Hasil Simulasi Skenario Dasar

166

6.2. Hasil Simulasi Skenario Dasar

Dengan diberlakukannya pasar bebas ASEAN AFTA, GDP riil dan kesejahteraan negara-negara ASEAN diperkirakan meningkat. Peningkatan GDP berkorelasi positif dengan tingkat kesejahteraan masyarakat, dimana apabila GDP meningkat maka kesejahteraan negara yang bersangkutan diharapkan juga meningkat. Hasil simulasi dasar menunjukkan bahwa peningkatan GDP riil terbesar akan diperoleh Philippines yaitu sebesar 19.60 persen, diikuti Thailand sebesar 18.89 persen, dan Vietnam sebesar 9.02 persen. Peningkatan GDP riil yang relatif tinggi di ketiga negara ASEAN tersebut adalah konsisten dengan masih tingginya tingkat proteksi awal perdagangan di negara-negara tersebut. Penghapusan hambatan perdagangan akan menurunkan harga impor sehingga menaikkan daya beli riil real purchasing power konsumen domestik. Peningkatan daya beli masyarakat tersebut selanjutnya akan meningkatkan produksi industri di dalam negeri Hakim, 2004. Oleh karena tingkat proteksi perdagangan di Indonesia sudah relatif rendah, maka peningkatan GDP riil diperkirakan hanya sebesar 3.21 persen dan kesejahteraan bertambah US 6 117.84 juta dihitung dari data dasar. Sedangkan bagi negara anggota ASEAN yang baru, seperti: Cambodia, Laos dan Myanmar, manfaat ekonomi dari pelaksanaan AFTA relatif kecil, dimana GDP riil hanya bertambah sebesar 0.02 persen dan kesejahteraan sedikit meningkat US 17.56 juta. Hal ini berkaitan dengan kepasitas sumberdaya manusia dan sistim perekonomian di negara-negara tersebut yang masih belum siap untuk melaksanakan liberalisasi perdagangan. Perubahan variabel makroekonomi dari hasil simulasi skenario dasar disajikan pada Tabel 22. Hasil simulasi di atas adalah konsisten dengan penelitian Hutabarat et al 2008 yang menyebutkan bahwa pelaksanaan AFTA akan meningkatkan GDP dan kesejahteraan negara-negara ASEAN, dimana untuk Indonesia diperkirakan akan memperoleh 167 peningkatan GDP sebesar 0.0027 persen dan kesejahteraan sebesar US 5.34 juta. Peningkatan GDP dan kesejahteraan ini diduga sebagai akibat dari peningkatan ekspor yang mendorong peningkatan neraca perdagangan. Lebih lanjut dikatakan bahwa apabila hasil simulasi ini benar, maka kekhawatiran akan dampak kesepakatan regional tidak perlu ada karena ternyata pengaruhnya positif terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat di masing-masing negara. Sedangkan Hakim 2004 melakukan simulasi dampak AFTA terhadap perdagangan komoditi pertanian. Walaupun model yang digunakan berbeda dengan penelitian ini, hasil simulasi menunjukkan bahwa AFTA akan meningkatkan GDP riil negara-negara ASEAN. Pelaksanaan AFTA tersebut akan meningkatkan GDP Indonesia rata-rata sebesar 0.2 persen selama periode 2004-2010. Sejalan dengan peningkatan GDP, nilai perdagangan negara-negara ASEAN juga akan meningkat dengan diberlakukannya AFTA. Nilai ekspor Philippines diperkirakan mengalami peningkatan terbesar, diikuti oleh Thailand dan Vietnam. Hal ini dimungkinkan sebab hambatan perdagangan awal dari ketiga negara tersebut relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN lainnya. Dengan demikian penghapusan tarif impor menyebabkan harga-harga faktor produksi dan input antara menurun drastis, sehingga biaya produksi domestik menjadi jauh lebih murah. Rendahnya biaya produksi tersebut membuat daya saing meningkat sehingga ekspor juga meningkat. Untuk Indonesia, nilai ekspor dan impor masing-masing bertambah sebesar 8.37 persen dan 10.54 persen dihitung dari data dasar. Berdasarkan hasil tersebut dapat dikatakan bahwa pelaksanaan AFTA akan meningkatkan perdagangan negara-negara ASEAN. Menurut hasil penelitian Hakim 2004 pelaksanaan AFTA memberikan dampak kreasi perdagangan yang lebih besar dibandingkan dampak diversi perdagangan sehingga secara keseluruhan AFTA memberikan dampak positif. 168 Tabel 22. Perubahan Variabel Makroekonomi pada Simulasi Dasar Negara GDP riil Kesejahteraan US juta Terms of Trade Nilai Ekspor Nilai Impor IDN 3.21 6 117.84 -0.27 8.37 10.54 MYS 2.45 1 422.79 0.21 2.84 3.70 PHL 19.60 20 215.39 -7.56 96.72 96.63 SGP 0.28 4 245.76 1.40 5.43 5.37 THA 18.89 15 057.75 -1.43 21.87 25.86 VNM 9.02 2 339.27 -0.69 21.29 21.04 XSE 0.02 17.56 0.84 0.84 1.06 CHN 0.16 -3 591.35 -0.06 -0.64 -0.93 JPN 0.13 -4 017.01 0.14 0.59 0.16 ROK 0.16 -435.56 0.03 -0.30 -0.37 USA 0.16 -2 755.76 0.15 0.12 -0.04 EU-15 0.15 -5 301.84 0.02 -0.34 -0.38 ROW 0.08 -5 555.85 0.06 -0.34 -0.41 Sumber: Hasil Simulasi Skenario Dasar Nilai absolut dan pangsa share ekspor bilateral dari hasil simulasi dasar disajikan pada Lampiran 13 dan 14. Berdasarkan data pada lampiran tersebut, total ekspor ASEAN dan China mencapai 7.52 persen dan 5.34 persen dari total ekspor dunia. Ekspor ASEAN ke China mencapai US 37.07 milyar, atau sekitar 7.00 persen dari total ekspor ASEAN. Sedangkan ekspor China ke ASEAN sebesar US 36.57 milyar atau 9.74 persen dari total ekspor China. Selanjutnya apabila nilai total ekspor tersebut dibandingkan dengan nilai ekspor ASEAN dan China ke pasar EU-15, 169 Amerika Serikat dan Jepang, diketahui bahwa nilai perdagangan antara ASEAN dengan China masih relatif kecil. Dengan kata lain, masing-masing pihak bukan merupakan mitra dagang yang penting sebab sebagian besar ekspor masih mengandalkan pasar EU-15, Amerika Serikat dan Jepang. Total ekspor ASEAN ke negara-negara EU-15 mencapai 18.50 persen, Amerika Serikat 17.31 persen dan Jepang 11.46 persen dari total ekspor ASEAN. Sedangkan total ekspor China ke ke tiga negara tersebut masing-masing adalah 18.86 persen, 25.32 persen dan 21.93 persen dari total ekspor China. Dengan AFTA, nilai total ekspor Indonesia mencapai US 73.33 milyar atau meningkat sebesar 8.37 persen dari data dasar. Dalam perdagangan intra-ASEAN, negara Singapore merupakan mitra dagang terbesar bagi Indonesia. Nilai ekspor Indonesia yang mengalir ke Singapore adalah US 5.97 milyar atau 8.4 persen dari total ekspor, dan sebaliknya ekspor Singapore ke Indonesia sebesar US 4.04 milyar atau 14.43 persen dari total ekspor. Untuk perdagangan ekstra-ASEAN, ekspor Indonesia ke China relatif kecil dibandingkan dengan ekspor ke pasar EU-15, Amerika Serikat dan Jepang. Nilai ekspor Indonesia ke China adalah US 4.94 milyar 6.74 persen, sedangkan ekspor ke EU-15 mencapai US 12.36 milyar 12.36 persen, Amerika Serikat US 11.14 milyar 11.14 persen dan Jepang mencapai US 11.91 milyar 11.91 persen. Berdasarkan data perdagangan bilateral antara negara-negara ASEAN dalam kerangka AFTA di atas dapat disimpulkan bahwa perdagangan antar negara-negara ASEAN intra-ASEAN trade cenderung terus meningkat, dan perdagangan ekstra- ASEAN masih mengandalkan pasar Jepang, Amerika Serikat, dan Uni Eropa. Perdagangan bilateral ASEAN dengan China masih relatif kecil. Dengan demikian timbul kekhawitran bahwa liberalisasi perdagangan ASEAN – China akan mengorbankan perdagangan intra-ASEAN dan perdagangan dengan mitra dagang 170 utama tersebut. Apabila diversi perdagangan lebih besar maka pelaksanaan FTA ASEAN – China menjadi tidak relevan untuk dilaksanakan. Dalam hal seperti ini negara-negara ASEAN lebih baik mengintensifkan perdagangan intra-ASEAN untuk memperkuat integrasi ekonomi di kawasan ASEAN Tambunan, 2005. Pelaksanaan AFTA juga berdampak pada perubahan output, volume ekspor dan impor dari setiap komoditi di negara-negara ASEAN. Data Tabel 23 menunjukkan hampir sebagian besar komoditi baik pertanian, kehutanan maupun manufaktur negara-negara ASEAN mengalami peningkatan output produksi. Peningkatan output yang cukup menonjol terjadi di sektor manufaktur. Untuk di Indonesia, beberapa komoditi mengalami peningkatan output yang tinggi, yaitu: produk susu 8.84 persen, produk makanan 5.88 persen dan gula 4.05 persen. Hal yang menarik dari Tabel 23 adalah berbeda dengan negara ASEAN lainnya output komoditi kehutanan dan kayu olahan Indonesia akan mengalami penurunan. Hal ini menggambarkan bahwa pelaksanaan AFTA akan mendorong harga impor turun sehingga memberikan disinsentif bagi produsen domestik untuk berproduksi. Tabel 24 dan 25 menyajikan data perubahan volume ekspor dan impor setiap komoditi pada simulasi skenario dasar. Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa perdagangan komoditi pertanian Indonesia akan mengalami peningkatan. Ekspor andalan komoditi pertanian Indonesia adalah minyak nabati vegetable oils, produk daging meat products, dan produk gula lainnya other sugar. Sedangkan perdagangan di sektor manufaktur, diperkirakan akan mengalami penurunan baik di sisi ekspor maupun impor. Berkaitan dengan hal ini, Indonesia diharapkan dapat memanfaatkan peluang perdagangan bebas ASEAN dengan meningkatkan produksi pertanian dan kehutanan yang selama ini memiliki daya saing cukup baik seperti: minyak nabati dan produk kayu olahan. 171 Tabel 23. Perubahan Output Sektoral qo pada Simulasi Dasar Sektor Region IDN MYS PHL SGP THA VNM XSE CHN Paddy 0.30 13.58 -5.59 0.29 -2.27 11.48 0.43 0.15 ProcRice 0.38 52.87 -7.48 18.05 -0.94 21.25 0.45 0.28 Wheat -10.10 407.33 -53.69 -13.72 -7.71 19.90 -1.06 -0.03 Cereal 4.02 5.32 8.41 -1.19 -3.47 0.43 0.28 0.39 VegetFruit 2.08 2.74 -2.25 7.05 9.00 -6.23 0.45 0.12 VegetOil -1.96 5.45 -0.28 6.37 5.13 28.75 0.31 0.33 Sugar 4.05 21.24 20.71 80.08 13.08 -14.48 -0.08 1.03 OtherSugar 3.96 9.79 21.05 12.29 13.06 -10.24 -0.08 0.14 MeatProd 3.03 22.08 19.12 29.85 -1.31 -12.08 0.04 0.11 DairyProd 8.84 41.48 2.62 15.17 13.28 3.56 0.51 0.00 FoodProd 5.88 30.42 4.22 7.76 -3.78 -10.74 0.16 0.02 Livestock 2.81 9.56 22.03 38.33 0.97 1.78 0.53 -0.14 Fishery 3.19 5.08 14.66 -0.18 3.59 0.50 0.08 -0.04 Forest -1.49 0.33 7.87 -0.89 8.85 6.81 0.55 0.09 WoodProd -3.73 1.82 1.04 7.96 2.29 4.87 0.56 0.52 OtherAgric -5.14 -11.03 -17.81 -5.07 -7.40 -21.09 -1.15 1.08 Textiles 12.95 54.42 136.23 14.34 17.80 14.77 -0.93 -0.34 Electronic 15.75 -1.45 151.16 7.84 26.58 69.46 -0.51 -2.07 Machinery 27.21 11.33 320.30 14.80 24.34 61.09 -0.57 -0.33 MiningMnrl 2.14 2.89 63.62 -18.72 50.84 12.80 0.05 -0.04 OtherMnfcs 15.37 5.58 71.03 28.99 32.09 16.00 -0.27 -0.30 Sumber: Hasil Simulasi Skenario Dasar 172 Tabel 24. Perubahan Volume Ekspor Sektoral qxw pada Simulasi Dasar Sektor Region IDN MYS PHL SGP THA VNM XSE CHN Paddy 0.56 -19.98 1.01 -0.17 -6.87 -2.81 8.00 57.06 ProcRice -4.95 -3.95 -1.46 -1.50 -3.83 -2.65 0.49 22.01 Wheat -1.98 -5.69 0.78 -1.47 -6.12 50.12 0.20 11.80 Cereal -5.35 -3.49 -1.56 -0.86 -2.22 -1.59 0.21 2.53 VegetFruit -5.06 -1.67 21.44 -1.41 7.49 37.40 -0.38 6.09 VegetOil 7.39 10.65 10.19 2.63 6.43 11.04 0.57 17.73 Sugar -2.05 -2.36 1.30 -9.69 8.28 -0.32 -5.12 187.13 OtherSugar 26.55 -8.95 3.92 -2.09 -11.23 29.47 1.26 1.25 MeatProd 77.59 13.20 6.58 0.84 -1.56 -2.90 -8.47 58.05 DairyProd -0.75 0.91 0.93 3.58 5.43 28.74 0.74 24.48 FoodProd -1.00 0.24 0.30 0.74 -0.07 0.17 -0.96 19.97 Livestock -1.15 -2.96 3.38 1.67 -0.34 4.09 -3.30 3.72 Fishery 0.31 -0.32 0.04 0.30 1.57 0.62 -0.04 -1.53 Forest 1.89 0.74 1.48 -0.49 12.78 28.65 0.12 3.31 WoodProd 0.89 -2.78 -5.23 2.76 -3.55 -0.18 -11.88 38.81 OtherAgric 0.72 -0.79 11.77 0.29 7.23 3.46 -1.98 11.14 Textiles -0.42 -0.54 0.07 -0.15 -0.17 0.30 0.36 -0.65 Electronic -0.69 -0.20 0.33 -0.12 -0.11 -0.17 0.46 -1.71 Machinery -0.42 -0.16 0.24 0.06 -0.07 -0.30 0.55 -2.05 MiningMnrl -0.39 -0.27 0.25 0.02 -0.80 -0.11 0.49 -1.94 OtherMnfcs -0.75 -0.20 0.55 0.00 -0.14 -0.32 0.37 -0.86 Sumber: Hasil Simulasi Skeanrio Dasar 173 Tabel 25. Perubahan Volume Impor Sektoral qiw pada Simulasi Dasar Sektor Region IDN MYS PHL SGP THA VNM XSE CHN Paddy 0.25 10.43 -0.92 0.08 2.57 99.04 -0.72 0.67 ProcRice 2.76 1.35 -1.24 0.05 6.86 4.71 -1.27 -8.37 Wheat -0.24 0.95 -0.01 0.04 -0.46 -0.27 -0.06 -0.72 Cereal 0.77 0.95 4.59 0.03 15.88 3.46 -1.45 -0.10 VegetFruit 3.63 0.93 5.43 0.00 6.23 21.56 -1.02 13.78 VegetOil 1.53 5.70 3.59 1.06 0.29 2.30 -0.38 5.55 Sugar 1.68 0.96 6.81 -3.76 12.02 0.22 -1.02 4.14 OtherSugar 1.00 7.86 -2.84 -0.25 6.03 6.39 -0.81 2.33 MeatProd 3.69 3.99 13.01 0.28 -1.30 0.28 -1.78 6.77 DairyProd 0.27 0.61 0.01 0.26 0.33 0.22 0.19 -5.16 FoodProd 1.65 1.47 0.35 0.24 1.44 2.63 -0.24 -3.60 Livestock 7.72 8.97 -0.88 -0.37 0.19 2.97 -0.55 -0.46 Fishery 0.54 2.20 0.38 0.03 -0.35 1.32 -0.65 3.60 Forest 2.04 -1.00 -1.61 0.01 -3.05 -0.31 -4.54 1.89 WoodProd 4.37 0.16 1.13 0.51 3.25 8.45 1.24 3.75 OtherAgric 1.10 -1.00 0.04 0.01 2.12 2.53 -1.51 6.70 Textiles -0.10 -0.09 0.19 -0.02 -0.16 -0.21 -0.23 0.50 Electronic -0.14 -0.09 0.28 -0.10 -0.12 -0.01 -0.47 -0.52 Machinery -0.19 0.04 0.09 -0.04 -0.16 -0.06 -0.32 0.90 MiningMnrl -0.11 0.00 0.12 -0.02 -0.20 -0.16 -0.42 0.64 OtherMnfcs -0.02 -0.04 0.00 -0.03 -0.11 -0.04 -0.29 0.37 Sumber: Hasil Simulasi Dasar 174

6.3. Analisa Dampak dan Manfaat FTA ASEAN – China