memberi kesempatan kepada siswa untuk berpikir, menganalisis, menyelesaikan masalah, dan bertindak tanpa rasa takut; guru
memfasilitasi siswa dalam pembelajaran kooperatif dan kolaboratif; guru memfasilitasi siswa
untuk berkompetensi secara sehat untuk meningkatkan prestasi belajar; guru memfasilitasi siswa untuk membuat
laporan eksplorasi yang dilakukan baik lisan maupun tertulis, secara individual maupun kelompok; guru memfasilitasi siswa untuk
menyajikan hasil kerja individual maupun kelompok; guru memfasilitasi siswa melakukan pameran, turnamen, festival, serta produk yang
dihasilkan; serta guru memfasilitasi siswa melakukan kegiatan yang menumbuhkan kebanggan dan rasa percaya diri.
3 Dalam kegiatan konfirmasi, guru memberikan umpan balik positif dan
penguatan dalam bentuk lisan, tulisan, isyarat, maupun hadiah terhadap keberhasilan siswa; guru memberikan konfirmasi terhadap hasil
eksplorasi dan elaborasi siswa melalui berbagai sumber; guru memfasilitasi siswa melakukan refleksi untuk memperoleh pengalaman
belajar yang telah dilakukan; serta guru memfasilitasi siswa untuk memperoleh pengalaman yang bermakna.
2.1.5 Model Pembelajaran CTL
Menurut Sanjaya 2011:272, CTL adalah model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara penuh, baik fisik maupun mental.
Menurut Johnson, sebagaimana dikutip oleh Sutama, Haryoto, Narimo 2013:51, pembelajaran kontekstual dapat digunakan oleh semua siswa, baik
siswa yang berbakat maupun siswa yang mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Menurut Sanjaya 2011:264, CTL memiliki komponen-komponen
sebagai berikut. 1
Konstruktivisme adalah proses membangun atau menyusun pengetahuan baru dalam struktur kognitif siswa berdasarkan pengalaman.
2 Inkuiri artinya proses pembelajaran didasarkan pada pencarian dan
penemuan melalui proses berpikir secara sistematis. 3
Bertanya dapat dipandang sebagai refleksi dari keingintahuan setiap individu; sedangkan menjawab pertanyaan mencerminkan kemampuan
seseorang dalam berpikir. 4
Masyarakat belajar dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran melalui kelompok belajar.
5 Pemodelan adalah proses pembelajaran dengan memperagakan sesuatu
sebagai contoh yang dapat ditiru oleh setiap siswa. 6
Refleksi adalah proses pengendapan pengalaman yang telah dipelajari yang dilakukan dengan cara mengurutkan kembali kejadian-kejadian
yang telah dilaluinya. 7
Penilaian nyata adalah proses yang dilakukan guru untuk mengumpulkan informasi tentang perkembangan belajar yang dilakukan siswa.
Menurut Johnson 2007:93, CTL memiliki keunggulan yaitu menjadikan siswa dapat mengatur diri sendiri dan aktif dalam pembelajaran, serta membantu
siswa bekerja dengan efektif dalam kelompok belajarnya. Secara alami, CTL juga memajukan kreativitas, keragaman, keunikan, dan kerja sama Johnson,2007:79.
Pembelajaran akan menjadi lebih bermakna karena siswa aktif dalam kegiatan pembelajaran.
Model CTL merupakan model pembelajaran yang mengaitkan materi yang diajarkan dengan situasi nyata dalam kehidupan siswa sehari-hari.
Pembelajaran ini berpusat pada siswa, sehingga siswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran. Hal tersebut menjadikan tujuan pembelajaran lebih mudah
tercapai karena siswa akan lebih baik dalam memahami materi. Berdasarkan penjelasan tersebut, penerapan model CTL dalam penelitian
ini adalah sebagai berikut. 1
Tahap konstruktivisme dapat dilakukan dengan cara siswa membangun sendiri pengetahuan mereka mengenai kubus dan balok melalui
keterlibatan aktif selama proses pembelajaran, sehingga siswa menjadi pusat dalam kegiatan pembelajaran.
2 Tahap inkuiri dapat dilakukan dengan cara siswa menemukan sendiri
konsep mengenai kubus dan balok melalui aktivitas penemuan, sehingga guru merancang proses pembelajaran yang berbentuk kegiatan
menemukan. 3
Tahap bertanya dapat dilakukan dengan cara siswa mengajukan pertanyaan kepada guru terkait materi kubus dan balok selama kegiatan
belajar berlangsung. Bertanya dalam pembelajaran ini sebagai kegiatan guru dalam membimbing siswa.
4 Tahap masyarakat belajar dapat dilakukan dengan mengelompokkan
siswa ke dalam kelompok-kelompok belajar agar siswa lebih mudah
dalam menemukan konsep kubus dan balok maupun menyelesaikan soal mengenai kubus dan balok.
5 Tahap pemodelan dapat dilakukan dengan guru memperagakan sesuatu
dalam pembelajaran agar dapat ditiru oleh siswa. 6
Tahap refleksi dapat dilakukan dengan guru bertanya kepada siswa tentang konsep kubus dan balok yang telah dipelajari agar guru melihat
sejauh mana pengetahuan yang telah dibangun dapat dipahami oleh siswa.
7 Tahap penilaian nyata dapat dilakukan dengan memberikan latihan soal
kepada siswa mengenai materi kubus dan balok yang telah dipelajari.
2.1.6 Strategi Pembelajaran REACT