan M ij masing-masing adalah ekspor dan impor komoditi j oleh negara i ke dari negara lain. Nilai GLi berkisar 0 – 1, semakin mendekati nilai 1 maka semakin tinggi intra-industry trade dan sebaliknya semakin mendekati 0 berarti intra-industry trade semakin rendah. Data pada Tabel 2 juga menunjukkan adanya aspek komplementaritas saling melengkapi dalam perdagangan antara China dan ASEAN. Dalam perdagangan produk manufaktur, China mengimpor peralatan listrik dan komponen elektronik sebesar US 23.52 milyar dan mengekspor komoditi yang sama ke ASEAN sebesar US 10.94 milyar. Di lain pihak, nilai ekspor China ke ASEAN untuk produk manufaktur ringan seperti: peralatan rumahtangga dan peralatan kantor, mencapai US 8.18 milyar, sedangkan nilai impornya hanya sebesar US 4.36 milyar. Negara- negara ASEAN, khususnya Singapore, Malaysia, Thailand dan Philippines memiliki keunggulan komparatif untuk produk elektronik. Sedangkan China memiliki keunggulan komparatif yang lebih tinggi di industri perlengkapan rumahtangga dan peralatan perkantoran. Aspek komplementaritas juga terjadi dalam perdagangan komoditi yang berbasis sumberdaya alam. China mengimpor komoditi karet mentah, kayu, minyak dan lemak nabatihewani, serta minyak bumi. Sedangkan ASEAN lebih banyak mengimpor biji gandum cereals, sayuran dan buah-buahan segar. Data pada Tabel 2 tersebut konsisten dengan hasil studi Tambunan dan Bakce 2005 yang menyimpulkan bahwa selama kurun waktu 1993 – 2003 terdapat aspek komplementaritas dalam perdagangan ASEAN dengan China dan sebaliknya, baik untuk komoditi pertanian maupun produk manufaktur sehingga kedua belah pihak memperoleh keuntungan dari hubungan perdagangan tersebut. Berbeda dengan hasil penelitian Tambunan dan Bakce 2005, studi yang dilakukan oleh Wen dan Shaolin 2005 menunjukkan bahwa komoditi ekspor ASEAN dan China memiliki kesamaan struktur sehingga saling berkompetisi di pasar internasional. Untuk produk manufaktur, kompetesi tersebut cenderung terus meningkat dan pada umumnya produk manufaktur China memiliki daya saing yang lebih tinggi karena biaya produksi lebih rendah dibandingkan negara-negara ASEAN. Wen dan Shaolin 2005 mengukur kesamaan struktur komoditi ekspor negara-negara ASEAN-5 dan China selama periode 1984 – 2001 dengan menggunakan indeks Finger – Kreinin 4 . Hasil studi mereka menunjukkan bahwa kesamaan struktur ekspor produk manufaktur antara China dan negara-negara ASEAN-5 terus meningkat, kecuali dengan Philippines yang cenderung menurun. Sedangkan struktur komoditi ekspor yang berbasis sumberdaya alam antara China dengan Indonesia dan Malaysia semakin berkurang, tetapi semakin meningkat kesaamaan strukturnya dengan Thailand dan Philippines. Sedangkan dengan Singapore kesamaan struktur komoditi berbasis sumber daya alam adalah tetap atau konstan. Oleh karena terdapat kesamaan struktur komoditi ekspor manufaktur yang cukup tinggi maka China dan ASEAN-5 saling berkompetisi di pasar internasional seperti: Amerika Serikat, terutama untuk peralatan listrik dan produk elektronik serta produk tekstil dan pakaian. Di pasar Amerika Serikat, ekspor peralatan listrik dan produk elektronik China memiliki daya saing yang lebih baik dibanding dengan ASEAN-5. Sedangkan untuk produk tekstil dan pakaian, China menghadapi persaingan dari Indonesia, Thailand dan Philippines. Kompetisi yang dihadapi oleh negara-negara ASEAN akan semakin berat dengan bergabungnya China ke dalam orgarnisasi perdagangan multi-lateral WTO. Sebagai negara anggota WTO, China harus menurunkan tarif dan hambatan perdagangan lainnya. Hal ini akan meningkatkan daya saing produk China dan sekaligus menciptakan persaingan yang lebih berat bagi ekspor ASEAN untuk masuk ke pasar China. 4 Indeks Finger-Kreinin digunakan untuk mengukur tingkat kesamaan struktur komoditi ekspor dari beberapa negara dengan persamaan: , 100 , , x X X X X Minimum k i S l jk l jk ik l ik                   dimana X ik dan X jk masing-masing adalah ekspor negara i dan j ke pasar negara k, sedangkan l ik X dan l jk X adalah ekspor komoditi l dari negara i dan j ke pasar negara k. Nilai indeks ini berkisar 0-100, semakin tinggi nilai indeks maka struktur komoditi ekspor semakin sama, dan sebaliknya. Tabel 2. Struktur Komoditi Perdagangan China dengan ASEAN, Tahun 2003 Commodity SITC China‟s export China‟s import Total trade Value US Milyar Share Value US Milyar Share Value US Milyar Share All products – 9 30.93 100.00 47.33 100.00 78.25 100.00 Resource-based commodities 0 to 4+68 5.47 17.70 11.93 25.21 17.41 22.24 All food items 0+1+ 22+4 2.13 6.88 2.51 5.31 4.64 5.93 Agricultural raw material 2-22- 27-28 0.22 0.71 2.99 6.32 3.11 4.10 Fuels 3 2.56 8.29 5.62 11.87 8.18 10.46 Ores and metals 27+ 28+68 0.56 1.82 0.81 1.72 1.37 1.76 Manufactured goods 5 to 8- 68 25.40 82.14 35.35 74.70 60.76 77.64 Chemical products 5 2.33 7.55 5.63 11.89 7.96 10.18 Light manufactured goods 6+ 8- 68 8.18 26.46 4.36 9.21 12.54 16.03 Textile and apparel 65+84 3.65 11.82 0.55 1.15 4.20 5.37 Machinery and transport equipment 7 14.89 48.13 25.37 53.60 40.25 51.44 Electrical and electronics products 75+ 76+ 77 10.94 35.38 23.52 49.70 34.46 44.04 Unallocated goods 9 0.05 0.16 0.04 0.08 0.09 0.12 Sumber: Wen dan Shaolian 2005 Di bidang investasi, ASEAN masih merupakan sumber aliran FDI penting bagi negara China. Investasi ASEAN ke China selama periode 1991 – 2001 terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 28 persen per tahun Wei, 2004. Pada tahun 1991, nilai investasi ASEAN di negara China baru mencapai US 90 juta dan kemudian meningkat menjadi US 4.2 milyar pada tahun 1998. Nilai investasi ASEAN tersebut sedikit mengalami penurunan menjadi US 3.3 milyar 1999 dan US 2.8 milyar 2000. Namun satu tahun kemudian 2001 investasi ASEAN di China melonjak secara drastis menjadi US 26.2 milyar atau 6.6 persen dari total FDI China. Selanjutnya pada tahun 2004, nilai FDI ASEAN-5 yang mengalir ke China mencapai US 682.92 juta. Angka ini jauh lebih besar hampir 7 kali lipat dibandingkan dengan aliran FDI China yang masuk ke negara-negara ASEAN-5 yaitu: sebesar US 100.6 juta. Lebih lanjut apabila dilihat nilai investasi bilateral Indonesia dengan China selama periode 1995 – 2004, Indonesia mengalami defisit investasi capital outflow secara kumulatif sebesar US 37.3 juta. Sebagaimana data pada Tabel 3, aliran FDI China ke ASEAN selama ini masih relatif kecil dibandingkan dengan investasi dari negara-negara mitra ASEAN lainnya. Investasi China tidak termasuk Hong Kong pada tahun 1995 adalah sebesar US 136.7 juta atau 0.5 persen dari total aliran FDI yang masuk ke ASEAN. Pada tahun 2004, jumlah FDI China bertambah menjadi US 225.9 juta atau 0.9 persen. Investasi China tersebut paling banyak dilakukan di negara Singapore dengan nilai sebesar US 98.30 juta 43.51 persen, Viet Nam sebesar US 85.60 juta 37.89 persen, dan Cambodia sebesar US 33.00 juta 14.61 persen. Kondisi sebaliknya untuk Indonesia, dimana pada tahun 2004 tersebut investasi China malah minus sebesar US 0.5 juta atau telah terjadi aliran modal ke luar capital outflow dari Indonesia ke China. Berdasarkan data investasi di masing-masing sektor, investasi China ke ASEAN pada tahun 2004 sebagian besar adalah untuk sektor properti yaitu sebesar 61.37 persen, disusul oleh sektor perdagangan 56.12 persen dan sektor manufaktur 33.72 persen. Tabel 3. Arus FDI ke ASEAN Tahun 1995 dan 2004 Negara Asal 1995 2004 Nilai FDI US Juta Total FDI ASEAN Nilai FDI US Juta Total FDI ASEAN ASEAN 4 654.4 16.5 2 432.7 9.5 Hong Kong 1 271.1 4.5 344.9 1.3 Taiwan 914.0 3.2 1 186.6 4.6 Korea Selatan 660.2 2.3 896.5 3.5 Jepang 5 649.3 20.0 2 538.2 9.9 China 136.7 0.5 225.9 0.9 Uni Eropa -15 5 049.6 17.9 5 420.5 21.1 USA 4 318.4 15.3 5 051.9 19.7 Australia 534.9 1.9 392.5 1.5 Rest of World 5 042.0 17.9 7 164.5 27.9 TOTAL 28 230.6 100.0 25 654.2 100.0 Sumber: ASEAN Secretariat 2005

1.1.3. Peranan Sektor Pertanian dalam Perekonomian ASEAN – China