Penilaian Tingkat Kelestarian Kaindea Nto’oge

150 Saat ini Pemda Wakatobi mulai memprogramkan rehabilitas dan penghijauan kawasan hutan terutama Kaindea. Namun program tersebut masih dilakukan pada kawasan yang sudah rusak seperti pada kawasan Kaindea Teo di Wilayah Adat Wanci.

6.6. Penilaian Tingkat Kelestarian Kaindea Nto’oge

Implikasi kinerja pengelolaan terhadap kelestarian sumberdaya hutan dinilai berdasarkan skor indikator di tiap-tiap kriteria yang telah diuraikan sebelumnya. Pencapaian kelestarian merupakan nilai total seluruh indikator yang digunakan LEI 2002. Masing-masing skor dikelompokkan ke dalam tiap-tiap kriteria dan prinsipnya masing-masing, seperti yang disajikan pada Tabel 31, 32, 33. Tabel 31 Skor kriteria dan indikator LEI untuk kelestarian fungsi sosial Dimensi Hasil Kelestarian Fungsi Sosial Dimensi Manajemen Kejelasan tentang hak penguasaan dan pengelolaan lahan atau areal hutan yang dipergunakan Terjaminnya pengembangan dan ketahanan ekonomi komunitas Terbangun pola hubungan sosial yang setara dalam proses produksi Keadilan manfaat menurut kepentingan komunitas

1. MANAJEMEN KAWASAN

1.1. Pemantapan Kawasan 1.2. Penataan Kawasan 5.0 5.0 5.0 - - - - 2. MANAJEMEN HUTAN 2.1. Kelola Produksi 2.2. Kelola Lingkungan 2.3. Kelola Sosial - - - 3.0 5.0 5.0 - - 3.0 3.0 5.0

3. PENATAAN KELEMBAGAAN

3.1. Akuntabilitas Publik 3.2. Penataan Organisasi 3.3. Peningkatan SDM 3.4. Manajemen keuangan - - 5.0 - - - - - - 5.0 - - 5.0 - - - Sumber: Hasil pengukuran nilai CI LEI 2008. 151 Tabel 32 Skor kriteria dan indikator LEI untuk kelestarian fungsi produksi Dimensi Hasil Kelestarian Fungsi Produksi Dimensi Manajemen Kelestarian Sumberdaya Kelestarian Hasil Kelestarian Usaha

1. MANAJEMEN KAWASAN

1.1. Pemantapan Kawasan 1.2. Penataan Kawasan 3.0 3.0 - 3.0 - -

2. MANAJEMEN HUTAN

2.3. Kelola Produksi 2.2. Kelola Lingkungan 2.3. Kelola Sosial - - 5.0 5.0 3.0 - - - 1.0

3. PENATAAN KELEMBAGAAN

3.1. Akuntabilitas Publik 3.2. Penataan Organisasi 3.3. Peningkatan SDM 3.4. Manajemen Keuangan - - - - 5.0 - - - 1.0 - - 3.0 Sumber: Hasil pengukuran nilai CI LEI 2008. Tabel 33 Skor kriteria dan indikator LEI untuk kelestarian fungsi ekologi Dimensi Hasil Kelestarian Fungsi Lingkungan Dimensi Manajemen Stabilitas ekosistem Sintasan spesies langkaendemik dilindungi

1. MANAJEMEN KAWASAN

1.3. Pemantapan Kawasan 1.4. Penataan Kawasan 5.0 5.0 1.0 -

2. MANAJEMEN HUTAN

2.2. Kelola Produksi 2.2. Kelola Lingkungan 2.3. Kelola Sosial 3.0 3.0 5.0 - 3.0

3. PENATAAN KELEMBAGAAN

3.1. Akuntabilitas Publik 3.2. Penataan Organisasi 3.3. Peningkatan SDM 3.4. Manajemen Keuangan - - - - - - - - Sumber: Hasil pengukuran nilai CI LEI 2008. Tabel 31, 32, 33 menunjukkan matriks sebaran skor indikator tiap-tiap prinsip kelestarian berdasarkan dimensi manajemen dan dimensi hasil. Dimensi manajemen kawasan, baik itu berupa pemantapan atau penataan kawasan umumnya telah terpenuhi oleh kinerja pengelolaan. Hal ini dibuktikan melalui kejelasan status dan batas lahan, dan mekanisme penyelesaian konflik yang berjalan dengan baik. Keamanan dan kepastian kawasan merupakan “syarat keharusan” bagi tercapainya pengelolaan hutan yang lestari. Hal tersebut erat kaitannya dengan beberapa manfaat yang dapat diberikan, di antaranya: 1 memberikan jaminan terhadap perolehan manfaat bagi pemegang hak, 2 secara relatif meniadakan sengketa diantara pemegang hak, 3 dapat menunjukkan adanya dukungan dari pihak-pihak lain yang bukan pemegang hak kepada pemegang hak, dan 4 ada 152 kewenangan pada pemegang hak untuk melakukan tuntutan terhadap pihak- pihak yang tidak berhak LEI 2002. Terkait dengan dimensi manajemen hutan, utamanya komponen kelola produksi, masih dijumpai berapa indikator yang belum terpenuhi, di antaranya: a tidak tersedianya informasi dan dokumentasi yang memadai terhadap spesies endemik oleh masyarakat; b rendahnya kelestarian hasil untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Kedua komponen ini dapat mempengaruhi kinerja pengelolaan hutan di Mandati. Dimensi penataan kelembagaan akuntabilitas publik, penataan organisasi, peningkatan sumberdaya manusia SDM, dan manajemen keuangan merupakan “syarat perlu” bagi pencapaian pengelolaan hutan yang lestari. Indikator kelestarian hutan yang terkait dengan ketiga dimensi penataan kelembagaan masih belum terpenuhi seluruhnya di Mandati. Indikator dimaksud diantaranya akuntabilitas publik, penataan organisasi manajemen keuangan sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen. Untuk mengetahui kecenderungan kelestarian hutan yang dihasilkan oleh pengelolaan Kaindea Nto’oge dapat dilihat pada Tabel 34. Tabel 34 Skor total indikator pada tiap-tiap prinsip kelestarian hutan Kategori No Prinsip Baik Cukup Jelek 1 Kelestarian fungsi sosial 9.0 3.0 0.0 2 Kelesetarian fungsi produksi 3.0 5.0 2.0 3 Kelestarian ekologi 3.0 3.0 1.0 Total 15.0

11.0 3.0

Persentase 51.7

38.0 10.3

Sumber: Data primer setelah diolah 2008. Tabel 34 menunjukkan bahwa indikator di tiap-tiap prinsip hanya tersebar pada tiga kategori penilaian, yaitu kategori baik 3,68–5,00 sebesar 51,7; kategori cukup 2,34–3,67 sebesar 38,0; dan kategori jelek 1,00– 2,33 sebesar 10,3. Mengacu pada kategori LEI 2002, implikasi adaptasi masyarakat Pulau Wangi-Wangi terhadap kelestarian Kaindea adalah “ baik” yaitu pemanfaatan dan pengelolaan hutan Kaindea telah memenuhi persyaratan minimum pencapaian kelestarian hutan. Ini menunjukkan adanya 153 keseimbangan pada ketiga prinsip kelestarian: kelestarian fungsi sosial, kelestarian fungsi produksi, dan kelestarian fungsi ekologi, yang dihasilkan oleh kinerja pengelolaan Kaindea di Mandati khususnya pada Kaindea u’sara di Kaindea Nto’oge. Kriteria kelestarian di atas memiliki keselarasan dengan kriteria kinerja emik dan etik, terutama terhadap komponen “penutupan hutan dan keamanan kestabilan kawasan hutan dan gangguan pihak lain”, yang memberikan jaminan terhadap fungsi ekologi dan sosial. Juga pada aspek produktivitas, keberlanjutan, keadilan dan efisiensi. Oleh karena itu, pengelolaan Kaindea harus mengedepankan fungsi ekologi dan sosial, sementara sumber-sumber ekonomi masyarakat yang titik beratkan pada pemanfaatan kebun dan pengembangan ragam mata pencaharian . 154 VII. KESIMPULAN DAN IMPLIKASI

7.1. Kesimpulan