Di samping itu, Indonesia juga akan menghadapi persaingan yang lebih berat dengan China di pasar ekspor negara ketiga, terutama untuk produk manufaktur. Hal
ini disebabkan struktur ekspor manufaktur kedua negara hampir sama. Di pasar Amerika Serikat misalnya, produk peralatan listrik, elektronika, tekstil dan pakaian
apparel dari China memiliki keunggulan komparatif yang lebih baik dibandingkan produk yang sama dari Indonesia.
Berdasarkan latar belakang dan kekhawatiran banyak pihak seperti yang dikemukakan di atas, maka selanjutnya dapat ditarik rumusan masalah sebagai
berikut: 1.
Apakah perdagangan bebas ASEAN – China memberikan keuntungan gains
atau malah mengakibatkan kerugian losses bagi perekonomian Indonesia? 2.
Jika terdapat gains maka apakah perdagangan bebas ASEAN – China akan
memperbaiki kinerja sektor pertanian dan kehutanan Indonesia, khususnya peningkatan produksi, ekspor dan impor, serta penyerapan tenaga kerja?
3. Kebijakan nasional apakah yang diperlukan Indonesia untuk meningkatkan
daya saing ekonomi, dan sekaligus untuk mengurangi dampak negatif liberalisasi perdagangan ASEAN - China?
1.3. Tujuan Penelitian
Seperti yang telah dikemukakan dalam perumusan masalah, penelitian ini bertujuan untuk:
1 Menganalisis dampak potensial FTA ASEAN - China terhadap perubahan
variabel makroekonomi, kinerja sektor pertanian dan kehutanan di Indonesia. 2
Mengevaluasi beberapa alternatif kebijakan nasional guna meningkatkan daya saing ekonomi dan mengurangi dampak negatif atas diberlakukannya
liberalisasi perdagangan regional.
1.4. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Ruang lingkup penelitian ini adalah analisis dampak kebijakan perdagangan bebas FTA ASEAN
– China terhadap kinerja ekonomi Indonesia, khususnya di sektor pertanian dan kehutanan. Untuk mengetahui efektifitas dan sekaligus mengurangi
dampak negatif FTA ASEAN – China terhadap ekonomi Indonesia maka analisis juga
dilakukan terhadap beberapa kombinasi kebijakan domestik yang bertujuan untuk meningkatkan daya saing dan produktivitas. Analisis dampak kebijakan tersebut
meliputi perubahan viariabel makroekonomi GDP riil, ekpor dan impor, neraca perdagangan, investasi, dan kesejahteraan masyarakat dan kinerja sektor pertanian
dan kehutanan perubahan output produksi dan ekspor. Keterbatasan penelitian lebih banyak disebabkan oleh kelemahan struktur
model GTAP yang akan digunakan dalam penelitian ini. Urata dan Kiyota 2003 mengidentifikasi beberapa kekurangan dari model GTAP standar, yaitu:
1. Model GTAP standar menggunakan asumsi Armington dimana setiap negara
dianggap memiliki kekuatan pasar sehingga dapat mempengaruhi atau mengatur arus perdagangannya terms of trade. Penggunaan asumsi ini
kurang realistis terutama untuk negara kecil seperti: negara-negara ASEAN. 2.
Model GTAP standar mengasumsikan bahwa semua pasar beroperasi secara persaingan sempurna perfect competition. Hal ini tidak selalu sesuai dengan
kenyataan dimana terdapat beberapa sektor yang memiliki struktur pasar tidak bersaing sempurna imperfect competitive structure.
3. Model GTAP standar bersifat perbandingan statis static comparative
sehingga seringkali menimbulkan kesulitan dalam menganalisis dampak sebuah kesepakatan perdagangan bebas secara dinamis atau akumulatif dari
tahun ke tahun.
4. Dalam model GTAP standar, arus investasi asing langsung FDI masih
bersifat agregat di tingkat regional. Persamaan FDI sektoral masih belum tersedia di dalam model. Hal ini menyebabkan analisis dampak perdagangan
bebas terhadap perubahan FDI di masing-masing sektor ekonomi belum dapat dilakukan.
5. Database GTAP standar tidak memuat semua jenis hambatan non-tarif dan
hambatan perdagangan di sektor jasa. Dengan keterbatasan ini maka penggunaan model GTAP standar belum sepenuhnya dapat mengungkapkan
dampak perdagangan bebas.
1.5. Manfaat Penelitian