1.3 1.3 10.7 4.3 2.6 10.4 10.0 8.1 2.4 1.5 1.3 1.1 1.4 2.3 5.7 3.5 1.2 1.7 3.1 1.3 1.0 1.2 3.1 4.2 3.4 Menyamakan Tingkat Pengembalian Modal yang Diharapkan Untuk

194 Tabel 34. Indeks Revealed Comparative Advantage ASEAN dan China, 1995 - 2003 SITC 1 Digit Brunei Darussalam Indonesia Malaysia Philippines 1995 2000 2003 1995 2000 2003 1995 2000 2003 1995 2000 2003 0.0 0.0 0.0

1.5 1.3

1.3 0.3 0.2 0.2 1.2 0.6 0.6 1 0.0 0.0 0.0 0.3 0.4 0.4 0.1 0.2 0.2 0.3 0.1 0.2 2 0.0 0.0 0.1 3.1 3.1

3.5 1.3

0.8 0.7 0.8 0.3 0.3 3

14.9 10.7

10.9 4.3

2.8 2.6

0.7 0.6 0.6 0.1 0.1 0.1 4 0.0 0.0 0.0

6.7 10.4

15.5 10.0

7.2 8.1

7.4 2.4

2.0 5 0.0 0.0 0.0 0.4 0.6 0.5 0.2 0.3 0.3 0.1 0.1 0.1 6 0.0 0.0 0.1

1.6 1.5

1.3 0.4 0.4 0.3 0.4 0.2 0.2 7 0.0 0.0 0.0 0.2 0.4 0.4

1.2 1.3

1.3 1.1

1.4 1.4 8

1.0 1.3

1.0 1.7

1.5 1.4

0.6 0.5 0.5 1.6 0.7 0.6 9 0.3 0.2 0.2 0.1 0.2 0.6 0.4 0.3 0.2 0.4 0.6 0.4 194 195 Tabel 34. Lanjutan SITC 1 Digit Singapore Thailand Vietnam China 1995 2000 2003 1995 2000 2003 1995 2000 2003 1995 2000 2003 0.2 0.2 0.2

2.6 2.3

2.1 5.7

4.5 3.5

0.7 0.7 0.5 1 0.3 0.2 0.1 0.2 0.2 0.2 0.1 0.2 0.2 0.5 0.3 0.2 2 0.2 0.2 0.2

1.3 1.2

1.3 1.7

1.0 0.9 0.6 0.5 0.3 3 1.2 0.8 1.0 0.0 0.2 0.2

3.3 3.1

2.3 0.3 0.2 0.2 4 0.7 0.8 0.9 0.1 0.2 0.3 2.2 0.7 0.1 0.2 0.1 0.1 5 0.5 0.7 1.1 0.3 0.6 0.5 0.1 0.1 0.1 0.4 0.3 0.3 6 0.2 0.2 0.2 0.7 0.8 0.7 0.5 0.5 0.5 1.0 1.0 0.9 7

1.4 1.3

1.3 1.0

1.0 1.1

0.0 0.2 0.3 0.6 0.8 1.0 8 0.4 0.4 0.4

1.4 1.2

1.1 3.1

3.6 4.2

3.9 3.4

2.7 9 0.7 0.7 0.7 0.4 0.4 0.5 0.2 0.1 0.1 0.2 0.2 0.2 Sumber: Kozo et al 2005 [http:www.uni-lehavre.fractuaitlcsgekiyoko_2.pdf 195 Perubahan output sektoral pada tahap pelaksanaan FTA ASEAN-China secara penuh di sajikan pada Tabel 35 dan data yang lebih rinci untuk semua region dan sektor disajikan pada Lampiran 16. Secara umum, pelaksanaan FTA ASEAN-China secara penuh akan memberikan dampak posisif terhadap peningkatan output komoditi pertanian negara-negara ASEAN. Beberapa komoditi pertanian yang mengalami peningkatan produksi antara lain adalah: minyak nabati, produk daging, komoditi peternakan, perikanan dan kehutanan. Sebaliknya, tingkat produksi minyak nabati dan produk daging di China mengalami penurunan yang cukup signifikan. Penurunan produksi di China tersebut terjadi sebagai akibat tekanan impor yang tinggi atas minyak nabati khususnya Crude Palm Oils CPO yang memang tidak dihasilkan oleh negara China Hutabarat et al, 2008. Khusus komoditi kehutanan, poduksi meningkat di semua negara kecuali produk kayu olahan di Malaysia dan Thailand. Peningkatan produksi komoditi kehutanan dan kayu olahan di Indonesia relatif lebih tinggi dibandingkan negara-negara ASEAN. Hal ini disebabkan keunggulan komparatif komoditi kehutanan Indonesia lebih baik dan didukung ketersediaan sumber daya hutan yang lebih besar sehingga Indonesia sebaiknya berspesialisasi pada jenis komoditi tersebut. Di sektor manufaktur, pada umumnya output meningkat di negara-negara ASEAN, kecuali tekstil dan produk manufaktur lain. Namun demikian peningkatan output sektor manufaktur ASEAN tersebut tidak lebih tinggi dibanding dengan pertumbuhan sektor manufaktur di China. Berbeda dengan ASEAN, industri manufaktur China semuanya mengalami peningkatan produksi yang cukup tinggi. Industri elektronik China meningkat 23.21 persen, produk mesin dan tekstil masing- masing meningkat 14.72 persen dan 10.18 persen. Peningkatan produksi manufaktur China tersebut seperti ynag dikhawatirkan banyak pihak akan mengancam kelangsungan industri manufaktur ASEAN. Apabila industri di ASEAN tidak lebih efisien dan memiliki keunggulan komparatif yang lebih baik maka produk manufaktur dari China akan terus membanjiri pasar di negara-negara ASEAN. Tabel 35. Perubahan Output Sektoral qo pada Tahap Pelaksanaan FTA ASEAN- China Secara Penuh Sektor Region IDN MYS PHL SGP THA VNM XSE CHN Paddy 0.53 -0.45 0.96 -1.74 -4.49 -1.58 0.18 2.20 ProcRice 0.50 1.19 1.20 4.94 -4.32 -1.46 0.19 1.10 Wheat -7.13 -17.57 -5.85 -8.84 -9.27 2.22 -1.47 0.85 Cereal 0.42 -0.73 0.05 1.17 -3.74 2.41 0.34 1.93 VegetFruit 0.30 -0.34 1.00 1.87 7.83 7.18 0.40 1.92 VegetOil 3.31 13.03 3.56 2.74 4.79 5.57 0.62 -9.40 Sugar 1.06 1.53 -0.63 -0.60 1.48 -1.62 -0.14 -5.02 OtherSugar 1.12 -0.46 -0.61 3.49 1.48 -0.63 1.60 3.08 MeatProd 11.21 23.90 -0.02 9.98 -1.33 -6.06 0.03 -2.86 DairyProd -1.78 3.30 -1.66 2.31 -0.43 -0.42 0.68 -1.48 FoodProd 0.48 -1.08 0.04 1.91 -5.11 -4.22 0.49 0.36 Livestock 4.96 9.34 0.34 3.91 -0.73 2.38 0.23 2.92 Fishery 0.83 1.07 0.44 0.38 0.37 0.79 0.23 1.61 Forest 5.12 2.11 0.88 0.95 3.83 1.98 4.21 3.91 WoodProd 3.66 -3.28 0.09 3.54 -5.14 0.01 -0.90 2.54 OtherAgric -1.44 -3.83 -1.3 -0.42 1.26 -1.76 0.89 -2.87 Textiles 3.47 11.54 -1.59 4.97 -3.02 13.57 -0.72 10.18 Electronic 6.49 3.54 1.1 7.05 7.85 13.69 -0.67 23.21 Machinery 1.57 3.5 9.07 10.87 2.12 1.66 -0.65 14.72 MiningMnrl 0.85 3.79 1.77 8.46 26.75 4.61 0.33 10.47 OtherMnfcs -1.88 0.01 -0.67 -6.42 -0.06 4.63 -0.32 11.67 Sumber: Hasil Simulasi-2

6.3.2.3. Dampak Terhadap Perdagangan Komoditi Pertanian dan Kehutanan

Sama dengan output sektoral, volume ekspor dan impor setiap sektor juga mengalami perubahan yang bervariasi menurut jenis komoditi dan region sebagaimana dapat dilihat pada Tabel 36 dan 37. Data yang lebih rinci mengenai perubahan volume ekspor dan impor sektoral di semua region disajikan pada Lampiran 17 dan 18. Secara umum, volume ekspor ASEAN untuk komoditi pertanian terutama minyak nabati, produk daging, dan kehutanan mengalami peningkatan. Ekspor kayu olahan meningkat hanya di Indonesia dan Singapore, sedangkan di negara ASEAN lainnya turun. Di Indonesia, peningkatan ekspor komoditi pertanian yang cukup signifikan antara lain untuk produk daging 148.77 persen, gula lain 68.89 persen, dan 9.32 persen, dan peternakan 3.56 persen. Ekspor komoditi kehutanan meningkat 26.80 persen dan produk kayu olahan 5.62 persen. Keadaan yang sebaliknya terjadi di China, dimana ekspor komoditi pertanian dan kehutanan hampir semuanya turun. Khusus untuk ekspor kehutanan dan kayu olahan dari China berkurang masing-masing sebesar 50.37 persen dan 5.24 persen. Untuk produk manufaktur, volume ekspor negara-negara ASEAN akan meningkat, kecuali kelompok negara-negara XSE Cambodia, Laos, Myanmar. Sedangkan ekspor manufaktur China semuanya meningkat dan lebih tinggi peningkatannya dibandingkan dengan negara-negara ASEAN. Peningkatan ekspor manufaktur China terbesar adalah untuk produk elektronik 26 persen. Di sisi impor, struktur impor ASEAN hampir seragam, kecuali kelompok negara XSE. Impor ASEAN mengalami peningkatan untuk hampir semua jenis komodti, termasuk produk manufaktur. Impor ASEAN yang menonjol adalah komoditi peternakan, sayuran dan buah-buahan. Di luar perkiraaan semula, volume impor komoditi beras Indonesia turun sebesar 1.01 persen. Peningkatan impor China terutama untuk komoditi pertanian, kehutanan, dan bahan tambang. Hal ini menegaskan kembali bahwa negara China sangat membutuhkan sumber bahan baku dari ASEAN bagi industri di dalam negeri. Volume impor China untuk komoditi kehutanan dan produk kayu olahan diperkirakan meningkat tajam, yaitu sebesar 54.60 persen dan 27.42 persen. Peningkatan impor China untuk komoditi kehutanan ini perlu mendapat perhatian serius dari negara- negara ASEAN agar tidak terjadi eksploitasi sumberdaya hutan secara berlebihan sehingga dapat menyebabkan kerusakan lingkungan. Berdasarkan data perubahan nilai ekspor dan impor di setiap sektor, dapat disimpulkan bahwa FTA ASEAN – China akan meningkatkan nilai perdagangan semua negara anggota. Namun demikian, ekspor negara-negara ASEAN, khususnya Indonesia, akan lebih banyak mengandalkan komoditi yang berbasis sumberdaya alam dan industri ekstraktif, seperti: minyak nabati kelapa sawit, kehutanan, dan bahan tambang. Sedangkan di sektor manufaktur, Indonesia masih kalah bersaing dengan China. Kondisi seperti inilah yang oleh banyak pihak dikhawatirkan bahwa China akan memanfaatkan negara-negara ASEAN sebagai pemasok kebutuhan bahan baku dan sekaligus sebagai pasar bagi industri manufaktur China. Daya saing industri manufaktur masih menjadi tantangan yang harus diselesaikan oleh Indonesia. Dalam jangka pendek, industri manufaktur Indonesia akan kalah bersaing dengan China karena keunggulan komparatif yang dimiliki masih rendah. Namun dalam jangka panjang, persaingan dengan China tersebut diharapkan akan mendorong industri domestik untuk lebih efisien, dan lebih banyak lagi melakukan investasi di bidang sumberdaya manusia serta perbaikan teknologi yang sangat diperlukan untuk meningkatkan keunggulan komparatif sehingga mampu menghadapi persaingan dengan China. Tabel 36. Perubahan Volume Ekspor Sektoral pada Tahap Pelaksanaan FTA ASEAN-China Secara Penuh Sektor Region IDN MYS PHL SGP THA VNM XSE CHN Paddy -6.94 -39.24 -19.30 0.65 -42.37 -17.90 16.46 -31.59 ProcRice -6.07 0.66 -3.43 4.56 -13.56 -7.95 6.58 -29.08 Wheat -8.12 -19.31 -16.63 -9.16 -33.01 -2.84 -1.53 -63.92 Cereal -5.51 -6.25 -5.72 1.16 -2.35 -12.37 0.11 -21.07 VegetFruit -3.06 -1.59 30.15 2.24 -9.44 44.06 1.79 -37.64 VegetOil 8.47 14.28 12.83 3.16 -0.74 9.85 3.89 -37.77 Sugar -5.74 -5.14 -6.27 -2.42 1.46 -12.01 -4.03 58.72 OtherSugar 62.03 -20.78 -5.91 -8.58 -33.16 36.12 54.77 -53.83 MeatProd 143.31 27.84 -9.61 17.14 -23.60 -35.27 12.43 -51.90 DairyProd -5.69 3.32 -2.79 4.85 -4.71 27.00 -0.94 -45.17 FoodProd -0.95 -1.85 -3.53 2.47 -7.35 -8.27 1.92 -28.15 Livestock -1.23 -4.99 3.73 3.42 -6.85 -4.36 11.07 -39.36 Fishery 0.27 -0.80 -3.84 0.52 1.51 -10.11 12.96 -34.52 Forest 24.20 13.45 5.90 0.94 20.33 26.33 8.03 -50.37 WoodProd 4.91 -3.43 -0.67 4.31 -8.06 -3.49 -2.58 -5.24 OtherAgric -1.86 -4.37 23.09 -0.55 -6.32 -2.15 9.12 -52.30 Textiles 11.44 15.91 0.73 5.34 5.39 38.74 -1.43 10.96 Electronic 9.30 3.70 1.09 7.19 9.17 17.93 -6.08 26.62 Machinery 2.18 5.34 10.24 11.98 2.97 1.67 -3.06 14.54 MiningMnrl 2.35 7.67 10.33 10.67 55.61 14.61 0.49 18.45 OtherMnfcs -2.71 3.16 -2.48 -9.81 -6.36 10.50 -2.48 11.64 Sumber: Hasil Simulasi-2 Tabel 37. Perubahan Volume Impor Sektoral pada Tahap Pelaksanaan FTA ASEAN- China Secara Penuh Sektor Region IDN MYS PHL SGP THA VNM XSE CHN Paddy -1.01 33.35 15.28 0.28 34.37 28.50 4.75 152.72 ProcRice 3.98 5.39 0.13 1.99 12.80 8.34 -5.21 32.14 Wheat 0.20 3.70 -0.05 -0.42 -5.10 0.92 0.01 64.66 Cereal 4.48 12.18 7.63 1.86 16.52 13.54 -0.13 7.62 VegetFruit 5.34 7.01 7.09 2.97 31.19 32.60 -1.56 58.50 VegetOil 3.72 8.66 1.89 3.02 9.16 6.82 -1.47 23.71 Sugar 3.35 3.61 6.84 -0.04 24.34 7.75 -2.73 21.54 OtherSugar 9.06 17.68 2.51 4.62 25.14 18.88 -2.95 58.26 MeatProd 9.81 10.18 9.92 2.65 7.06 17.35 -6.68 91.05 DairyProd 2.01 2.95 0.53 1.69 4.51 4.94 -0.74 35.14 FoodProd 4.10 4.06 2.67 1.29 2.97 8.39 -0.95 29.44 Livestock 19.10 23.63 5.63 5.10 11.63 19.35 0.28 52.58 Fishery 3.54 7.28 3.64 2.57 4.19 10.48 -0.52 38.96 Forest 8.61 3.12 0.47 4.19 -0.07 21.43 4.50 54.60 WoodProd 5.74 0.07 1.05 -0.71 7.36 11.89 -1.52 27.42 OtherAgric 6.27 7.57 2.70 2.02 8.41 9.85 -3.62 56.07 Textiles 9.01 8.83 2.87 2.92 25.08 12.45 -0.64 14.27 Electronic 7.51 2.70 0.63 5.01 7.35 6.90 1.67 20.26 Machinery 1.55 3.03 3.28 4.45 5.61 5.69 -0.30 15.96 MiningMnrl 3.62 5.23 1.44 4.52 21.07 11.23 -1.52 18.60 OtherMnfcs 4.06 5.26 2.84 0.92 6.02 7.24 -0.52 10.06 Sumber: Hasil Simulasi-2

6.4. Kombinasi FTA ASEAN – China dengan Kebijakan Domestik