Perumusan Masalah Tujuan Kegunaan Perubahan Lingkungan

6

1.2. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, penelitian ini menjelaskan strategi adaptasi masyarakat terhadap perubahan lingkungan dalam pengelolaan sumberdaya dan implikasinya. Fokus kajian adalah sumberdaya hutan masyarakat Kaindea tentang bagaimana masyarakat mempertahankan atau merubah pengaturan sumberdaya hutan sebagai respon masyarakat terhadap perubahan lingkungan dan menjelaskan implikasinya pada kinerja performansi dan kelestarian Kaindea. Perubahan lingkungan dimaksud adalah tekanan penduduk, perubahan ekonomi dan dinamika politik. Dengan demikian, pertanyaan penelitian ini adalah a mengapa Kaindea menjadi pilihan adaptasi masyarakat dalam pengelolaan hutan di Pulau Wangi-Wangi, b bagaimana wujud pengaturan pengelolaan Kaindea sebagai strategi adaptasi dalam merespon perubahan lingkungan, dan c bagaimana pengaturan pengelolaan berimplikasi terhadap kinerja dan kelestarian Kaindea.

1.3. Tujuan

Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengkaji perubahan lingkungan dan wujud respon masyarakat sebagai strategi adaptasi dalam pengaturan sistem pengelolaan Kaindea; dan 2. Mengkaji implikasi pengaturan sistem pengelolaan terhadap kinerja dan kecenderungan kelestarian hutan Kaindea.

1.4. Kegunaan

Kegunaan dari penelitian ini yang diharapkan adalah : 1. Menghasilkan rekomendasi kebijakan bagi pengelolaan Kaindea khususnya dan pengelolaan hutan berbasis masyarakat secara berkelanjutan di pulau-pulau kecil; 2. Menghasilkan implikasi teori-metodologi yang berkaitan dengan adaptasi ekologi budaya pada pengelolaan sumberdaya hutan di pulau-pulau kecil; dan 3. Sebagai bahan informasi bagi penelitian selanjutnya. 7 II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perubahan Lingkungan

Studi tentang perubahan lingkungan seperti demografi, ekonomi dan politik bertujuan untuk memahami transformasi sosial dalam kehidupan masyarakat. Transformasi ini oleh Alfian 1986:77 dalam Akhmad 2005:13 disebutkan sebagai transformasi budaya karena menyangkut perubahan nilai yang selanjutnya melahirkan perubahan sikap dan tingkah laku. Selanjutnya dijelaskan bahwa transformasi sosial-budaya di satu pihak mengandung pengertian bahwa proses perubahan merupakan pembaharuan struktur sosial, sedangkan di pihak lain mengandung makna sebagai pembaharuan nilai. Diungkapkan bahwa ada empat tahapan proses transformasi. Pertama, karena masuknya kebudayaan luar yang mengubah tata nilai seperti proses komunikasi global. Kedua, kreaktivitas intelektual internal yang ditandai dengan penemuan baru. Ketiga, tekanan dari luar yang terlihat dari proses migrasi, teknologi baru, dan perdagangan. Keempat, perubahan dari dalam seperti inovasi teknologi yang disamping memberi kemudahan bagi kehidupan juga memaksakan suatu praktek kehidupan baru yang sesuai dengan teknologi yang dihasilkan. Berkaitan dengan pada aspek lingkungan terhadap perubahan, maka manusia akan berusaha menyesuaikan diri. Helmi dan Ancok 1996 mengatakan tingkah laku manusia akan dipengaruhi oleh sejaumana perubahan itu terjadi dan kemudian berusaha menyesuaikan dirinya dengan perubahan tersebut dengan melakukan atau menciptakan kondisi sosial serta melakukan interaksi sosial misalnya kompetitif atau kooperatif. Perubahan lingkungan tidak terlepas dengan kepentingan dimana manusia hidup untuk mempertahankan eksistensinya terhadap lingkungan. Artinya perubahan lingkungan secara dialektika saling mempengaruhi dengan kebudayaan manusia untuk menyeimbangkan kehidupan untuk tetap eksis. Perubahan kebudayaan manusia juga turut dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu: tingkat ketergantungan terhadap alam, pasar ekonomi dan teknologi yang digunakan. Semakin kecil tingkat ketergantungan manusia terhadap alam, maka kebiasaan yang sifatnya tradisional akan beransur-angsur beralih 8 sesuai dengan perkembangan zaman. Demikian pula dengan orientasi ekonomi yang dahulu melakukan tukar menukar barang barter kemudian menggunakan sistem uang. Yang menarik adalah pandangannya terhadap pengaruh teknologi yang begitu cepat mempengaruhi kebudayaan manusia. Dikatakan bahwa teknologi tidak hanya membuat manusia berubah orientasi budayanya, akan tetapi melahirkan kebudayaan yang begitu cepat lompatannya melebihi perkiraan. Ini yang kemudian menimbulkan perubahan nilai budaya termasuk pada masyarakat yang masih tradisional seperti pada Suku Dani di Irian Jaya. Teknologi tidak selamanya dapat membantu manusia untuk menyesuaikan dirinya dari perubahan terutama teknologi baru dari luar. Dyah 1997 mengungkapkan bahwa teknologi baru dapat mengakibatkan perubahan besar yang mencangkup keseluruhan bidang kehidupan sosial, budaya, ekonomi. Karena teknologi bukan hanya alat melainkan suatu sistem yang terdiri atas berbagai unsur yang berinteraksi, yaitu alatfisik, keterampilan dan pengetahuan, informasi dan organisasi. Namun demikian perubahan atau teknologi yang tidak sesuai dengan fungsi dan kebutuhan masyarakat dapat menimbulkan konflik, karena hal ini berkaitan dengan kesiapan masyarakat dalam menghadapi perubahan itu. Salah satu contohnya adalah masuknya teknologi pertanian sawah pada Suku Dani di Desa Tulem Irian Jaya yang telah membuat nilai-nilai sosial masyarakat berubah. Akibatnya hilangnya pranata perang dalam kehidupannya sosialnya sebagai fungsi keamanan dan mencegah serangan musuh Dyah, 1999. Bentuk konflik yang cukup laten sampai sekarang adalah protesnya masyarakat Papua terhadap keberadaan Freeport yang dianggap telah merusak lingkungan masyarakat setempat. Menurut Ngadisah 2002 bahwa bentuk-bentuk protes terhadap pertambangan Freeport muncul dalam bentuk terorganisir, namun lebih dominan dalam bentuk tidak terorganisir namun mudah dipicu. Bentuk protes yang kerap muncul dalam temuannya adalah pengrusakan fasilitas perusahaan dan sekaligus penyanderaan kendaraan perusahaan. Suku yang paling aktif dalam hal adalah Suku Amungme, sementara Suku Komoro relatif perlawanannya diam. Perubahan sosial terjadi karena adanya ide-ide dan nilai-nilai baru muncul dalam masyarakat selalu berubah yang memungkinkan mereka hidup 9 dalam suatu kondisi harmoni pada lingkungan yang selalu berubah tersebut. Ia akan muncul sebagai akibat dari berbagai kekuatan termasuk inovasi teknologi dan pengetahuan. Berkaitan ide dan nilai baru, Prasanthi 1999 mencontohkan terjadinya perubahan dari desa ke kota, pengenalan terhadap ideologi-ideologi dan kepercayaan-kepercayaan yang berasal dari negara lain seperti isu demokrasi yang menekankan kepada kebebasan individu, sementara masyarakat kita masih hidup dalam suasana kekeluargaan dan gotong royong. Namun demikian bahwa dimensi perubahan juga tergantung pada sudut pandang seseorang atau masyarakat, sebab perubahan sesungguhnya merupakan bagian dari kebutuhan manusia untuk memperbaiki eksistensinya terhadap lingkungannya. Sehingga para ahli kadang terdapat perbedaan tentang perubahan itu sendiri terutama pada bagaimana melihat masyarakat tradisional. Karena perubahan merupakan suatu keniscayaan, maka diperlukan kesiapan dan kemampuan masyarakat untuk menggapai perubahan dan berperan di dalam perubahan tersebut untuk mempertahankan hidup. Perubahan pada suatu masyarakat terjadi karena masyarakat membutuhkan untuk mempertahankan dan untuk kelangsungan kelompoknya. Proses dimana manusia untuk mempertahankan kehidupannya disebut adaptasi. Dalam arti bahwa proses adaptasi melalui perubahan akan mudah jika perubahan tersebut mengakomodasi atau dapat menjamin kehidupan masyarakat Dyah, 1999. Proses adaptasi karena suatu perubahan jika dikaitan dengan perjalanan waktu, maka nilai-nilai yang mempengaruhi perubahan tersebut dengan sendirinya akan berubah sesuai dengan tuntutan dan kesiapan masyarakat untuk menjalani perubahan tersebut. Hal ini karena waktu dan perubahan selalu bergandengan tangan dan konsep stabilisasi sebagai bentuk penyesuaian merupakan salah satu hal yang dipertahankan yang oleh Sztompka 2004 disebut sebagai bentuk konvensi. Dijelaskan bahwa stabilitas hanya akan bermakna dengan merujuk pada sesuatu yang lain yakni masyarakat, lingkungan dan keanggotaan kelompok lain yang sedang berubah. Hal ini dicontohkan bagaimana masyarakat Eksimo lebih stabil jika dibandingkan dengan masyarakat Kanada. 10 Peningkatan kesadaran sebagai bagian dari adaptasi sangat tergantung pada sejauhmana manusia menaklukan alam dengan nilai-nilai yang selaras dengan alam. Karena tindakan yang berlebihan justru dapat menyebabkan bencana ekologis. Untuk itu kecenderungan historis dan belajar bersama alam rupanya dapat dijadikan kontrol tindakan manusia terhadap alam dan ini sudah semakin disadari dan dirasakan oleh masyarakat modern Sztompka, 2004. Kontrol historis dan belajar bersama alam inilah yang banyak dipraktekkan oleh beberapa kelompok masyarakat secara arif lingkungan di beberapa daerah dan negara. Untuk meningkatkan pemahaman terhadap kontek hubungan manusia dan lingkungannya maka perlu dilakukan suatu perpaduan antara ilmu antropologi dan bio-ekologi dimana pengembangan kedua bidang tersebut bekerja ke arah suatu pengintegrasian sebagai format dari ekologi manusia. Langkah-Langkah penting yang memudahkan pengintegrasian menurut Pavao dan Zuckerman 2000 adalah menjernihkan definisi dari terminologi yang relevan dan pengembangan suatu kerangka yang umum dengan sasaran untuk berperan pada pemahaman tentang ekosistem manusia. Mengabaikan hubungan antropologi dan bioekologi berarti mengabaikan latar belakang historis yang dapat membuat suatu kelompok masyarakat kehilangan identitas sosial budaya. Hal ini terjadi pada masyarakat nelayan Yanadis di Pulau Sriharkota, India dimana pemerintah memindahkan masyarakat tersebut dari pulau ke dalam suatu lingkungan yang jauh dari habitat tradisional ke daratan besar sehingga mendorong perubahan sistem kultur sosial masyarakat yang sangat berlainan dengan aslinya Reddy dan Reddy, 1998. Masyarakat Yanadis semula nelayan akhirnya menjadi pembuat kerajinan karena alamnya berubah, ketika populasi berpindah tempat ke lingkungan lain dimana mereka menghadapi masalah penyesuaian di lingkungan yang baru. Dalam hal ini kemampuan masyarakat melakukan penyesuaian didorong oleh faktor alami secara eksternal dan ditunjang oleh kapasitas internal. Dengan demikian, perpaduan antara faktor eksternal dan internal ini memunculkan kreaktivitas dengan menciptakan berbagai inovasi agar tetap eksis terhadap perubahan lingkungan yang baru. Dan ini yang disebut dengan adaptasi. 11

2.2. Konsep Adaptasi