39
pesisir pantai berpasir putih. Tanah subur terdapat di bagian barat dan bagian tengah pulau yang banyak terdapat hutan. Potensi lahan subur di Pulau
Wangi-Wangi yang dapat ditanami tanaman pangan sepanjang tahun seluas 8,2 dari luas pulau atau sekitar 12,54 km
2
1.254 ha. Sekeliling pulau terdapat gugusan karang dan pulau-pulau lebih kecil yaitu sebelah barat
Pulau Kapota. Di sebelah selatan terdapat Pulau Kaledupa, Tomia dan Binongko yang berpenghuni dan beberapa pulau tidak berpenghuni. Kondisi
ekologi Pulau Wangi-Wangi dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5 Peta ekologi Pulau Wangi-Wangi Di bagian tengah pulau membentang dataran tinggi Tindoi, dan Wungka
serta bukit kecil di daerah Liya. Pada puncak bukit terdapat peninggalan bersejarah berupa benteng dan makam yang memiliki nilai historis sejarah
kebudayaan generasi awal masyarakat sampai masuknya Agama Islam.
4.1.3. Hidrologi dan Geologi
Sumber mata air di Pulau Wangi-Wangi berasal dari air tanah permukaan sumur dan gua-gua karst. Air gua merupakan sumber air yang
penting bagi penduduk. Jenis tanah berdasarkan klasifikasi tanah PPT 1983 dan klasifikasi Soil Taxonomi Soil Survei Staff 1999 adalah jenis Litosol dan
Mediteran. Peta geologi Lembar Kepulauan Tukang Besi skala 1:25.000
Nur Arafah
NIM: E061050031 Program Studi: IPK
2008
40
tahun 1994 menunjukkan bahwa secara umum formasi geologi dikelompokkan dalam formasi geologi Qpl dengan jenis bahan induk batu
gamping koral Bappeda 2007. Saat ini telah terjadi intrusi air laut karena kemampuan tanah menyimpan air semakin berkurang dibanding dengan
konsumsi air masyarakat.
4.1.4. Tata Guna Lahan
Sebagian besar penggunaan lahan di Pulau Wangi-Wangi untuk pertanian Statistik Kabupaten Wakatobi 2007. Daerah penggunaan lahan
pertanian terluas di Desa Tindoi bekas Wilayah Adat Wanci dan Desa Wungka bekas Wilayah Adat Mandati. Kedua desa ini berada di wilayah
tengah pulau yang berbukit yang mempunyai lahan yang subur sampai di bagian barat pulau. Jenis tanah pada wilayah subur adalah liat. Pada musim
hujan, tanah liat sangat licin dan musim kemarau akan mengeras dan jenis ini banyak dibuat tembikar dan batu-bata merah. Jenis tanah lainnya berwarna
kuning pucat yang kurang subur. Selebihnya tanah berbatu Pemanfaatan lahan di Pulau Wangi-Wangi tidak berdasarkan wilayah
administrasi tetapi berdasarkan wilayah adat. Proporsi penggunaan lahan di Wilayah Adat Mandati didominasi oleh hutan dan lahan yang tidak
diusahakan yaitu padang savana Padangkuku dan yang paling sedikit adalah hutan negara Kaindea. Di Wilayah Adat Wanci, perkebunan rakyat
menempati proporsi terluas dan hutan negara paling sedikit. Penggunaan lahan untuk Wilayah Adat Mandati dan Wanci disajikan pada Gambar 6.
Luas Total: 7610 ha Luas total: 4135 ha
Sumber: Statistik Kabupaten Wakatobi 2007 yang telah diolah
Gambar 6 Tata guna lahan berdasarkan wilayah adat
41
Berdasarkan Gambar 6, total luas penggunaan lahan di Wilayah Adat Mandati sebesar 4.135 ha. Penggunaan lahan terluas adalah yang ditanami
pohonhutan rakyat sebesar 22,1, lahan yang tidak diusahan sebesar 20,4. Penggunaan lahan yang diperuntukkan untuk pertanian dalam hal ini
tegalkebun dan ladang yakni masing-masing sebesar 9,0 dan 12,8 sedangkan perkebunan rakyat yakni sebesar 6,3. Di Wanci, luas total
penggunaan lahan sebesar 7.610 ha. Penggunaan lahan terluas diperuntukkan untuk perkebunan rakyat sebesar 42,3, kemudian hutan
rakyat sebesar 18,8, sedangkan penggunaan lahan yang diperuntukkan untuk pertanian tegalkebun dan ladang yakni masing-masing sebesar 3,6
dan 2,4. Tanaman utama dari kebuntegal adalah ubi kayu dan jagung.
Masyarakat juga menanam kacang-kacangan, ketimun dan buah-buahan seperti mangga, nangka, serikaya, pisang, kelapa dan sebagainya. Untuk
kebutuhan kayu bangunan, masyarakat menanam tanaman berkayu seperti kayu merah, Jati, kayu batu dan lain-lain. Masyarakat memelihara ternak
seperti kambing, bebek dan ayam kampung. Terdapat 12 jenis tanaman perkebunan yaitu arenenau, asam jawa, cengkeh, jambu mete, kakao,
kapuk, kelapa dalam, kelapa hibrida, kemiri, kopi, lada dan pala Statistik Wakatobi 2007. Saat ini produktivitas pertanian semakin menurun. Sebagian
besar kebutuhan seperti beras, sayur-mayur, buah-buahan, bumbu masak didatangkan dari luar daerah seperti Kendari, Bau-Bau, Lasalimu Kabupaten
Buton dan Ereke Buton Utara.
4.1.5. Kependudukan